Web Tak Lagi seperti Diinginkan, Telah Ikut Merusak Demokrasi
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
GENEVA, RABU — World Wide Web yang biasa disingkat WWW, sebagai bagian dari internet, merayakan hari ulang tahunnya yang ke-30 di Geneva, Swiss, Selasa (12/3/2019) waktu setempat. Memasuki dasawarsa keempat, WWW menghadapi berbagai isu besar yang belum ditemui solusinya.
Masalah yang dihadapi, antara lain, adalah penyebaran ujaran kebencian, perlindungan dan privasi data, serta praktik peretasan. Penemu WWW, Tim Berners-Lee, mengatakan, penggunaan web kini jauh dari tujuan awalnya, yaitu sebagai tempat pertukaran ide dan kolaborasi.
Berners-Lee pun khawatir arah perkembangan teknologi saat ini, antara mendukung dan tidak lagi mendukung perkembangan demokrasi. ”Whoops! Kini, web tak lagi seperti yang kita inginkan sebelumnya,” kata Berners-Lee saat perayaan hari ulang tahun ke-30 WWW di Geneva, Selasa.
Bagi dia, pengguna memandang web sebagai dunia yang tidak baik karena ikut merusak demokrasi. ”Mereka kini ngeri setelah melihat Brexit dan Trump memenangi pemilihan umum. Mereka sadar, web yang mereka pikir keren itu sebenarnya tidak melayani umat manusia dengan baik,” katanya.
Pria yang mendapat gelar kehormatan kesatria (KBE) dari Ratu Elizabeth II pada 2004 ini juga telah dinobatkan sebagai salah satu dari 100 orang paling penting pada abad XX oleh majalah Time.
Serangan siber
Badan intelijen dan keamanan Amerika Serikat menuduh Rusia mengintervensi hasil pemilu 2016 dengan meningkatkan pencalonan Trump dan merusak kampanye Hillary Clinton. Komisi Pemilihan Umum Inggris dan Parlemen Inggris juga menuduh Rusia telah mengintervensi referendum 2016, yang hasilnya hampir 52 persen rakyat Inggris memilih keluar dari keanggotaan Uni Eropa.
Menurut Bloomberg, Ketua Komisi Pemilihan Umum RI Arief Budiman, Selasa (12/3/2019), mengatakan, pihak penyelenggara menghadapi gelombang serangan di dunia maya yang kemungkinan bertujuan untuk memengaruhi hasil Pemilu 2019. Beberapa serangan itu berasal dari Rusia dan China.
Serangan siber itu berupa tindakan memanipulasi atau memodifikasi konten dan menciptakan semacam ”pemilih hantu” dengan identitas palsu. Motif serangan itu masih belum diketahui.
Berners-Lee pun khawatir apakah jaringan internet itu sebenarnya mendukung demokrasi atau tidak. Dia mengatakan, di saat masyarakat belum stabil akibat bencana pribadi, ”Kita sudah ditimpa lagi dengan bencana berikutnya.”
Web sekarang telah menjadi wadah perusahaan raksasa teknologi menyedot data pribadi, rival politik atau pemerintah dapat menyebar berbagai macam informasi negatif, bahkan hoaks, dalam rangka memengaruhi hasil pemilu. Hingga akhir 2018, diperkirakan setengah dari seluruh penduduk dunia memilih akses internet.
Pengawasan dan kebebasan
Bagi Berners-Lee, keseimbangan antara pengawasan dan kebebasan berekspresi sangat penting. Namun, ia mengakui, keseimbangan itu sulit ditemui dan disetujui.
”Di mana keseimbangan antara membiarkan perusahaan teknologi melakukan hal yang benar dan mengaturnya? Di mana keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan ujaran kebencian?” ujarnya.
Meskipun tantangan itu besar, usaha untuk membangun web menjadi dunia yang lebih baik tidak boleh berhenti. Semua pihak berwenang harus mendukung pertumbuhan web dari masa remajanya yang bergejolak hingga masa depan yang lebih dewasa, bertanggung jawab, dan inklusif.
Perusahaan penyedia media sosial memang memiliki kemampuan algoritma yang mengerikan. Namun, mereka peduli atas masalah yang dihadapi dunia maya dan berusaha memperbaiki itu.
Salah satunya dengan memberikan kebebasan kepada penggunanya dalam mengelola data pribadi. Berners-Lee juga optimis dengan kepedulian pemerintah dan masyarakat akan masalah itu.
Zeynep Tufekci, profesor dari Sekolah Ilmu Informasi dan Perpustakaan University of North Carolina, AS, menambahkan, web merupakan teknologi yang luar biasa, indah, dan didasari dengan niat menginginkan keterbukaan dan konektivitas.
”Keterbukaan (web) luar biasa. Konektivitasnya luar biasa. Tetapi, beberapa pemain besar telah membangun mesin pengintai yang mengawasi profil pengguna dan menargetkannya untuk siaran iklan. Itu jauh sekali dari ide awal (saat web diciptakan),” tutur Tufekci.
Sistem informasi global saling terhubung yang dibayangkan Tim Berners-Lee terwujud pada paruh akhir 1980-an. Menurut Wikipedia, dengan bantuan rekannya sekaligus pegiat hiperteks Robert Cailliau, Berners-Lee merilis proposal resmi pada 12 November 1990 untuk membangun proyek hiperteks bernama WorldWideWeb (satu kata) sebagai jejaring dokumen-dokumen hiperteks yang dibaca menggunakan peramban. (AP/REUTERS)