HONG KONG, KOMPAS - Membalap di ajang Formula E, balapan yang mensyaratkan penggunaan mobil bertenaga elektrik, membutuhkan pendekatan yang berbeda dari membalap di ajang Formula 2 atau Formula 1. Hal ini karena daya baterai listrik yang terbatas menjadikan pebalap harus sangat cermat agar baterei tidak habis sebelum menyelesaikan balapan.
Meski demikian, balapan yang sangat ketat di ajang Formula E maupun ajang balapan Jaguar I-Pace eTrophy yang berada satu tingkat dibawah Formula E, menjadikan balapan Formula E lebih menarik, baik untuk para pebalap maupun penonton.
Hal itu disampaikan dua pebalap Formula E dari tim Panasonic Jaguar Racing, Nelson Piquet Jr dan Mitch Evans pada wawancara dengan Kompas, Jumat (8/3/2019) malam di Hong Kong, menjelang perhelatan putaran ke-5 di Hong Kong, Minggu (10/3).
"Di Formula E ini kami tidak punya ban slick, sehingga sekuat apapun tenaga mobil anda, kalau ban kurang mencengkeram ke lapisan jalan, mobil akan sulit berlari. Tetapi, itulah keadaannya sehingga kita harus beradaptasi bagaimana menyiasati kondisi daya cengkeram yang rendah itu. Kami juga tidak bisa terus berlari sekencang-kencangnya, karena akan cepat menghabiskan baterai. Anda harus mengelola dengan baik penggunaan energi dari baterai itu," papar Nelson Piquet Jr yang pernah membalap di Formula 1.
Gunakan akal
Karena harus memikirkan penggunaan tenaga baterai secara efisien dan menjaga tingkat keausan ban itu, balapan di Formula E menjadi sangat berbeda. "Kami harus membalap dengan lebih menggunakan akal," tambah Piquet Jr yang menjuarai seri pembuka Formula E pada musim 2014-2015.
Pada musim 2018-2019 ini, pebalap harus lebih keras berpikir karena adanya setelan tambahan "attack mode", atau mode menyerang, yang memungkinkan pebalap menggunakan tenaga lebih besar untuk mengejar rival mereka. Akan tetapi, penggunaan mode itu secara berlebihan juga akan mengakibatkan baterai lebih cepat habis.
"Adanya attack mode itu sangat membantu di sirkuit tertentu dengan lintasan lurus yang panjang seperti di Arab Saudi dan Marakesh (Maroko). Akan tetapi di banyak lintasan sirkuit lainnya, termasuk di Hong Kong ini, penggunaan mode tesebut tidak efektif. Karena itu kami harus menyiapkan rencana balapan dengan matang, kapan akan menggunakan mode itu dan dalam kondisi seperti apa," jelas mantan pebalap GP3 dan GP2 itu.
Evans menambahkan, meski adanya attack mode itu hanya memberikan sedikit tambahan tenaga dan hanya cocok digunakan di sirkuit tertentu, tetapi tetap membuat balapan Formula E lebih menarik. "Karena balapan kami tidak ada pit-stop, adanya mode itu memaksa pebalap menerapkan strategi khusus yang membuat Formula E tidak membosankan," jelas mantan rekan setim pebalap Indonesia Sean Gelael itu.
Untuk membuat Formula E lebih menarik lagi, Piquet Jr mengharapkan seri balapan Formula E ditambah menjadi minimal 16 putaran dalam setahunnya, tidak lagi 12 putaran seperti saat ini. "Semakin banyak balapan akan semakin membuat banyak orang lebih mengenal Formula E dan terus terikat dengan balapan ini karena hampir setiap dua minggu ada balapan," ujarnya.
Evans juga sepakat dengan apa yang disampaikan rekan setimnya. "Kalender balapan yang lebih stabil dan tambahan lima balapan dalam setahun akan membuat Formula E lebih menarik. Tetapi, hal itu tidak akan mudah karena ini adalah balapan di sirkuit jalan raya," paparnya.
Piquet Jr menambahkan, hal yang harus diperbaiki dari Formula E adalah juga sistem penghukuman yang seringkali terkadang tidak adil. Banyak insiden mobil satu menabrak mobil lain tidak dikenai hukuman, sehingga jumlah insden senggolan mobil semakin banyak di Formula E.