JAKARTA, KOMPAS – Pola makan masyarakat yang buruk menyebabkan kasus penyakit GERD atau gastroesophageal reflux disease terus meningkat di Indonesia. Makanan dengan kandungan nitrat yang tinggi seperti daging merah olahan menjadi salah satu pemicunya. Jika tidak dikontrol, penyakit itu bisa memicu komplikasi penyakit lain, seperti kanker kerongkongan.
Berdasarkan riset pada 2016, angka kasus GERD di Indonesia sebesar 9,35 persen. Jumlah ini meningkat dari 2006 yang tercatat sebanyak 3,78 persen.
GERD terjadi karena adanya pelemahan pada sfingter atau klep antara lambung dengan kerongkongan. Kondisi tersebut mengakibatkan adanya aliran balik dari isi lambung ke kerongkongan atau asam lambung yang naik.
Dosen anatomi Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Tena Djuartina, mengatakan, GERD berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi. Makanan dengan kandungan nitrat tinggi bisa memicu terjadinya gangguan tersebut. Makanan tersebut seperti sosis, dendeng, kornet, dan ikan asin.
Hal itu disampaikan saat mempetahankan disertasinya pada sidang promosi doktor Program Studi Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Senin (11/3/2019) di Jakarta. Dengan disertasi itu, Tena berhasil lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif atau IPK 3,82.
“Sekitar 25 persen senyawa nitrat yang masuk ke lambung akan masuk kembali ke bagian mulut dan bereaksi dengan bakteri pada air liur. Nitrat akan berubah menjadi Nitrit dan berubah menjadi NO (Nitic Oxide) yang bisa merusak sfingter. Akibatnya, terjadi aliran balik dari lambung ke kerongkongan yang disebut sebagai GERD,” ujarnya.
Tena menyampaikan, gejala yang khas pada pasien GERD antara lain, rasa seperti terbakar di dada yang terkadang diserta rasa nyeri dan pedih, serta rasa asam dan pahit di lidah. Gejala ini dapat menurunkan produktivitas seseorang dan gangguan kualitas hidup.
Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI, yang juga menjadi promotor pada sidang tersebut, Ari Fahrial Syam, berpendapat, dari hasil penelitian Tena dapat menambah pertimbangan baru dalam tatalaksana GERD. Melalui studi lebih lanjut, pengadaan obat anti NO bisa menjadi salah satu solusi bagi penderita gangguan pencernaan ini.
Baca juga : Banyak Orang Tidak Menyadari Terkena Penyakit Diabetes
Ia menambahkan, selain GERD, naiknya asam lambung bisa menimbulkan gangguan pada organ lain, seperti gigi, sinus, pita suara, saluran pernapasan, dan paru-paru. Bahkan, jika terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya kanker kerongkongan.
Gaya hidup
Menurut Ari, GERD juga bisa dipicu oleh jenis makanan lain, seperti keju, cokelat, makanan berlemak, dan makanan dengan kandungan garam tinggi. Makanan tersebut dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat pengosongan lambung. Kekuatan sfingter pun dapat menurun.
Faktor risiko lain adalah gaya hidup tak sehat, mulai dari merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kopi berlebihan, obesitas atau kegemukan, dan stress. “Jadi ya selama ini jika dokter menganjurkan jangan makanan banyak daging berlemak, itu karena bisa melemahkan fungsi sfingter. Kalau sudah didiagnosis GERD sebaiknya sudah menghindari kebiasaan dan konsumsi makanan tersebut,” katanya.