Keluarga Duga Agus Dibunuh, Polisi Bongkar Makamnya untuk Otopsi
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Polres Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, dan tim dokter forensik Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur, membongkar makam Agus Kosasih, Rabu (13/3/2019), untuk keperluan otopsi. Pembongkaran makam dilakukan atas permintaan keluarga untuk mengetahui penyebab tewasnya pria berusia 48 itu. Pihak keluarga ragu bahwa Agus meninggal karena bunuh diri.
Sembilan petugas menggali kuburan Agus di TPU Pinang Ranti. Saat pembongkaran dan proses otopsi oleh Polres Bandara Soekarno-Hatta dan tim dokter forensik RS Polri, pihak keluarga dan pengacara tidak boleh mendekati area makam. Tim dokter forensik mengambil sebagian tubuh untuk dilakukan penyelidikan.
Kepala Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Polri Komisaris Besar Edi Purnomo mengatakan belum bisa memprediksi kapan hasil otopsi Agus bisa diketahui. ”Sampel bagian tubuh baru diambil tadi pagi, butuh proses. Belum bisa dipastikan berapa lama,” kata Edi.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandara Soekarno-Hatta Komisaris James Hasudungan Hutajulu mengatakan, sebelumnya pihaknya meminta bantuan tim forensik RS Polri untuk menggali kubur dan melakukan otopsi atas permintaan pihak keluarga. Pihak keluarga tidak percaya Agus mengakhiri hidup dengan gantung diri di gudang PT JAS, Bandara Soekarno-Hatta.
”Kegiatan otopsi ini dilakukan untuk mengetahui penyebab dari kematian korban. Awalnya, pada saat ditemukan meninggal, yang bersangkutan sudah kami rujuk untuk dilakukan otopsi di RSUD Tangerang. Namun, pada saat itu, pihak keluarga menolak dilakukan otopsi. Kemudian, oleh pihak keluarga dimakamkan,” kata James.
James menuturkan, dari hasil penyelidikan sebelumnya, dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, termasuk keterangan dari 15 saksi dan operator CCTV. Hasilnya, tidak ditemukan penganiayaan atau kekerasan pada tubuh korban. Saat penyelidikan berjalan, sekitar tiga minggu lalu, pihak keluarga mengirimkan surat kepada Polres Bandara Soekarno-Hatta untuk meminta tetap dilakukan otopsi.
Untuk hasil otopsi, Polres Bandara Soekarno-Hatta masih menunggu hasil dari RS Polri. James mengatakan, mereka akan mengirimkan visum et repertum atau visum luar. ”Dari hasil itu akan diketahui penyebab kematiannya. Mungkin dua minggu hasilnya keluar,” katanya.
Berdasarkan keterangan Yuliantini, adik korban, ada motif dendam sehingga kakaknya meregang nyawa. Keluarga yakin motif bunuh diri dengan cara gantung diri sangat janggal karena Agus dikenal sebagai suami dan ayah yang baik.
”Tidak pernah ada masalah besar di keluarga atau dengan istrinya. Semua baik-baik saja. Kakak saya rajin shalat dan baru pulang umrah. Masa bunuh diri? Kami tidak percaya,” katanya.
Kejanggalan yang dirasakan pihak keluarga beralasan, karena berdasarkan foto, posisi korban tidak tergantung tinggi. Ada jejak lutut korban di lantai. Yuliantini berharap polisi terus mengusut dan hasil otopsi segera keluar agar kasus kematian kakaknya terbongkar.
Nana Sumarna dari LBH Detektif Partikelir, kuasa hukum keluarga korban, mengatakan, keluarga masih belum terima atas peristiwa yang menimpa Agus.
Kecurigaan berawal ketika Agus menceritakan kepada istri tentang kasus pencurian yang dilakukan temannya di tempat kerja. Namun, Agus enggan melaporkan kasus pencurian tersebut.
Agus yang sudah bekerja sekitar 25 tahun selalu diantar jemput dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Bandara Soekarno-Hatta menggunakan minibus. Namun, Rabu (23/1/2019), saat hendak pulang, Agus tidak dijemput seperti biasa dengan alasan bus mengalami pecah ban.
Pada Kamis (24/1/2019) sekitar pukul 09.30, Agus ditemukan tewas gantung diri. ”Itu salah satu kejanggalan. Padahal, jika pecah ban, bisa diperbaiki satu hingga dua jam selesai,” kata Nana. (AGUIDO ADRI)