Universitas Sebelas Maret, Solo, Jawa Tengah, memberikan penghargaan UNS Award 2019 Parasamya Anugraha Widyatama Makayasa kepada Presiden ke-3 RI BJ Habibie. Ini merupakan penghargaan tertinggi dari UNS dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS-Universitas Sebelas Maret, Solo, Jawa Tengah, memberikan penghargaan UNS Award 2019 Parasamya Anugraha Widyatama Makayasa kepada Presiden ke-3 RI BJ Habibie. Ini merupakan penghargaan tertinggi dari UNS dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penghargaan tersebut diberikan pada acara Sidang Senat Terbuka Dies Natalis ke-43 Universitas Sebelas Maret (UNS) di Solo, Senin (11/3/2019). Rektor UNS Ravik Karsidi menyerahkan penghargaan tersebut kepada Ilham Akbar Habibie, yang datang mewakili BJ Habibie.
Menurut Ravik, Prof BJ Habibie telah berjasa besar dan memiliki kepeloporan luar biasa dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pihaknya memberikan anugerah Parasamya Anugraha Widyatama Makayasa, penghargaan tertinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di UNS.
Ilham mengatakan, Prof BJ Habibie saat ini masih berada di Jerman untuk berobat dan baru akan kembali ke tanah air pada 1 April 2019. BJ Habibie, dalam pidato yang dibacakan Ilham menyatakan, seluruh generasi penerus Indonesia, khususnya khususnya civitas akademika universitas, harus menyadari tiap bangsa hanya dapat mandiri menjaga kedaulatan negeri jika dapat menghasilkan karya-karya nyata sesuai kebutuhannya dan kebutuhan dunia.
“Sumber daya alam Indonesia yang terbatas harus dikelola untuk masa depan bangsa lewat keunggulan sumber daya manusia," katanya.
Oleh karena itu menurut BJ Habibie, sistem pembudayaan, pendidikan, dan ilmu pengetahuan harus mendapat perhatian dan prioritas utama. Itu untuk meningkatkan produktivitas, daya saing, dan efektifitas dalam berkarya dan bekerja untuk menghasilkan produk unggul nilai tambah pemikiran (brainware), perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).
“Sumber daya manusia Indonesia yang unggul hanya bisa dihasilkan melalui sistem pendidikan yang baik serta kesempatan yang diberikan untuk mengadakan riset dan pengembangan teknologi," katanya.