Kemudahan teknologi menawarkan peluang usaha bagi manusia kreatif dan pekerja keras. Dunia mode dan desain pakaian jadi salah satu yang diminati. Pemetaan tentang selera pasar yang mudah berubah di jaman milenial ini menjadi salah kunci yang tak henti-henti harus terus dipelajari.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
Kemudahan teknologi menawarkan peluang usaha bagi manusia kreatif dan pekerja keras. Dunia mode dan desain pakaian jadi salah satu yang diminati. Pemetaan tentang selera pasar yang mudah berubah di jaman milenial ini menjadi salah kunci yang tak henti-henti harus terus dipelajari.
Tangan Nia Dwi Lestari (25) cekatan menusukkan jarum pada kain. Wanita muda itu tengah membuat sulam jelujur pada kain berwarna kuning dan jingga yang telah dipotong mengikuti pola baju.
Siang itu, Senin (12/03/2019), Nia tengah membuat pakaian yang akan ditampilkan untuk acara Fashion Show bertema "Romantic Sunrise" pada 27 April 2019. Alasan itu ia memilih warna cerah bakal busana andalannya.
“Ini menggambarkan cahaya matahari yang muncul di pagi hari,” kata Nia, saat ditemui di lembaga Kursus Fashion Lampung, di Bandar Lampung.
Bagi Nia, ini adalah pengalaman pertamanya terlibat sebagai desainer yang juga memproduksi sendiri pakaian untuk ditampilkan dalam pergelaran busana. Dari sekitar 100 desain yang dia buat, Nia akan membuat lima pakaian.
“Saya membuat pakaian wanita berupa long dress dengan konsep casual. ini bisa dipakai untuk acara santai maupun formal. Saya menargetkan baju ini terjual Rp 200.000 – Rp 300.000 per buah,” papar Nia.
Berwirausaha
Di tempat itu, Nia dan puluhan wanita lainnya tidak hanya belajar membuat desain atau menjahit pakaian. Namun, mereka juga ditempa untuk menjadi wirausaha di bidang fashion. Untuk itulah, mereka dilibatkan dalam pergelaran busana.
Nia sendiri membuat pilihan berharga. Ia keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai bank untuk membuat butik sendiri. Selain karena hobi menjahit, Nia melihat peluang pasar busana wanita saat ini cukup besar.
“Di media sosial seperti instagram, mulai bermunculan para pelaku usaha pakaian. Saya akan memulai bisnis ini dari situ,” kata Nia.
Untuk meningkatkan kapasitasnya, Nia memutuskan mengambil pelatihan di Kursus Fashion Lampung yang diasuh Rara Diasa, salah satu desainer asal Lampung. Selama empat bulan, Nia dibimbing membangun bisnis busana. Selain itu, dia juga berlatih kreatif membuat desain yang unik dan elegan.
“Di sini, kami diarahkan menentukan target pasar, apakah khusus anak muda atau kalangan ibu-ibu. Setelah tahu target pasarnya, kami membuat desain pakaian yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan,” kata Nia.
Dia sendiri mengaku tertarik menyasar pasar kalangan wanita dewasa. Nia ingin memproduksi pakaian casual berupa tunik atau long dress.
Nia memilih nama mulier.id untuk merek busana kreasinya. Dia juga telah membuat akun instagram yang digunakan untuk promosi. “Saya memutuskan memulai bisnis daring. Selain lebih murah, peluang pasarnya juga lebih luas. Target pasarnya tidak hanya di Lampung, tapi juga di daerah lain,” katanya.
Tria Mafika Sari (19) juga mempunyai mimpi membangun binis busana muslimah. Remaja putri yang baru lulus SMA itu mantap memilih kursus menjahit. Dia berharap, hobi yang dia tekuni sejak kecil itu bisa menjadi jalan untuk meraih kesuksesan.
“Awalnya, saya suka menggambar desain pakaian. Dari situ, saya ingin bisa membuat baju untuk saya sendiri dan membuka usaha fashion. Kalau sukses bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain,” ucapnya.
Kalau sukses bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain
Rara Diasa, Executive Director Kursus Fashion Lampung menuturkan, sudah ada sekitar 200 orang yang mengikuti kursus fashion enterpreneur. Mereka yang telah menjalani kursus selama 4-7 bulan umumnya membuka usaha fashion secara mandiri. Para siswa didiknya ditekankan membuat merek dan desain mandiri.
“Saya ingin menciptakan wirausaha di bidang fashion. Karena itulah, saya tidak hanya mengajarkan desain dan menjahit tapi juga mengajarkan bagaimana mereka membuat brand, menentukan pasar, hingga memasarkan produknya,” papar Rara.
Tantangan
Rara menuturkan, perkembangan teknologi membuat peluang bisnis busana, khususnya pakaian wanita semakin terbuka. Namun, diperlukan kerja keras, kesabaran, dan kreativitas untuk bisa sukses.
“Fashion adalah bisnis yang mudah sekali berubah. Pelaku bisnis ini tentu harus kreatif menciptakan desain yang unik dan berbeda dari orang lain,” kata Rara.
Tantangan lain yang harus dihadapi adalah mahalnya ongkos produksi. Apalagi, bahan tekstil seperti kain dan benar adalah komoditas impor yang harganya semakin tinggi.
Untuk membantu pemasaran produk, Rara menjalin kerjasama dengan sejumlah instansi untuk menggelar fashion show. Tahun ini, Rara bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung untuk menggelar pergelaran busana. Rencananya, kegiatan itu akan berlangsung di Gedung Serbaguna Universitas Lampung yang menghadirkan ribuan pengunjung. Dengan pergelaran busana itu, mereka diharapkan dapat berlatih memahami kebutuhan pasar dan bertemu dengan calon pembeli. Promosi juga dilakukan melalui instagram.
“Ke depan, kami berencana membuat sebuah platform untuk promosi. Harapannya brand lokal kreasi perempuan-perempuan di Lampung bisa dikenal lebih luas,” katanya.