Perempat final Liga Champions mempertemukan tim-tim yang sudah terlalu lama tak menjadi juara Eropa. Mereka kini berebut takhta untuk menuntaskan dahaga gelar juara di Benua Biru.
NYON, JUMAT -- Undian perempat final Liga Champions mempertemukan kembali juara pada 1995, Ajax Amsterdam, dan juara pada 1996, Juventus. Trofi saat itu merupakan terakhir kali keduanya menjuarai turnamen terbesar di Benua Biru, Eropa. Musim ini, hasrat mereka membuncah untuk menuntaskan dahaga prestasi bersama enam tim lain yang bernasib serupa.
Pertandingan Ajax melawan Juventus merupakan ulangan final pada 1995/1996. Saat itu, "Si Nyonya Tua" bersama legenda Alessandro Del Piero menang 4-2 lewat drama adu penalti atas Jari Litmanen dan rekan-rekan. Final itu merupakan kedua kali beruntun bagi Ajax, setelah pada tahun sebelumnya menjadi juara.
Setelah itu, Juventus tidak pernah lagi merasakan manisnya trofi Liga Champions. Mereka mentok sebagai finalis pada 2003, 2015, dan 2017. Sementara itu, Ajax seakan paceklik prestasi selama dua dekade terakhir. Ini merupakan pertama kalinya mereka lolos ke perempat final sejak 2003.
Rasa haus gelar itu ditumpahkan musim ini. Di babak 16 besar, Juventus bersama Cristiano Ronaldo menghempaskan Atletico Madrid keluar dari kompetisi. Ajax dengan materi pemain muda, rata-rata usia 24 tahun, menumbangkan juara bertahan tiga edisi beruntun, Real Madrid.
"Saya tidak senang ataupun sedih dengan undian ini. Ajax mengeliminasi Madrid. Mereka bukan lelucon. Kami harus berhati-hati dan harus menghadapi mereka dengan komitmen," kata Pavel Nedved, mantan pemain yang sekarang menjabat Direktur Juventus.
Juventus memang lebih diunggulkan dari sisi pengalaman, kualitas pemain, dan rekor pertemuan. Dalam 10 pertemuan terakhir, tim asal Turin itu tidak terkalahkan. Bahkan mereka menang lima kali dalam enam laga teranyar.
"Juventus adalah favorit. Saya melihat bagaimana mereka bermain sangat baik saat mengalahkan Atletico 3-0. Di sana juga terdapat idola saya, Ronaldo, pemain terbaik di dunia. Tetapi, kami akan memanfaatkan kesempatan seperti saat mengalahkan Madrid," ucap Frenkie De Jong, gelandang Ajax.
Sementara itu, enam tim lain di perempat final juga bernasib sama. Mereka tidak juara cukup lama. Tim paling baru yang merasakan juara adalah FC Barcelona pada 2015. Sisanya sudah lebih dari satu dekade tidak meraih gelar, Manchester United (2008), Liverpool (2005), FC Porto (2004), sedangkan Tottenham Hotspurs dan Manchester City tidak pernah meraih gelar sekali pun.
Dalam undian pada Jumat (15/3/2019), di Nyon, Swiss, perempat final lainnya mempertemukan Barcelona dengan MU dan Liverpool dengan Porto. Dua wakil Inggris lain, Spurs dan City juga saling berhadapan di delapan besar. Perempat final akan berlangsung pada 8-17 April 2019.
Kenangan manis
Perempat final antara Barcelona melawan MU akan membawa banyak kenangan. Laga klasik ini merupakan ulangan final pada 2009 dan 2011. Dalam dua kesempatan itu, Barcelona bersama Lionel Messi mengandaskan MU yang masih dilatih sang legenda Sir Alex Ferguson.
MU juga punya cerita manis saat menghadapi Barcelona. Mereka memenangi semifinal pada 2008 dengan agregat 1-0 setelah menjalani dua leg. Pada musim itu, MU juara setelah di final mengalahkan Chelsea lewat adu penalti.
Kandang Barcelona, Stadion Camp Nou, meninggalkan kenangan manis untuk pasukan MU. Terutama untuk pelatih interim MU, Ole Gunnar Solskjaer. Camp Nou merupakan tempat MU menjuarai Liga Champions pada 1999. Saat itu, mereka mengembalikan keadaan 2-1 di injury time, setelah tertinggal 0-1 dari Bayern Munchen pada 90 menit waktu normal. Solskjaer mencetak gol kemenangan "Setan Merah".
"Barcelona bukanlah tempat terburuk bagi MU untuk dihadapi di Liga Champions," tulis kiper legenda MU, bagian dari skuad juara Liga Champions 1999, Peter Schmeichel di akun media sosial Twitter.
Di semifinal, pemenang dari Barcelona melawan MU akan berhadapan dengan pemenang antara Liverpool dengan Porto. Sementara itu, pemenang Juventus melawan Ajax akan menghadapi pemenang dari laga Spurs melawan City. (AFP/REUTERS)