Bunga Bangkai Amorphophallus Gigas Mekar di Bekasi
Oleh
Hamzirwan Hamid
·2 menit baca
BEKASI, KOMPAS—Bunga bangkai jenis Amorphophallus gigas kembali mekar di Rumah Perubahan Rhenald Kasali, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Senin hingga Selasa (12/3/2019). Fase mekar bunga bangkai itu relatif singkat, yaitu 8-48 jam.
Pantauan pada Rabu (13/3/2019) di Rumah Perubahan Rhenald Kasali, di Pondok Melati, Bekasi, bunga setinggi sekitar 3 meter itu sudah kembali layu. Aroma bangkai dari kelopak bunga juga sudah tidak tercium.
Staf Rumah Perubahan, Tito Andaka Beladewa, mengatakan, bunga itu pertama kali mekar pada Senin (11/3/2019) malam. Saat mekar, aroma bangkai itu tercium hingga radius 20 meter dan mengundang ribuan serangga untuk mengerumuni kelopaknya.
Bunga bangkai yang ditanam pada tahun 2007 itu didatangkan bibitnya dari Bengkulu. Ada enam jenis bunga bangkai yang ditanam, yaitu Amorphophallus gigas, Amorphophallus titanum, Amorphophallus paeoniifolius, Amorphophallus muelleri, Amorphophallus variabilis, dan Rafflesia.
Amorphophallus merupakan genus bunga bangkai raksasa. Jenis Amorphophallus titanum merupakan yang terbesar dalam keluarga bunga yang termasuk suku talas (keladi). Tingginya 2,5 meter dengan diameter hingga 1,5 meter.
Tertinggi
Adapun Amorphophallus gigas memiliki tangkai bunga yang lebih panjang sehingga dikenal sebagai bunga bangkai tertinggi. Pada fase vegetatif, kelopak bunga bangkai itu berwarna hijau tua dengan diameter sekitar 12 cm, (Kompas, 19/9/2017).
"Perawatannya cukup rumit karena selain harus di tanam di tempat yang teduh, dia juga harus terkena sinar matahari. Bunga ini merupakan tanaman yang hidup di lingkungan beriklim tropis," kata Tito.
Berbeda dengan bunga bangkai jenis lainnya, seperti Amorphophallus titanum yang mekar 3 tahun sekali, Amorphophallus gigas justru mekar setiap tahun pada Maret atau April.
Tito mengatakan, hidupnya aneka bunga bangkai di Rumah Perubahan merupakan bagian dari cita-cita Rhenald Kasali untuk menjadikan tempat itu sebagai taman konservasi berbagai jenis flora langka. Tanaman-tanaman langka itu dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa, mahasiswa, dan peneliti yang ingin mempelajari tumbuhan langka yang hanya hidup di Indonesia.
Meski demikian, berbagai jenis flora langka di tempat itu tidak bisa diakses masyarakat luas. Hanya karyawan swasta, instansi pemerintah, dan BUMN yang sedang mengikuti pelatihan di Rumah Perubahan yang dapat menikmati berbagai flora langka yang hidup dan dibudidayakan di sana. (STEFANUS ATO)