Berebut Suara Pemilih Muda, Kelas Menengah, dan Muslim
Oleh
M Fajar Marta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Hasil survei Alvara Research Center menunjukkan terjadi persaingan ketat antara Joko Widodo -Ma\'ruf Amin dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno dalam memperebutkan suara pemilih muda, pemilih kelas menengah dan pemilih muslim. Suara pemilih tersebut menentukan kemenangan dalam kontestasi pemilihan presiden.
Survei tersebut digelar di seluruh Indonesia pada 22 Februari–2 Maret 2019. Survei dilakukan dengan wawancara langsung terhadap 1.200 responden yang berusia 17 tahun ke atas dan memiliki hak pilih. Adapun, margin of error survei sebesar 2,88 persen.
Pada Generasi Z (17-21 tahun), elektabilitas kedua pasangan calon berbeda tipis. Jokowi-Ma’ruf sebesar 44 persen, sedangkan Prabowo–Sandiaga 42,5 persen.
"Jokowi-Ma’ruf unggul di semua generasi. Akan tetapi, terjadi persaingan yang sangat ketat di suara pemilih muda dengan Prabowo–Sandiaga," ucap CEO & Founder Alvara Research Center Hasanuddin Ali.
Adapun, elektabilitas pada generasi milennial (22-37 tahun), Jokowi-Ma’ruf 51,5 persen, sedangkan Prabowo–Sandiaga 37,2 persen. Generasi X (38-53 tahun), Jokowi- Ma’ruf 56,1 persen, sementara Prabowo–Sandiaga 32,2 persen. Baby Boomers (lebih dari 53 tahun), Jokowi-Ma’ruf 66 persen dan Prabowo–Sandiaga 24 persen.
Pada Generasi Z (17-21 tahun), elektabilitas kedua pasangan calon berbeda tipis. Jokowi-Ma’ruf sebesar 44 persen, sedangkan Prabowo–Sandiaga 42,5 persen.
Jokowi-Ma\'ruf unggul pada pemilih muslim Nahdlatul Ulama dengan elektabilitas 55,6 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga 33,7 persen. Akan tetapi, Prabowo-Sandiaga unggul pada pemilih Muhammadiyah dengan elektabilitas 55 persen, sedangkan Jokowi-Ma’ruf 27,5 persen.
Untuk pemilih muslim yang tidak berafiliasi pada ormas tertentu, Jokowi-Ma\'ruf unggul dengan 52,6 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga 34,4 persen.
"Jokowi-Ma’ruf unggul di semua status sosial ekonomi. Akan tetapi, persaingan ketat terjadi di pemilih kelas menengah. Selisih keunggulan Jokowi-Ma’ruf, dari Prabowo–Sandiaga kurang dari 20 persen," katanya.
Selain itu, elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf sebesar 53,9 persen, sedangkan Prabowo–Sandiaga 34,7 persen. Soliditas pemilih atau pemilih yang tidak mungkin berubah, Jokowi-Ma’ruf 80,7 persen dan Prabowo-Sandi 78,2 persen. Pemilih yang belum memutuskan pilihan 11,4 persen.
Wilayah
Jokowi-Ma’ruf unggul hampir di semua wilayah dari Prabowo-Sandiaga, kecuali di Sumatera.
Elektabilitas di Jawa, Jokowi-Ma’ruf 58 persen dibanding Prabowo-Sandiaga 29,4 persen. Bali dan Nusa Tenggara, Jokowi-Ma’ruf 60,6 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga 36,4 persen. Kalimantan, Jokowi-Ma’ruf 50,7 persen dan Prabowo-Sandiaga 38,4 persen.
Maluku dan Papua, Jokowi-Ma’ruf 54,5 persen dibanding Prabowo-Sandiaga 39,4 persen. Sumatera, elektabilitas Prabowo-Sandiaga 46,3 persen, sedangkan Jokowi Ma\'ruf 40,2 persen.
Waspada golput
Peneliti Alvara Research Center Nurul Huda menjelaskan, kedua pasangan harus mewaspadai pemilih golput karena fenomena golput telah menyerang kedua kubu. Ada tiga golput yang menyerang, yakni, golput ideologis, golput teknikal, dan golput apatis.
Golput ideologis terjadi karena orang tidak suka kedua kandidat. Golput teknikal terjadi karena orang tidak bisa menggunakan hak pilih dengan penyebab teknis, seperti domisili, KTP-el, waktu, dan lainnya. Golput apatis terjadi karena orang tidak peduli ada pemilu atau tidak.