Proses Pembangunan Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman di Kabupaten Purbalingga mulai memasuki tahap pelelangan. Diharapkan proses lelang segera selesai dan dilanjutkan dengan pembangunan fisik. Pembangunan landasan pacu dan terminal penumpang ditargetkan selesai dalam waktu setahun.
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURBALINGGA, KOMPAS – Proses Pembangunan Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman di Kabupaten Purbalingga mulai memasuki tahap pelelangan. Diharapkan proses lelang segera selesai dan dilanjutkan dengan pembangunan fisik. Pembangunan landasan pacu dan terminal penumpang ditargetkan selesai dalam waktu setahun.
“Ini masih lelang mudah-mudahan akhir April atau awal Mei sudah selesai,” kata Director of Engineering and Operation PT Angkasa Pura II Djoko Murjatmodjo di Purbalingga, Selasa (12/3/2019) saat mendampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Djoko mengatakan, tahap pembangunan fisik bandara akan meliputi pembangunan runway atau landasan pacu sepanjang 1,6 kilometer x 30 meter serta pembangunan gedung terminal. “Pekerjaan persiapan sekarang yang sedang berlangsung adalah pembuatan pagar,” tuturnya.
Dalam kunjungannya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, proses administrasi pembangunan bandara akan segera diselesaikan sehingga diharapkan bandara ini bisa selesai dibangun dalam waktu 1 tahun. “Mungkin dalam waktu 1 tahun selesai, baik terminal maupun landasannya. Landasan akan dibangun 1.600 meter jadi bisa digunakan untuk pesawat ATR,” kata Budi.
Mungkin dalam waktu 1 tahun selesai, baik terminal maupun landasannya. Landasan akan dibangun 1.600 meter jadi bisa digunakan untuk pesawat ATR
Dengan adanya bandara tersebut, lanjut Budi, konektivitas Jakarta ke Purbalingga dan kota sekitarnya seperti Purwokerto bisa lebih lancar. “Kalau (orang) di sini tidak ada alternatif. Bandara-bandara lain orang punya alternatif. Kalau ini mau ke Semarang butuh waktu 5 jam, ke Kulonprogo 4 jam. Di Purbalingga saya lihat ada industri rambut palsu atau wig, bulu mata (palsu) yang potensial,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Budi juga menegaskan kembali pihaknya akan mengklarifikasi kasus jatuhnya Pesawat Ethiopian Airlines ET 302, Minggu (10/3/2019) karena terkait dengan larangan terbang sementara bagi Boeing 737 Max 8. “Apa yang terjadi dengan kejadian Lion dan Ethiopian lain. Untuk itu saya menugaskan Dirjen Udara untuk mengklarifikasi apa yang terjadi,” kata Budi.
Pada awal Januari, Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin menyebutkan, pembangunan bandara Purbalingga ini ditargetkan tidak akan melebihi 24 bulan. Pembangunan tahap satu bandara ini meliputi pembangunan landasan sepanjang 1.600 meter dengan lebar 30 meter, apron atau tempat parkir pesawat berukuran 100 meter x 75 meter serta ukuran 70 meter x 70 meter, dan terminal penumpung dengan ukuran 3.600 meter persegi. Kapasitas pergerakannya akan kami optimalkan 500.000 penumpang per tahun.
Dari pantauan Kompas, landasan pacu bandara yang masih berupa tanah berumput sudah sebagian besar dikeruk pada bagian timur. Adapun pada bagian lokasi pendirian terminal yang sudah terhubung dengan akses jalan, ada sekitar 100 warga dikerahkan untuk membersihkan ilalang melalui program padat karya. “Tadi kami mulai bersih-bersih sejak jam 07.30. Yang dibersihkan adalah jalur jalan serta lahan ini,” kata Sodali (52) warga RT 04/RW 02 Desa Kemangkon, Kecamatan Kemangkon.
Tadi kami mulai bersih-bersih sejak jam 07.30. Yang dibersihkan adalah jalur jalan serta lahan ini
Sodali merupakan salah satu warga yang tanahnya terdampak pembangunan bandara. Tanah Sodali seluas 3.500 meter persegi telah dibeli pemerintah untuk dibangun bandara. “Per ubin (14 meter persegi) ada yang Rp 4,2 juta dan ada juga yang Rp 3,5 juta. Pembayaran sudah selesai,” katanya.
Pelaksana Tugas Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menyampaikan, pembangunan bandara yang sudah dirintis sejak 2006 ini akan membuka akses Jateng bagian barat dan selatan dan bisa membawa multiplayer efek, meningkatkan perekonomian, perdagangan, dan geliat pariwisata.