JAKARTA, KOMPAS — Lembaga filantropi Google.org menyalurkan dana hibah sebesar 1 juta dollar AS kepada Yayasan Sayangi Tunas Cilik Indonesia. Dana tersebut diperuntukkan untuk mengembangkan program mitigasi risiko bencana alam.
Pengumuman penyaluran dana hibah itu dilakukan hari Jumat (15/3/2019) di kantor Google di Jakarta. Google.org adalah bagian dari Google.
Presiden Google.org Jacquelline Fuller mengatakan, pihaknya aktif menyalurkan dana hibah ke Indonesia sejak 2015. Peruntukkannya pun bermacam-macam, antara lain literasi media, keamanan mengakses layanan digital, serta promosi toleransi. Total terdapat 12 organisasi penerima hibah. Nilai dana yang mengalir sampai saat ini sebesar 8 juta dollar AS.
Sebagai negara rawan bencana alam, kesadaran aksi pencegahan ataupun penanganan Indonesia masih rendah. Dia mengemukakan, setiap kali terjadi bencana alam, anak-anak dan kaum perempuan menjadi pihak paling terdampak. Hal itu menjadi latar belakang dikucurkannya dana hibah.
Yayasan Sayangi Tunas Cilik Indonesia dipilih karena memiliki perhatian sama dengan Google.org. Pascabencana gempa bumi dan tsunami Palu tahun 2018, Yayasan Sayangi Tunas Cilik terlibat memberikan bantuan dukungan psikologis, tenda sekolah darurat, dan ruang ramah anak-anak.
”Dana hibah berlaku selama setahun. Setelah itu, kami akan mengevaluasi proyek-proyek mitigasi risiko bencana alam yang mereka kerjakan, ujarnya.
Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik Selina Sumbung menyebutkan tiga bentuk proyek yang bakal dijalankan dengan dana hibah itu. Pertama, kampanye nasional dengan konten mitigasi risiko bencana alam bagi anak-anak dan kaum ibu.
Proyek kedua adalah mengembangkan pendidikan mitigasi risiko bencana bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Menurut dia, bentuk nyatanya berupa kurikulum khusus.
”Materi pelajaran siap siaga kebencanaan bisa diwujudkan khusus atau disisipkan ke mata pelajaran yang sudah ada. Masih banyak salah kaprah pengetahuan penanganan bencana. Misalnya, soal makanan, anak-anak korban bencana kerap hanya diberikan mi instan atau susu formula,” kata Selina.
Masih banyak salah kaprah pengetahuan penanganan bencana.
Sementara proyek ketiga adalah memberdayakan generasi muda untuk advokasi siap siaga bencana. Google.org sebagai bagian dari Google akan mendukung dari sisi teknologi.
Sejauh ini, kata Jacquelline, Google telah melahirkan sejumlah produk teknologi terkait dengan bencana alam. Sebagai contoh, platform teknologi yang digerakkan dengan kecerdasan buatan dan mesin pembelajaran untuk mendeteksi terjadinya banjir. Platform tersebut telah diimplementasikan di India. Google belum ada rencana membawanya ke Indonesia.