JAKARTA, KOMPAS — Debat presidensial yang ketiga pada Minggu (17/3/2019) akan menjadi penentu untuk menunjukkan apakah para calon mempunyai perhatian utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Kebijakan populis saja tidak akan menjawab permasalahan ada.
Tema debat ketiga dengan peserta debat para calon wakil presiden tersebut adalah pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan sosial budaya. Program-program yang tepat di sektor-sektor ini menjadi penentu untuk mengembangkan sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing.
Namun berdasarkan visi misi calon presiden/wakil presiden, kedua pasangan calon belum menyasar isu mendasar di sektor-sektor tersebut. Mereka sama-sama bergantung pada kebijakan yang populis untuk kepentingan elektoral.
Di bidang pendidikan, misalnya, menurut Pendiri Gerakan Sekolah menyenangkan Muhammad Nur Rizal, program-program pendidikan yang menjadi visi dan misi para calon masih menyasar isu-isu sekunder. Permasalahan di sistem pendidikan saat ini adalah orientasi tujuan hanya kepada standardisasi dan capaian akademik. Padahal standar merupakan pengukuran yang hasilnya harus dimanfaatkan untuk pengembangan pendidikan secara lebih substansial.
“Pendidikan jangan dilihat sebagai pencetak tenaga kerja, tetapi sebagai media membangun ekosistem yang mengembangkan kemerdekaan berpikir, kreativitas, kolaborasi, dan toleransi,” ujarnya di Jakarta, Kamis (14/3/2019). Kemampuan manusia ini yang tidak akan bisa digantikan oleh teknologi meskipun di Revolusi Industri 4.0.
Evaluasi kebijakan
Indra Charismiadji, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan (Cerdas) juga mengkritisi kedua pasangan calon yang tidak melakukan evaluasi kebijakan pendidikan dalam kampanye mereka.
"Pasangan Joko Widodo - Ma\'ruf Amin mengusung janji memberi Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dan Kartu Pra Kerja. Sementara pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno berjanji mengangkat semua guru honorer menjadi pegawai tetap. Ini semua hanya untuk kepentingan elektoral, bukan mengurai masalah dan mencari solusi mendasar," katanya.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Eriko Sotarduga mengatakan, salah satu program yang akan disampaikan Ma’ruf di acara debat adalah terkait program Kartu Indonesia Pintar Kuliah dan Kartu Pra-kerja. Program ini adalah upaya memperkuat pendidikan vokasi, melalui pelatihan dan sertifikasi yang akan menghasilkan tenaga kerja siap pakai.
Adapun Sandiaga Uno, kata Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno Dahnil Anzar Simanjuntak, akan fokus memaparkan bidang kesehatan dan ketenagakerjaan. “Sandiaga (juga) akan menawarkan model pendidikan yang berorientasi pada akhlak dan mengurngi beban mata pelajaran, sehingga pendidikan akhlak dan nilai-nilai menjadi orientasi utama," katanya.
Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra mengatakan, visi misi kedua pasangan calon di bidang keagamaan dan kebudayaan masih bersifat normatif. Bagaimana elaborasi serta implementasinya belum jelas. Apa yang disampaikan baru merupakan daftar keinginan, bukan daftar yang bisa dilakuan dan bagaimana cara melakukannya.
(LARASWATI ARIADNE ANWAR / ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN / PRAYOGI DWI SULISTYO / DEONISIA ARLINTA / DWI BAYU RADIUS / IKSAN MAHAR / AGNES THEODORA )