Relawan Jokowi-Ma’ruf Amin Gelar Pertunjukan Seni Budaya di Yogyakarta
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Relawan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, bakal menggelar deklarasi dukungan dalam format pertunjukan seni budaya. Mereka ingin membuat pesta demokrasi terasa menyenangkan tanpa ujaran kebencian yang justru merenggangkan persatuan bangsa.
Acara tersebut bakal digelar relawan yang tergabung dalam Alumni Jogja Satukan Indonesia di Stadion Kridosono, Sabtu (23/3/2019). Kelompok relawan itu terdiri atas orang-orang yang pernah tinggal dan bersinggungan dengan Yogyakarta. Menurut rencana, acara tersebut juga akan dihadiri capres Joko Widodo.
”Yang akan mengikuti perhelatan ini semua lapisan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya serta masyarakat dari kawasan lain yang pernah bersentuhan dengan Yogyakarta. Bisa karena urusan pendidikan, pekerjaan, perkawinan, dan berbagai faktor lain,” tutur Ketua Panitia Alumni Jogja Satukan Indonesia Ajar Budi Kuncoro, di Yogyakarta, Selasa (12/3/2019).
Budi menyampaikan, sejumlah penampil yang bisa dipastikan datang adalah God Bless, Djaduk Ferianto, NDX AKA, Sri Krishna, dan Marzuki Mohammad. Selain itu, deklarasi menurut rencana dipimpin aktor senior Slamet Rahardjo dan didampingi Butet Kertaradjasa.
”Kami berharap, nanti kita bisa merasakan suasana yang ceria, damai, penuh kekeluargaan, dan persatuan. Juga, untuk para peserta, karena ini deklarasi Alumni Yogyakarta, diminta tidak ada atribut partai politik,” kata Budi.
Kami berharap, nanti kita bisa merasakan suasana yang ceria, damai, penuh kekeluargaan, dan persatuan.
Djaduk Ferianto menyatakan akan tampil dengan jumlah personel yang lebih banyak daripada biasanya. Dia ingin mempertontonkan musik tradisi Nusantara yang begitu tinggi keragamannya.
”Biasanya kami hanya bermain dengan 13 personel. Kemungkinan besok bisa jadi sekitar 30 personel. Nanti akan ada gamelan Bali, gamelan Jawa, dan instrumen nusantara lainnya. Kekayaan Indonesia akan kami eksplorasi,” ujar Djaduk.
Selain itu, Djaduk juga mempersiapkan satu tarian berjudul Senyum Indonesia ciptaan Ida Manutranggana dan Sutopo TB. Tarian tersebut menceritakan tentang keberagaman yang dimiliki Indonesia. Nuansa keberagaman ditonjolkan karena situasi ini yang ingin terus diciptakan untuk membesarkan bangsa.
”Saya ingin menampilkan repertoar yang menggambarkan keragaman. Saya yakin, Yogyakarta ini besar bukan karena orang Yogyakarta sendiri, tetapi juga karena orang-orang dari daerah lain yang berkontribusi bagi Yogyakarta. Seperti halnya Indonesia yang juga dibesarkan oleh orang dari beragam latar belakang suku, budaya, serta agama,” tutur Djaduk.
Kemasan budaya
Direktur Acara Alumni Jogja Satukan Indonesia Ong Hari Wahyu mengatakan, kemasan budaya bakal kental dalam acara tersebut. Berbagai komunitas turut dilibatkan agar membuat acara semakin meriah. Ia berharap, deklarasi nanti bisa dinikmati secara riang gembira oleh para peserta.
”Yogyakarta itu lebih kultural. Lebih budaya. Jadi kemasannya akan lebih pada kebudayaan. Kami melibatkan komunitas sepeda, bergada, reog, dan teman-teman seni rupa. Idenya masih dirahasiakan. Pokoknya lucu. Saya pikir, deklarasi nanti harus menyenangkan semuanya,” kata Ong.
Butet Kartaredjasa, seniman teater, mengungkapkan hal serupa. Ia berharap, sisi kreativitas masyarakat menonjol dalam upaya melakukan komunikasi politik pada deklarasi nanti. Hal-hal serius dibicarakan secara santai dan menyenangkan, tetapi tak menghilangkan substansi.
”Sensitivitas kultural Yogyakarta ini memenuhi kriteria untuk membahasakan hal-hal yang serius tanpa melupakan aspek kegembiraan dan kejenakaan. Ini jadi medan kreatif, di mana teman-teman dari dunia seni mempresentasikan ide-ide jenaka atau kreatif untuk sebuah komunikasi politik,” ujar Butet.