Zinedine Zidane, Pertaruhan Dinasti ”Sang Peramal”
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
MADRID, RABU — Sekitar empat tahun lalu, Zinedine Zidane menolak tawaran melatih Real Madrid. Zidane merasa belum pantas dan memilih turun gunung melatih Castilla, tim kedua ”El Real”. Setahun setelahnya, dia mengambil tawaran itu dan menghasilkan tiga trofi Liga Champions dan satu trofi La Liga.
Kala itu, pada 2014, Zidane merupakan asisten pelatih dari Carlo Ancelotti di El Real. Setelah Ancelotti pergi pada pertengahan tahun, pria asal Perancis itu mendapat tawaran naik jabatan dari Presiden Klub Florentino Perez.
Namun, mantan gelandang Madrid itu menolak tawaran yang mungkin tidak akan datang kepadanya lagi. ”Saya mungkin ingin menerimanya, tetapi saya berpikir ini bukanlah waktu terbaik,” kata Zidane dalam Fourfourtwo pada Oktober 2015.
Pria berusia 46 tahun itu memilih melatih Castilla untuk memahami pemain-pemain muda. Dia juga ingin mengasah naluri kepelatihannya. Hal itu dilakukan demi mengikuti inspirasinya dalam melatih, Josep Guardiola, yang melatih tim kedua sebelum sukses di Barcelona.
Seperti peramal, Zidane tahu tawaran itu akan kembali datang kepadanya. Hingga pada Januari 2016, pada paruh musim, Rafael Benitez dipecat. Tawaran kedua datang kepadanya. Dia pun mengambil kesempatan itu.
Dalam lebih kurang dua setengah musim, pelatih berkepala plontos itu sukses besar. Di bawah kepemimpinannya, Real Madrid tiga kali juara beruntun Liga Champions (2016-2018) dan juara La Liga (2016) setelah lima tahun tidak meraih gelar di kompetisi domestik. Dari 149 pertandingan, Madrid menang 105 kali, seri 28 kali, dan hanya kalah 16 kali.
Sebelum meninggal, legenda sepak bola Belanda, Johan Cryuff, pernah memuji keputusan Zidane. Keputusan melatih tim kedua terlebih dulu sangat tepat karena sebagai mantan pemain bintang, dia datang tanpa kualifikasi dan kompetensi mumpuni sebagai pelatih.
”Jujur saja, saya pasti akan lebih memilih pelatih berpengalaman tanpa segudang piala saat menjadi pemain daripada mantan pemain bintang tanpa pengalaman sama sekali,” kata mantan pemain dan pelatih FC Barcelona tersebut.
Ramalan kedua
Pada Selasa (12/3/2019), Zidane kembali menukangi Madrid setelah meninggalkan klub pada Juni 2018. Tim bermarkas di Stadion Santiago Bernabeu itu membutuhkan jasanya setelah memecat dua pelatih, Santiago Solari dan Julen Lopetegui, dalam 284 hari.
Lagi-lagi, pria kelahiran Mareseille ini seperti sudah mengetahui keputusan yang terbaik untuk dirinya. Sebelumnya, dia memutuskan meninggalkan Madrid karena tidak mendapatkan otoritas penuh dalam bursa transfer.
Jujur saja, saya pasti akan lebih memilih pelatih berpengalaman tanpa segudang piala saat menjadi pemain daripada mantan pemain bintang tanpa pengalaman sama sekali.
Zidane mengetahui, jika meneruskan kontraknya saat itu, nasibnya akan sama seperti Solari ataupun Lopetegui sebab pembelian pemain Madrid sangat buruk sejak 2014. Apalagi akhir musim lalu pemain kesayangan Zidane, Cristiano Ronaldo, yang bermain di 114 pertandingan untuknya, memilih hengkang ke Juventus.
ESPN menyebutkan, rata-rata usia 11 pemain mula Madrid adalah 29 tahun. Sementara itu, setelah tiga musim panas, hanya dua pembelian pemain yang menjadi bagian utama tim, Toni Kroos dan Keylor Navas.
Setelah kehancuran Madrid musim ini, tersingkir dari Liga Champions dan Copa del Rey, Zidane menyadarkan Perez. Kini, posisi pelatih kembali kepadanya. Bedanya, dia mendapatkan otoritas penuh dalam transfer pemain Madrid pada musim panas mendatang.
”Kami harus mengganti beberapa hal untuk musim depan. Tim ini butuh penyegaran setelah memenangi segalanya dalam lima hingga tujuh tahun terakhir. Ini yang saya pikirkan,” kata Zidane setelah resmi kembali menjadi pelatih Madrid.
Zidane dikabarkan mendapat dana transfer pemain mencapai 300 juta poundsterling pada musim panas ini. Dia berencana mendatangkan bintang Chelsea, Eden Hazard, dan gelandang serang Tottenham Hotpurs, Cristian Eriksen. Dia juga akan melepas beberapa pemain senior.
Meski mendapat otoritas penuh, Zidane akan mempertaruhkan dinasti yang sudah dibangunnya. Dinasti itu bisa semakin cemerlang ataupun hilang begitu saja karena kegagalan pada kesempatan keduanya melatih.
”Sekarang situasinya sudah berbeda dengan saat melatih pertama kali. Namun, saya mengerti kondisi saat ini. Saya akan berbuat semampunya untuk klub. Saya kembali karena saya cinta klub ini,” ucap Zidane. (REUTERS/THE GUARDIAN)