TANGERANG SELATAN, KOMPAS - Polisi memastikan AS (32), pengendara sepeda motor yang mengaku teroris saat hendak ditilang karena melanggar aturan lalu lintas, bukan teroris. Pengakuan AS bahwa dirinya teroris merupakan imbas dari penyakit skizofrenia paranoid yang dideritanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sekitar pukul 10.00, Kamis (14/3/2019), AS yang berkendara dari Jalan Bumi Serpong Damai (BSD) Grand Boulevard menuju Jalan Boulevard BSD Timur dihentikan oleh Brigadir Gatot Tri Prasetyo, anggota Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor (Polres) Tangerang Selatan yang berjaga di persimpangan kedua jalan itu, karena tidak mengenakan helm.
Selain tidak mengenakan helm, nomor polisi sepeda motor yang digunakan oleh AS juga tidak terpasang di bagian belakang motor.
Saat dihentikan itu, AS mengaku kepada Gatot bahwa dirinya teroris. Dia bahkan mengancam mengebom Gatot. Tak hanya itu, AS mengaku sebagai pelaku bom Sarinah. Mendengar itu, Gatot langsung bersikap siaga, mengamankan AS, dan membawanya ke markas Polres Tangerang Selatan.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Tangerang Selatan Ajun Komisaris Alexander Yurikho, di Tangerang Selatan, Kamis (14/3/2019), mengatakan, saat diperiksa di Polres, AS tidak memiliki dokumen kependudukan. AS hanya membawa satu gawai tanpa kartu operator.
Kemudian petugas menelusuri nomor polisi sepeda motor yang dikendarai AS. Dari sana diketahui kalau AS menggunakan motor saudaranya yang bernama Zaenal Arifin. Polisi pun memberitahukan kepada Zaenal soal keberadaan AS di markas Polres, dan Zaenal menyusul ke Polres.
Tiba di markas Polres Tangerang Selatan, Zaenal menunjukkan surat rujuk balik dari Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat.
Dari surat itu, polisi mengetahui bahwa AS menderita skizofrenia paranoid, yaitu gangguan otak yang menyebabkan penderitanya mengalami kelainan dalam berpikir serta kelainan dalam merasakan atau mempersepsikan lingkungan sekitar. AS mengidap penyakit itu setelah bercerai dengan istrinya pada April 2018.
Setelah memastikan AS benar-benar sakit, polisi kemudian membolehkan AS pulang.
Kompas pun mencoba mengklarifikasi benar-tidaknya AS pernah dirawat di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi. Dari staf di bagian informasi rumah sakit tersebut, diperoleh informasi bahwa AS benar-benar pernah dirawat di sana. AS dirawat dari 9 Januari 2019 hingga 3 Februari 2019. (INSAN ALFAJRI)