Perkembangan industri digital tak serta-merta membuat pertemuan secara tatap muka menjadi tak bermakna. Transaksi dalam jaringan atau daring tidak menghapus begitu saja transaksi luar jaringan atau luring. Alih-alih saling meniadakan, keduanya justru berpadu dan saling memperkuat.
Langkah ini dilakukan perbankan yang melihat potensi dari transaksi luring masih cukup besar. Caranya, dengan menggelar acara yang menarik nasabah untuk hadir dan mencoba produk-produk perbankan. Bahkan, nasabah bisa langsung menanyakan berbagai keperluan yang dibutuhkan dan layanan yang disediakan perbankan.
Kendati bank bisa berinvestasi cukup besar di bidang digital, kenyataannya bank tetap menyelenggarakan acara yang mengumpulkan konsumen. Kegiatan yang digelar bank juga bisa menangkap calon nasabah yang tertarik untuk menjadi nasabah. Bisa dibilang, kegiatan ini semacam kopi darat yang digelar bank.
Salah satu pendukung langkah bank tersebut adalah data transaksi menggunakan mesin penangkap data elektronik (EDC) yang masih cukup tinggi. Nilai yang dibukukan lewat transaksi EDC di gerai-gerai yang bekerja sama dengan bank masih sulit disalip nilai transaksi melalui laman perdagangan elektronik atau e-dagang.
PT Bank Central Asia Tbk membukukan dana Rp 325 triliun dalam transaksi melalui EDC pada 2018. Sebaliknya, transaksi e-dagang yang dibukukan BCA hingga November 2018 sebesar Rp 27 triliun, tak sampai 10 persen dari transaksi menggunakan EDC.
Di satu sisi, perbankan berinvestasi cukup besar di bidang digital. Namun, di sisi lain, perbankan tetap rutin menggelar pameran. Selain mempertemukan dunia daring dan luring, strategi ini menjadi cara perbankan untuk menjaga loyalitas nasabah.
BCA, misalnya, rutin menggelar pameran ritel BCA Expoversary setiap tahun untuk merayakan ulang tahun perusahaan. Saat BCA berumur 62 tahun, pameran diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD, Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu.
Dalam pameran ini, BCA memberikan bunga khusus bagi nasabah untuk cicilan kredit kendaraan bermotor (KKB) sebesar 3,50 persen dengan tenor 1 tahun. Selain itu, bersama mitra pengembang perumahan, BCA juga menyediakan program kredit pemilikan rumah (KPR) dengan bunga 5,62 persen.
Ketua Panitia BCA Expoversary 2019 sekaligus Direktur BCA Finance Petrus Karim menyampaikan, gelaran ini memberikan kepuasan dan kenyamanan bagi masyarakat Indonesia, khususnya nasabah BCA, dalam memenuhi kebutuhan di berbagai bidang.
Tanpa meninggalkan industri digital, pada acara itu BCA juga melibatkan sejumlah perusahaan e-dagang, antara lain Tiket.com, Lazada, Blanja.com, Blibli.com, SukkhaCitta, Shopatvelvet, dan Ruparupa.com.
”Kami berkolaborasi dengan e-dagang untuk mengakomodasi kebutuhan nasabah. Kami juga ingin berkontribusi dalam mengangkat produk lokal Tanah Air,” ujar Petrus.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menambahkan, pameran semacam ini berdampak signifikan dalam mendongkrak transaksi perbankan.
Tak tergantikan
Ed Restian (31), nasabah BCA, datang ke BCA Expoversary 2019 untuk mengunjungi gerai e-dagang SukkhaCitta dan Shopatvelvet. Ia ingin mencoba langsung pakaian yang dijual dua laman itu secara daring.
Menurut dia, komunikasi dua arah dengan penyedia barang dan jasa merupakan hal yang tak tergantikan dari transaksi luring.
”Kesempatan ini saya pakai untuk mencoba bajunya. Kalau transaksi lewat daring, saya tidak tahu cocok atau tidak dengan saya,” ujarnya.
Formula yang sama juga digunakan PT Bank CIMB Niaga Tbk melalui pameran dagang CIMB Niaga XTRA XPO di ICE, Tangerang.
Melalui pameran dagang ini, nasabah CIMB Niaga dapat menggunakan Poin Xtra untuk membeli ratusan produk dalam memenuhi kebutuhan gaya hidup. Nasabah ritel CIMB Niaga mendapatkan Poin Xtra ketika melakukan berbagai aktivitas keuangan, mulai dari menabung, transaksi perbankan, hingga transaksi kartu kredit. Poin ini bisa digunakan kembali untuk bertransaksi.
Head of Retail Banking Product CIMB Niaga Budiman Tanjung memaparkan, dari pameran dagang tersebut, CIMB Niaga meraup transaksi Rp 580 miliar. Pencapaian ini dipengaruhi pengunjung dan promo yang berlimpah.
Sekitar 15.000 pengunjung datang di pameran dagang itu. Adapun kenaikan transaksi didorong penerapan promosi poin yang banyak dimanfaatkan nasabah.
”Dari total transaksi, sekitar 80 persen di antaranya digunakan untuk mitra merchant perjalanan. Sisanya untuk transaksi KPR, KKB, dan penjualan asuransi melalui bank,” lanjut Budiman.
Jangan lupa, hanya sebagian masyarakat Indonesia yang benar-benar melek teknologi. Sampai kapan pun, aktivitas keuangan secara luring akan tetap ada.
Pengamat perbankan Paul Sutaryono berpendapat, dalam budaya masyarakat Indonesia, nasabah tetap merasa nyaman bertemu dan berinteraksi dengan sesama manusia. Akibatnya, kemudahan bertransaksi daring hanya menjadi fasilitas pelengkap dan tidak akan mencabut aktivitas ritel luring secara total.
Aktivitas penjualan ataupun pemasaran produk dan jasa perbankan, menurut Paul, sampai kapan pun memerlukan ruang yang mempertemukan penyedia dan pengguna layanan jasa. Kemajuan teknologi tidak bisa menghentikan mekanisme pemasaran seperti ini.
”Jangan lupa, hanya sebagian masyarakat Indonesia yang benar-benar melek teknologi. Sampai kapan pun, aktivitas keuangan secara luring akan tetap ada,” kata Paul.