Arsitektur Nusantara Penting dan Perlu Dipertahankan
Keanekaragaman budaya di Indonesia turut memengaruhi bentuk dan model arisitektur di Indonesia. Keanekaragaman arsitektur Nusantara tersebut perlu terus dilestarikan bersama dengan kearifan lokal di tengah masifnya pembangunan bangunan-bangunan baru di era modern saat ini.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Keanekaragaman budaya di Indonesia turut memengaruhi bentuk dan model arsitektur di Indonesia. Keanekaragaman arsitektur nusantara tersebut perlu terus dilestarikan bersama dengan kearifan lokal di tengah masifnya pembangunan bangunan-bangunan baru di era modern ini.
Keunikan dan keberagaman arsitektur nusantara juga dapat menjadi daya tarik wisata bagi sebuah daerah. Selain itu, pengembangan arsitektur nusantara juga menjadi bagian dalam mitigasi bencana.
Hal itu mengemuka dalam Diskusi Festival Arsitektur Nusantara yang diselenggarakan di Banyuwangi, Kamis (14/3/2019). Hadir dalam diskusi tersebut Guru Besar Arsitektur dan Peneliti Arsitektur Nusantara Josef Prijotomo serta sejumlah arsitektur, termasuk Yori Antar, Budi Pradono, dan Andra Matin yang pernah berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam mendesain beberapa fasilitas publik di Banyuwangi dengan desain arsitektur nusantara.
”Arsitektur nusantara merupakan gabungan dari ilmu arsitektur dan ilmu kebudayaan. Berbeda dengan arsitektur tradisional yang hanya ada dalam ilmu kebudayaan,” ujar Josef.
Ia mengatakan, arsitektur nusantara merupakan bagian dari identitas. Menurut dia, selama bangsa Indonesia ingin mengatakan diri sebagai Indonesia, arsitektur nusantara harus terus dipertahankan.
Selain menjadi identitas, lanjut Josef, arsitektur nusantara menyimpan teori mitigasi bencana. Arsitektur nusantara dari Sabang hingga Merauke umumnya dibangun tahan gempa.
”Arsitektur nusantara pasti tahan gempa. Hampir dipastikan, seluruh arsitektur nusantara menggunakan konstruksi goyang sehingga saat ada gempa, bangunan ikut bergoyang dan tidak roboh,” ujarnya.
Hal senada disampaikan arsitek Yori Antar. Menurut dia, ada kearifan lokal yang tersimpan di setiap arsitektur nusantara. Kearifan lokal tersebut yang sejatinya perlu ikut dilestarikan bersama dengan arsitektur nusantara.
Arsitektur nusantara pasti tahan gempa. Hampir dipastikan, seluruh arsitektur nusantara menggunakan konstruksi goyang sehingga saat ada gempa, bangunan ikut bergoyang dan tidak roboh.
”Kearifan lokal tersebut harus dijaga dan dilestarikan sehingga bisa jadi acuan arsitektur di masa yang akan datang. Arsitektur nusantara tidak muncul tiba-tiba, tetapi mengalami penyempurnaan yang berkesinambungan sehingga kearifan lokal yang terkandung di dalamnya sangat berguna bila terus diterapkan,” tutur Yori.
Selain lebih tahan gempa, ia menilai, arsitektur nusantara juga memiliki konsep penataan ruang yang sederhana serta struktur bangunan yang cocok untuk iklim tropis. Hal itu membuat orang nyaman tinggal di dalam bangunan di kawasan tropis.
Arsitektur nusantara membuat bangunan terasa dingin pada siang hari dan hangat pada malam hari. Bangunan arsitektur nusantara juga bisa menjaga dari kelembaban karena konstruksi panggung membuat rumah tetap kering.
”Arsitektur nusantara juga tidak melukai Bumi karena hanya menumpang di atas tanah. Berbeda dengan arsitektur modern yang justru melakukan pengecoran ke dalam tanah. Hal ini yang membuat berkurangnya resapan sehingga mengakibatkan banjir,” ucap Yori.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menambahkan, pihaknya kerap tidak langsung memberikan izin mendirikan bangunan kepada hotel dan perusahaan yang tidak mengadopsi arsitektur suku Osing Banyuwangi. Kekhasan desain arsitektur Banyuwangi tersebut dapat diwujudkan dalam bangunan rumah limasan dengan bentuk atap khas Osing, tikel balung, baresan, dan cerocogan.
Bentuk tikel balung merupakan bentuk dasar rumah adat Osing yang terdiri atas empat rab (bidang) atap. Sementara bentuk baresan adalah bentuk yang lebih sederhana dari Tikel Balung dengan menghilangkan satu rab di belakanganya sehingga terdiri atas tiga rab.
Adapun bentuk atap cerocogan adalah bentuk atap yang paling sederhana dari tipe arsitektur Osing dan jarang digunakan sebagai fungsi utama sebuah rumah hunian.
Tak hanya bentuk bangunan, aksen bangunan juga diharuskan mengadopsi motif-motif batik tradisional Banyuwangi. Di sejumlah bangunan fasad, ornamen ataupun karpet di ballroom hotel menggunakan motif gajah oling, kangkung Setingkes, dan lainnya.
”Arsitektur yang diterapkan pada bangunan-bangunan di Banyuwangi tidak hanya menunjukkan identitas, tetapi juga memberi ruang bagi budaya dan arsitektur lokal di tengah pertumbuhan sebuah daerah,” ujar Anas.
Arsitektur yang diterapkan pada bangunan-bangunan di Banyuwangi tidak hanya menunjukkan identitas, tetapi juga memberi ruang bagi budaya dan arsitektur lokal di tengah pertumbuhan sebuah daerah.
Proyek terbaru yang akan dibangun di Banyuwangi ialah pabrik kereta api milik PT INKA. Pabrik yang dibangun dengan kerja sama perusahaan asal Swiss, Stadler Rail, tersebut mengadopsi rumah limasan khas Osing.
Anas menyebutkan, pihaknya kerap menekankan pentingnya arsitektur lokal kepada investor yang ingin mendirikan bangunan di Banyuwangi. Hal itu juga dilakukan sebagai bentuk rasa cinta masyarakat sekitar terhadap perkembangan kotanya.
”Ini cara kami untuk menitipkan peradaban. Jangan sampai kita meninggalkan kebudayaan hanya demi modernitas. Itulah mengapa kami tidak membangun bandara dengan kaca-kaca besar, tetapi dengan konsep green airport yang hijau dan terbuka sehingga tidak banyak membutuhkan pendingin ruangan,” tuturnya.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Rahman yang hadir dalam Festival Arsitektur Nusantara mengatakan, arsitektur nusantara perlu dipertahankan di destinasi-destinasi wisata. Karya arsitektur merupakan bagian dari atraksi kearifan lokal.
”Banyak orang berkunjung ke suatu tempat karena ingin melihat atraksi budaya. Arsitektur lokal bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Karena itu, masukan arsitektur dalam membangun destinasi wisata dapat menjadi langkah awal untuk mewujudkan wisata berbasis arsitektur nusantara,” ucap Rizki.