Jawa Tengah memang dikenal sebagai ”kandang banteng”. Namun, ungkapan ini mungkin tidak berlaku untuk Jawa Tengah II. Meski Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan berhasil memerahkan Jawa Tengah pada 2009, bahkan memenangi suara nasional pada 2014, suaranya tidak sekuat itu di dapil dengan 2,3 juta pemilih ini.
Dalam catatan dua pemilu terakhir, di dapil yang mencakup tiga kabupaten, yaitu Kudus, Jepara, dan Demak, ini, PDI-P justru tidak keluar sebagai jawara. PDI-P memang pernah menguasai suara di Jawa Tengah II pada pemilu tahun 2004 dengan perolehan lebih dari 308.000 suara (21 persen).
Namun, penguasaan suara PDI-P di Jawa Tengah II tidak bertahan. Pada hajatan demokrasi 2009, Golkar berhasil menggeser posisi kemenangan PDI-P. Kala itu, Golkar berhasil menguasai 21 persen suara, sementara PDI-P kehilangan lebih dari separuh perolehan suaranya jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya.
Suara Golkar di dapil wilayah pantai utara Jawa Tengah bagian timur ini semakin mengakar ketika ”Partai Beringin” itu kembali keluar sebagai juara dengan kemenangan besar pada Pemilu 2014.
Penguasaan suara Golkar meningkat menjadi 28 persen dengan total raihan suara mencapai lebih dari 448.000. Saat itu, Golkar memang menjadi salah satu partai dengan peningkatan suara paling drastis. Penambahan suara partai Golkar mencapai lebih dari 190.000 suara (73,5 persen) di dapil tersebut.
Peningkatan suara paling tinggi sebenarnya dialami oleh PKB. Suara partai Islam Nusantara ini melonjak tajam, 168 persen, dengan total perolehan suara menjadi lebih dari 230.000. Jumlah ini menempatkan PKB menjadi partai juara kedua setelah Golkar.
Bagaimana dengan PDI-P? Suara ”Partai Moncong Putih” itu meningkat pada 2014, tetapi tidak banyak, hanya sekitar 31.000 suara. PDI-P yang ketika itu mengumpulkan 175.000 suara bahkan harus puas berada di urutan keempat, masih kalah dengan suara Gerindra.
Melejitnya raihan suara Golkar dan PKB dan turunnya suara sejumlah partai menjadikan perebutan suara di dapil ini begitu dinamis. Keruntuhan terbesar dialami oleh Partai Demokrat dalam Pemilu 2014. Raihan suara partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono ini menurun hingga lebih dari 61 persen.
Penurunan suara Demokrat rata hampir di seluruh wilayah di dapil Jawa Tengah II, di Kudus (-17.596 suara), Jepara (-29.055 suara), dan Demak (-43.245 suara). Kondisi tersebut menyebabkan Demokrat terperosok di urutan ke10, kalah dari Hanura, PKS, PAN, bahkan Nasdem sebagai pendatang baru. Padahal, pada Pemilu 2009, partai ini masih mampu bertengger di posisi kedua teratas.
Melihat rekam jejak tersebut, dapil Jawa Tengah II masih akan menghadirkan pertarungan politik yang sengit pada Pemilu 2019. Meskipun suara Golkar sangat kuat, perebutan suara tersebut masih sangat terbuka lebar. Partai-partai yang memiliki basis suara cukup besar, seperti PKB, Gerindra, PDI-P, bahkan PPP, berpeluang besar mendulang suara di dapil ini.
Pemilih di Jawa Tengah II juga dikenal berkarakter kuat dengan tingkat partisipasi tinggi yang mencapai 80,1 persen. Selain itu, gerak politik di dapil ini sedikit banyak memang masih dipengaruhi oleh orientasi nilai keislaman yang cukup kuat.
Selain PKB dan PPP, potensi perolehan suara partai Islam lainnya, seperti PKS dan PAN, di dapil ini juga cukup besar. Tidak heran jika para petarung politik pun gencar berebut perhatian pemilih di basis ini, misalnya dengan melakukan pendekatan kepada para tokoh besar agama. (LITBANG KOMPAS)