PT Lippo Karawaci Tbk memastikan kembali fokus pada bisnis inti. Perusahaan yang per 31 Desember 2018 memiliki aset 3,4 miliar dollar AS itu akan memfokuskan bisnis pada pengembangan perumahan di daerah perkotaan, mal, dan layanan kesehatan.
Langkah itu merupakan bagian dari rencana transformasi strategis perusahaan untuk merekapitalisasi perseroan, merombak jajaran dewan komisaris dan direksi, dan membentuk tim manajemen baru. Terkait transformasi bisnis itu, John Riady, cucu pendiri Grup Lippo Mochtar Riady, ditunjuk sebagai CEO Lippo Karawaci. Ia menggantikan Ketut Budi Wijaya, memimpin perusahaan yang masuk dalam Indeks Kompas100 tersebut.
Perusahaan ini, antara lain, menghimpun dana 1,01 miliar dollar AS. Dana diperoleh dari penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dulu (right issue) senilai 730 juta dollar AS serta divestasi aset 280 juta dollar AS. Dana itu, antara lain, untuk membayar sebagian kewajiban utang, penyangga likuiditas untuk semua kewajiban utang dan sewa Real Estate Investment Trade (REIT), serta kelanjutan investasi.
Berikut ini perbincangan Kompas dengan John Riady di Jakarta, Selasa (12/3/2019).
Bisa dijelaskan rencana strategis perseroan?
Kami melakukan transformasi yang sifatnya komprehensif. Lippo Karawaci akan mendapatkan dana 1 miliar dollar AS. Dana ini akan menyelesaikan persoalan likuiditas, neraca perusahaan akan semakin kuat, dan penyelesaian proyek-proyek. Saat ini, total obligasi Lippo Karawaci cuma 900 juta dollar AS. Tentu kami enggak akan bayar (utang) semuanya, tetapi neraca kami akan sangat kuat. Selain itu, perubahan strategi bisnis agar lebih fokus. Lippo Karawaci mengerjakan hampir semua (aspek), yakni bank tanah, manajemen perkotaan, perumahan, hunian vertikal, industri, mal, rumah sakit, parkir, hingga tempat orang meninggal. Semua ini ekosistem yang sangat menarik. Akan tetapi, kami mau fokus pada tiga hal, pertama soal perumahan. Kedua, mal. Saat ini, kami punya 52 mal sehingga (bisnis) ini merupakan kontinuitas dari yang sudah kami kerjakan. Ketiga, kesehatan. Siloam sekarang memiliki 35 rumah sakit dan kami ingin terus berkontribusi dan mengabdi di bisnis ini.
Kami ingin memperkuat manajemen untuk bisa menunjang strategi baru. Jajaran komisaris baru merupakan bentuk komitmen kami terhadap transparansi dan tata kelola. Tentu bergabungnya beberapa komisaris baru akan membantu perusahaan menciptakan tata kelola yang sehat.
Apa pertimbangan fokus pada tiga bidang inti?
Ada tiga kriteria. Pertama, skala. Semua usaha kami baik, tetapi bisnis yang bisa memberikan skala besar adalah tiga bisnis tersebut. Total adjusted NAV (nilai aset bersih) kami lebih kurang Rp 70 triliun sehingga perlu melakukan hal-hal yang menggerakkan total penjualan. Kedua, pendapatan. Kami ingin memastikan Lippo Karawaci menghasilkan pendapatan yang baik agar harga saham baik dan menguat. Ketiga, visi kami melayani masyarakat membangun bangsa dengan fokus di tiga hal itu.
Target perusahaan?
Tahun ini adalah tahun konsolidasi. Setiap proyek yang kami mulai akan kami selesaikan dengan dana yang ada, termasuk proyek Meikarta. (Meikarta) Itu harus selesai menjadi tanggung jawab kami. Dari triwulan III dan IV-2019, kami bisa mulai memikirkan proyek-proyek berikutnya. Itu akan mencerminkan prioritas dan strategi baru kami.
Bagaimana rencana ke depan?
Kami tidak akan memperbanyak kota (untuk pengembangan). (Proyek) Di 35 kota sudah banyak. Kami fokus di 10 kota besar, seperti Jabodetabek, Bandung, Medan, Palembang, Makassar, Manado, dan Bali. Untuk tahap awal, kami akan mulai di Jabodetabek dulu. Nanti kalau pasar semakin jelas dan semakin baik, baru kami kembangkan ke kota-kota lain.
Bisa dijelaskan seperti apa rencana pengembangan di tiga bidang itu?
Untuk perumahan, arah kami mengejar penyelesaian kekurangan rumah 11 juta unit atau sasarannya penduduk kelas menengah. Pasar ini paling banyak jumlahnya. Adapun mal memainkan peran di masyarakat dengan lalu lintas (pengunjung) yang terus naik. Kami punya 52 mal dan akan terus dikembangkan. Tetapi, kami enggak bisa lagi membangun mal kecil-kecil. Ke depan, luas mal yang dibangun paling sedikit 50.000 meter persegi supaya memenuhi skala bisnis dan pendapatan. Pengembangan mal masih bisa dilakukan di Bodetabek, Manado, dan Makassar. Kami ingin rasional. Mal yang kami buka mendatangkan pendapatan baik. Sama halnya dengan pembangunan rumah sakit. Kami ingin rumah sakit dibangun teratur, dijalankan dengan benar, dan menguntungkan.
Meikarta proyek besar seluas 500 hektar. Bagian pertama (proyek) seluas 84 hektar dan yang kami mulai kerjakan baru sepertiganya. Penyelesaian bertahap sesuai penjualan. Dalam tiga tahun ke depan, seharusnya semua (unit) yang kami jual sampai dengan saat ini bisa selesai. Tentu tahun depan kami akan menjual lagi dan bergulir.
Sejauh mana dampak fokus bisnis terhadap efisiensi perusahaan?
Selayaknya suatu usaha, kalau ada perubahan bisnis pasti ada bagian tertentu yang diefisiensikan. Namun, ada bagian tertentu yang berkembang yang mesti dikembangkan.