JAKARTA, KOMPAS--Komoditas mentah lebih rentan terhadap fluktuasi harga dibandingkan dengan produk olahan. Oleh karena itu, hilirisasi industri merupakan cara yang bisa dilakukan untuk meredam dampak penurunan harga komoditas.
Hilirisasi sekaligus memberi nilai tambah bagi komoditas.
"Komoditas yang masih berupa sumber daya alam mentah pasti rentan terhadap gejolak harga," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Haris Munandar di Jakarta, Senin (11/3/2019).
Pemerintah, tambah Haris, mendorong hilirisasi industri agar komoditas tidak lagi diekspor dalam bentuk mentah.
Ia mencontohkan, gas diharapkan tidak lagi hanya dipakai sebagai energi. Akan tetapi, bisa digunakan sebagai bahan baku industri. Batubara juga dapat diproses melalui gasifikasi sebagai bahan baku di berbagai sektor industri, antara lain tekstil, pupuk, dan petrokimia.
Pada awal Maret 2019 sudah dicanangkan industri hilirisasi batubara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Industri hilirisasi batubara dapat menghasilkan produk bernilai tambah tinggi dan substitusi impor seperti urea, dimetil eter, serta polipropilen.
Berdasarkan perhitungan Kemenperin, jika kebutuhan batubara pada proyek di Tanjung Enim sebanyak 9 juta ton per tahun dengan harga komoditas 30 dollar AS per ton, maka akan dihasilkan 270 juta dollar AS tanpa melalui proses pengolahan. Namun, keberadaan pabrik polipropilen berkapasitas 450.000 ton per tahun akan menghasilkan 4,5 miliar dollar AS.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, industri tambang dan penggalian tumbuh 2,16 persen pada 2018.
Sebagaimana dikemukakan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara di Berau, Kalimantan Timur, akhir pekan lalu, BI memperkirakan sektor ini tumbuh 1-1,4 persen pada 2019.
Kepala Perwakilan BI Kaltim, Muhamad Nur, mengakui, pertumbuhan ekonomi wilayah yang bergantung pada komoditas bisa semakin tertekan. "Kaltim yang dominasi sektor pertambangannya besar juga bisa terpengaruh. Pada 2018, pertumbuhan ekonomi Kaltim 2,67 persen," katanya.
Minyak sawit
Terkait hilirisasi agro, Haris memaparkan, minyak sawit mentah dapat dihilirisasi menjadi produk bernilai tambah. "CPO (minyak sawit mentah) bisa diolah menjadi 150 lebih produk turunan. Industri dalam negeri sudah punya kemampuan untuk itu," ujar Haris.
Secara terpisah, Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto mengatakan, Astra Agro Lestari memiliki dua pabrik pengolahan olein, yakni di Mamuju (Sulawesi Barat) dan Dumai (Riau). "Jadi, paling tidak, separuh dari produksi Astra Agro Lestari bisa diolah sehingga ada nilai tambahnya," kata Prijono.
Hilirisasi dapat meningkatkan nilai tambah minyak sawit. Dengan cara itu, pengaruh dari penurunan harga komoditas tidak akan terlalu besar.
Menurut Direktur Eksekutif Federasi Industri Kimia Indonesia Suhat Miyarso, pelaku industri, termasuk sektor petrokimia, harus mampu mencari bahan baku dari dalam negeri. Bahan yang tersedia antara lain batubara. "Batubara bisa digasifikasi, kemudian jadi bahan baku industri petrokimia. Kalau ini terjadi, batubara memiliki nilai tambah daripada sekedar diekspor," katanya. (CAS/IDR)