Pemerintah Sampaikan Dukacita kepada Korban Ethiopian Airlines, Satu WNI
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dukacita disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kepada para keluarga korban kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines, termasuk satu warga negara Indonesia. Musibah ini adalah kecelakaan kedua pesawat jenis Boeing 737 Max 8 dalam kurun waktu beberapa bulan setelah Lion Air JT-610/PK-LQP jatuh di Laut Jawa. Menyusul kecelakaan ini, otoritas penerbangan China pun menghentikan operasi pesawat tipe tersebut.
Menteri Retno, Senin (11/3/2019), menyampaikan dukacita kepada keluarga korban kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines ET 302 Addis Ababa-Nairobi hari Minggu. Kecelakaan yang terjadi pada saat fase lepas landas tersebut merenggut nyawa 157 penumpang dan krunya.
”Saya, atas nama Pemerintah Indonesia, mengucapkan dukacita yang mendalam kepada keluarga korban kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines dari Addis Ababa ke Nairobi, kemarin,” kata Retno saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Dalam kecelakaan itu, satu WNI menjadi korban. Harina Hafitz adalah staf Program Pangan Dunia PBB (WFP), yang berpusat di Roma, Italia.
Retno mengatakan, pihak Kedutaan Besar Indonesia di Roma telah berkunjung ke kediaman Harina Hafitz. Korban adalah WNI yang bertempat tinggal di Roma dan telah menikah dengan warga negara Italia.
”Pihak kami secara langsung telah menyampaikan dukacita kepada pihak keluarga,” ucap Retno.
Retno menuturkan, seusai menerima kabar terjadinya kecelakaan Ethiopian Airlines tersebut, dirinya meminta KBRI di Addis Ababa, Etiopia, dan Nairobi, Kenya, untuk mencari informasi mengenai status WNI yang menjadi penumpang pesawat tersebut.
Kedutaan Besar Indonesia di Roma telah berkunjung ke kediaman Harina Hafitz, warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di Roma dan telah menikah dengan warga negara Italia.
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya, pun menyampaikan belasungkawa atas musibah kecelakaan pesawat tersebut.
”Saya meminta kepada Kemlu, KBRI Roma, dan KBRI Addis Ababa untuk terus berkoordinasi dengan keluarga korban untuk pengurusan jenazah. Kuatkan keluarga dan berikan fasilitas yang terbaik kepada keluarga korban yang ada di Indonesia maupun di Roma,” tutur Riefky.
Pesawat dengan nomor penerbangan ET 302 itu berjenis Boeing 737 Max-8 yang dioperasikan sejak November 2018. Jenis pesawat ini serupa dengan pesawat PK-LQP yang dioperasikan maskapai Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610, yang jatuh dalam penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang pada 29 Oktober 2018.
Untuk itu, Riefky mengimbau Kementerian Perhubungan, Komite Nasional Keselamatan Transportasi, dan seluruh pemangku kepentingan penerbangan Indonesia lainnya untuk memperhatikan kelaikan pesawat jenis tersebut.
China hentikan operasi
Sementara itu, Otoritas Penerbangan China (CAAC) telah memerintahkan untuk menghentikan seluruh 96 pesawat Boeing 737 Max 8 yang dioperasikan maskapai di negara tersebut menyusul musibah kecelakaan Ethiopian Airlines. Seluruh Boeing 737 Max 8 yang dioperasikan harus dihentikan pengoperasiannya pada Senin pukul 18.00 waktu setempat atau pukul 10.00 GMT.
Pernyataan CAAC itu berisi keputusan untuk menghentikan operasi 737 Max 8 diambil seusai terjadinya dua musibah yang menimpa pesawat tersebut. Terlebih lagi, kedua kecelakaan tersebut merupakan kasus yang mirip: melibatkan pesawat yang baru dan terjadi pada fase lepas landas.
CAAC akan kembali memperbolehkan maskapai mengoperasikan 737 Max 8 apabila telah mendapat keterangan dari Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) dan Boeing sebagai produsen pesawat. (REUTERS)