Sembari memegang gelas plastik berisi minuman yang baru saja dibelinya, Denis (9), asyik melihat lukisan dalam pameran Magelang Youth Art Festival di Artos Mal Magelang, Jawa Tengah, Minggu (17/3/2019). Dia begitu bersemangat. Pramono (38), ayahnya, bahkan harus beberapa kali mengingatkan agar Denis tidak sembarangan menyentuh lukisan yang dipamerkan.
Langkahnya baru terhenti di depan lukisan dekoratif karya Lilik Nurkhamid. Judulnya "Aksmala Bambangtetuka". “Warna-warnanya bagus,” ujar anak kelas 3 SD, yang juga hobi melukis ini.
Magelang Youth Art Festival (MYAF) 2019 adalah acara seni yang digelar Komunitas Magelangan, mahasiswa asal Magelang yang menempuh kuliah Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Selain lukisan, dalam ajang ini dipamerkan 51 karya seni. Selain lukisan, ada juga patung, topeng, foto digital, dan busana.
MYAF kali ini adalah yang kedua kalinya digelar. Sebelumnya, MYAF bertema “Kembali untuk Bertumbuh” dilakukan tahun 2017. Tahun ini, tema yang dipilih adalah “Tukar Kaweruh” atau berbagi ilmu.
Selain pameran, dalam MYAF juga digelar berbagai acara seni lainnya seperti lomba mural, diskusi tentang tari, dan pembelajaran menggambar sketsa model. Semua menyatu tak peduli alirannya apa. Pengunjung awam, bukan khusus penikmat atau pelaku seni, tak membuat acara ini kehilangan makna.
Pramono mengatakan, semula dia hanya hendak berbelanja dan makan. Namun, melihat pameran lukisan dan beragam karya seni dipajang di lantai dasar mal, Denis berubah tujuan. Dia mengajak Pramono untuk menemaninya melihat beragam karya seni itu.
“Keinginannya sengaja saya turuti. Karya-karya seni yang dipajang di sini dapat jadi referensi, menambah ide, dan inspirasi bagi dia (Denis) untuk mengembangkan karya lukisannya nanti,” ujar warga Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
Pengunjung lainnya, Fajar (37) bersama putrinya Sabrina (5) juga melakukan aktivitas serupa. “Bagi anak saya, pameran lukisan ini menjadi acara menyenangkan. Sama menyenangkannya seperti berjalan-jalan dan bermain di arena hiburan di mal,” ujar Fajar. Sabrina kebetulan juga gemar mengambar dan mewarnai.
Berbeda dengan Denis, Sabrina mencermati lukisan berjudul "Identication on Series" karya Dirada Mahendra. Fajar yang semula berdiri pun mengubah posisi dari berdiri, menjadi berjongkok. Dia menemani putrinya melihat lukisan menggambarkan dua figur manusia. Garis-garisnya sederhana seperti lukisan anak-anak.
Yoga Ari, koordinator produk dalam acara MYAF, mengatakan acara ini sengaja digelar untuk mendekatkan seni dengan masyarakat. Jika pameran seni terbiasa ditampilkan di galeri dengan penikmat khusus, kali ini, pihaknya ingin menunjukkan rasa seni yang lain. Seni adalah sesuatu yang dapat "dijamah" dan melebur ke dalam kehidupan masyarakat. Mal dipilih jadi jembatan menyampaikan pesan itu.
“Seni itu sangat cair dan bisa dinikmati masyarakat dari mana saja, di tempat apa saja. Tidak hanya berhenti di galeri, seni pun bisa dinikmati dengan mudah, sembari lewat, sembari melakukan aktivitas lain, seperti berbelanja,” ujarnya.
Masyarakat pun, menurut dia, juga dapat mengapresiasi pameran tersebut dengan baik. Hal ini ditunjukkan lewat reaksi sebagian pengunjung yang kemudian antusias bertanya tentang makna lukisan ataupun patung yang ditampilkan.
Susanto, personel divisi karya MYAF mengatakan, dari 51 karya seni yang ditampilkan, 10 karya adalah karya dari mahasiswa ISI dan 41 karya lainnya adalah hasil karya dari banyak seniman lain dari berbagai kota di Indonesia. Semua karya yang ditampilkan melalui proses seleksi dengan melibatkan kurator dari ISI Yogyakarta. Selain dipamerkan, lukisan itu juga dijual. Harganya dimulai dari Rp 750.000 hingga Rp 55 juta “Sudah ada beberapa pengunjung yang mencoba menawar,” ujarnya.
Dengan semua acara yang digelar dalam MYAF, Susanto mengatakan, ingin berbagi ilmu tentang seni kepada masyarakat luas. Seni bukan milik pelaku atau penikmatnya secara pribadi. Seni dapat membebaskan eksistensinya hingga keluar galeri.