Lima Bom Kontainer Diamankan, Penyandang Dana Ditangkap
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Polisi mengamankan lima bom kontainer di rumah terduga teroris Abu Hamzah, di Sibolga, Sumatera Utara. Tak hanya itu, ditemukan pula bom pipa, bom ranjau yang ditanam di halaman rumah, dan banyak bahan peledak lain.
Selain itu, setelah penangkapan Abu Hamzah, polisi berhasil menangkap penyandang dana dan orang yang berperan mengatur penyerangan ke markas dan pos-pos polisi dengan bom-bom rakitan tersebut.
”Hasil olah tempat kejadian perkara, Rabu (13/3/2019), polisi menemukan lima bom kontainer. Pukul 08.00 sudah diledakkan oleh petugas,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo, di Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Kontainer yang dimaksud berupa kotak penyimpanan serbaguna yang berbahan plastik.
Selain itu, polisi juga mengamankan 2 bom pipa, 1 bom pipa bentuk elbow, 2 bom pipa bentuk tabung, 4 sasis tabung pipa dari LPG, 100 kilogram bahan peledak, potasium, dan 4 bom ranjau yang ditanam di halaman rumah terduga teroris.
Menurut Dedi, bom dalam jumlah banyak itu hendak digunakan untuk menyerang markas, pos polisi, dan aparat kepolisian yang sedang bertugas.
Hingga kini, menurut Dedi, Tim Gabungan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri dan Kepolisian Daerah Sumatera Utara masih menyisir rumah Abu Hamzah dan lokasi-lokasi di sekitarnya untuk mencari kemungkinan adanya bom atau bahan peledak lain.
”Apabila sterilisasi tuntas dan dinyatakan bebas serta aman, maka masyarakat dapat kembali ke kediaman masing-masing untuk membenahi kerusakan rumah. Jumlah rumah terdampak ledakan sedang diinventarisasi oleh kepolisian bersama pemda,” tutur Dedi.
Diberitakan sebelumnya, polisi telah menangkap Abu Hamzah. Polisi juga coba mengamankan istrinya, berinisial MA (30), tetapi MA justru meledakkan diri sekalipun sudah dibujuk berkali-kali oleh polisi untuk menyerahkan diri. Dia melakukan bunuh diri dengan anaknya yang masih berusia 2 tahun, berinisial H.
Menurut Dedi, Abu Hamzah menyebutkan tidak yakin istrinya mau menyerahkan diri karena ajaran radikal yang diajarkan kepada istrinya sangat kuat. ”MA meledakkan diri pukul 01.30-02.00 dini hari,” ujarnya.
Selain H, Abu Hamzah diketahui memiliki tiga anak lain, yaitu H (18), A (16), dan S (11). Ketiga anak itu sedang dicari keberadaannya oleh polisi.
Dari penyelidikan yang dilakukan, polisi kemudian menangkap AK alias Ameng yang berperan sebagai penyandang dana bagi Abu Hamzah. Dia disebut mengucurkan uang sebesar Rp 15 juta untuk belanja bahan-bahan peledak.
Di tempat AK, polisi menyita satu bom rompi berisi sepuluh bom pipa bentuk elbow. Polisi juga mengamankan satu kardus berisi bahan peledak.
Selain itu, polisi menangkap ZP alias Ogel. ”Dia berperan aktif merencanakan aksi teror yang akan dilakukan dan menyimpan bahan peledak yang akan digunakan oleh Abu Hamzah. Jadi, secara keseluruhan, polisi telah menyita 300 kilogram bahan peledak,” ucapnya.
Menangkal radikalisme
Dengan kembali tertangkapnya terduga teroris dan fakta bahwa ideologi radikalisme masih disebarkan ke masyarakat, pengamat terorisme Universitas Indonesia, Ridwan Habib, meminta pemerintah melibatkan organisasi kemasyarakatan, terutama Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, untuk menangkal sebaran ideologi radikalisme itu.
”Kedua organisasi itu sangat vital untuk mencegah ajaran-ajaran radikalisme berkembang di masyarakat,” kata Ridwan.
Selain itu, dengan paparan konten radikalisme yang menyebar melalui media sosial yang sulit dicegah, peran keluarga sangat penting untuk mengetahui anggota keluarganya telah mengakses atau terpapar konten-konten radikal.
Hal lain, menurut dia, pemerintah perlu mendekati setiap anggota keluarga dari pelaku teror. Sebab, ada kemungkinan jaringan teror terus berjalan melalui anggota keluarga setelah pelaku tertangkap atau dipenjara.
”Pemahaman tentang agama yang baik dan benar kepada anggota keluarga dari pelaku teror penting karena mereka telah terpengaruh paparan radikal dari kepala keluarga,” ujar Ridwan. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY)