Siapkan Pensiun dengan Rp 178.000
Bagi anak muda yang baru mulai bekerja, diajak memikirkan soal pensiun bisa jadi merupakan hal yang aneh. Padahal, semakin dini mempersiapkan pensiun, semakin baik masa pensiun yang akan dilalui.
Dengan masa kerja sekitar 30 tahun, sebagian perusahaan atau instansi pemerintah menetapkan usia pensiun berkisar 56-58 tahun, ada pula yang 60 tahun. Berarti ada masa 15-20 tahun mulai dari pensiun hingga ajal menjemput yang juga harus dibiayai.
Sayangnya, uang pensiun kadang tidak mencukupi untuk memenuhi standar biaya hidup seperti sebelum pensiun. Anak masih sekolah atau biaya kesehatan yang semakin tinggi merupakan beberapa pengeluaran yang tetap harus ditanggung ketika pensiun. Apalagi, ketika pensiun tiba, setiap hari terasa seperti akhir pekan, berarti pengeluaran pun lebih besar.
Salah satu persiapan pensiun yang dapat dilakukan adalah dengan berinvestasi. Semakin panjang persiapan, semakin tinggi risiko yang dapat diambil. Semakin sedikit pula dana yang harus disisihkan. Komitmen tentunya juga menentukan keberhasilan investasi jangka panjang ini.
Survei dari HSBC Indonesia memperlihatkan, sebenarnya cita-cita menjalani pensiun yang sejahtera merupakan idaman dari dua pertiga pekerja. Sayangnya, hanya sepertiga pekerja yang mempersiapkan diri dengan menyisihkan dana untuk pensiun setiap bulan.
Berinvestasi sejak mulai bekerja merupakan salah satu cara untuk dapat menikmati pensiun nyaman.
Survei itu juga menyebutkan, 76 persen responden di Indonesia berharap anak-anaknya akan menanggung kebutuhan mereka jika pensiun tiba. Namun, hanya 24 persen yang keinginannya terpenuhi.
”Apakah keinginan ini diungkapkan kepada anak, banyak juga yang tidak,” kata Steven Suryana, Head of Wealth Management HSBC. Harapan diurus anak ini lebih tinggi daripada rata-rata global yang hanya 54 persen.
Berinvestasi sejak mulai bekerja merupakan salah satu cara untuk dapat menikmati pensiun nyaman. Dengan asumsi saat ini seorang pekerja berusia 25 tahun dan usia pensiun 55 tahun, dia memiliki kesempatan untuk berinvestasi selama 30 tahun.
Katakanlah biaya hidupnya 30 tahun lagi sebesar Rp 60 juta per bulan, masa pensiun 20 tahun sampai usia 75 tahun. Kalau dihitung, selama 20 tahun pensiun diperlukan biaya Rp 14,4 miliar. Besaran uang ini akan membuat pusing kepala dan rasanya tidak mungkin dicapai. Benarkah tidak mungkin tercapai?
Jika berinvestasi dengan imbal hasil 15 persen per tahun, selama 30 tahun perlu disisihkan dana Rp 2,1 juta per bulan. Sementara jika asumsi imbal hasil 17,5 tahun, dibutuhkan dana Rp 1,1 juta per bulan. Kalau asumsi imbal hasil naik menjadi 20 persen, sisihkan saja dana Rp 650.000 per bulan.
Masih berat? Carilah instrumen investasi yang memberikan imbal hasil 25 persen per tahun. Maka, dana yang perlu disisihkan setiap bulan hanya Rp 178.000, tidak lebih mahal daripada biaya membeli pulsa.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah ada instrumen investasi yang memberikan imbal hasil setinggi itu? Januari lalu, media sosial ramai dengan tagar #10yearschallenge. Membandingkan segala sesuatu dalam 10 tahun. Soal investasi, coba bandingkan beberapa harga saham.
Carilah instrumen investasi yang memberikan imbal hasil sebesar 25 persen per tahun. Maka, dana yang perlu disisihkan setiap bulan hanya Rp 178.000, tidak lebih mahal daripada biaya membeli pulsa.
Harga saham PT Unilever Indonesia Tbk Rp 8.100 pada Januari 2009 dan menjadi Rp 45.400 pada Januari 2019. Artinya, ada kenaikan 460 persen atau 46 persen per tahun. Saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) naik dari Rp 490 menjadi Rp 10.450 pada Januari 2019. Berarti ada kenaikan sebesar 2.033 persen atau 203 persen per tahun.
Jadi, apakah sulit menemukan instrumen investasi yang memberikan imbal hasil tinggi? Tentu tidak. Hal yang sulit dilakukan adalah memiliki komitmen untuk menabung setiap bulan secara teratur. Namun, sebenarnya kesulitan ini juga dapat diatasi dengan melakukan otodebet sehingga dana otomatis sudah tersalur untuk masuk ke rekening investasi.
Persiapan mental
Jika persiapan finansial sebaiknya dilakukan sejak bekerja, ada lagi persiapan yang perlu dilakukan menjelang waktu pensiun tiba. Persiapan memasuki masa pensiun tidak hanya perlu persiapan dari sisi finansial, tetapi juga dari sisi psikologis. Psikolog dan pemilik lembaga konsultasi Trikharisma Konsultan, Aat Indrawati, mengatakan, selain persiapan keuangan, para calon purnakarya juga perlu mempersiapkan mental.
Perubahan-perubahan yang terjadi setelah pensiun perlu disikapi dengan bijak. ”Penting memiliki mindset dari awal bahwa hidup tidak dibatasi oleh pensiun. Setelah pensiun, kita masih dapat berkontribusi. Masih ada karier kedua setelah pensiun,” kata Aat yang sering menjadi fasilitator pelatihan persiapan pensiun bagi karyawan perusahaan.
Masa lima tahun sebelum pensiun, menurut Aat, cukup untuk mempersiapkan karier kedua ini. Pensiun juga menimbulkan emosi-emosi negatif, seperti rasa bosan, malu, merasa dipaksa, dan serba salah.
Emosi negatif ini perlu dideteksi sehingga segera dapat diambil langkah penyelesaian. Memiliki komunitas, kelompok kecil 3-5 orang yang berada dalam situasi serupa, sama-sama pensiunan, juga sangat membantu.
”Kalau ke dokter atau ke psikolog, kadang kita merasa seperti pesakitan. Tetapi, kalau ada masalah dan dibahas dalam kelompok, ada rasa lebih nyaman,” lanjutnya.
Para pensiunan juga disarankan untuk sempat memanjakan diri, melakukan hal-hal yang menyenangkan untuk diri sendiri.
Komunitas kecil itu berguna untuk saling mengingatkan dan menjaga kesehatan. Para pensiunan juga disarankan untuk sempat memanjakan diri, melakukan hal-hal yang menyenangkan untuk diri sendiri. ”Selain itu, beribadah lebih banyak,” kata Aat.
Dengan mengetahui persiapan mental apa saja yang diperlukan, tentu kita dapat menjalani masa pensiun dengan lebih baik karena sudah dapat mengantisipasi persoalan apa saja yang kemungkinan akan muncul.
Beberapa perusahaan turut andil dalam mempersiapkan karyawannya memasuki masa pensiun. Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan, usia pensiun normal di Bank Mandiri adalah 56 tahun.
”Pegawai Bank Mandiri yang akan memasuki usia pensiun normal diberikan pembekalan guna mempersiapkan kegiatan dan aktivitas yang akan dilakukan pada saat pegawai memasuki usia pensiun, baik dari sisi psikologi, kesehatan, perencanaan keuangan, maupun kewirausahaan,” kata Rohan.
Program persiapan ini dimulai ketika para pegawai memasuki usia 53 tahun sehingga ada waktu untuk melalui masa transisi sebelum benar-benar pensiun. Program tersebut tidak hanya untuk pegawai, tetapi juga untuk pasangannya.
Materinya, antara lain, adalah psikologi, kesehatan, perencanaan keuangan, juga pelatihan wirausaha. Setelah berhenti atau pensiun, silaturahmi tetap terjalin. Para pensiunan dihimpun menjadi satu wadah, yaitu Persatuan Alumni Bank Mandiri atau Mandiri Alumni. Perkumpulan ini masih memberikan berbagai kegiatan, seperti pelatihan wirausaha, pendidikan, olahraga bersama, dan kegiatan sosial serta keagamaan.
Baca juga:
Jadi, ketika melamar pekerjaan, dapatlah ditanyakan mengenai fasilitas pensiun dari perusahaan. Selain memiliki skema pensiun dari perusahaan dan pemerintah, tentu merupakan tanggung jawab kita juga untuk mempersiapkan masa pensiun sejak awal, baik secara finansial maupun mental.