Kiprah Perempuan Menembus Stigma
Ada masanya, perempuan harus selalu tunduk dan patuh pada laki-laki. Ada masanya, perempuan dianggap tidak penting, sehingga hak-haknya kerap diabaikan. Namun dari waktu ke waktu, hal itu berubah. Perempuan menunjukkan diri mampu lebih baik dari laki-laki. Bersamaan dengan itu, pemahaman akan pentingnya pemenuhan hak untuk perempuan, kian baik.
Diperingati setiap 8 Maret, setiap tahunnya, Hari Perempuan Internasional menjadi momentum pengingat untuk terus memperjuangkan hak-hak perempuan. Juga untuk menunjukkan perempuan setara dengan laki-laki.
Tak sedikit perempuan Indonesia telah memperlihatkan hal itu. Diantaranya bahkan bisa mengungguli kemampuan yang dimiliki laki-laki.
"Bagi saya, hari perempuan internasional itu bukan sekadar perayaan \'hari\'-nya. Akan tetapi, saya memaknainya dengan bertanya pada diri saya, \'Sejauh apa saya melangkah untuk berkontribusi dalam konstruksi perkembangan pemberdayaan kaum perempuan?\'," tutur Chief Executive Officer Sintesa Group Shinta Widjadja Kamdani saat dihubungi, Sabtu (9/3/2019).
Shinta kini menjadi pemimpin perusahaan yang bergerak di sektor properti, energi, industri, dan produk konsumen. Tak hanya itu, dia juga mengemban amanah sebagai Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Perayaan hari perempuan internasional menjadi momen bagi Shinta untuk merefleksikan langkah yang diambil dalam memberdayakan perempuan, terutama di bidang kemandirian ekonomi.
Menurutnya, perempuan yang memiliki kemandirian ekonomi dapat memberikan daya dukung optimal bagi ketahanan keluarga.
Oleh karena itu, Shinta berpendapat, perempuan mesti mendapatkan kesempatan yang sama di dunia kerja, baik sektor formal maupun nonformal. Perempuan mesti memiliki akses yang sama dalam mendapatkan dukungan pelatihan yang meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dari tempat kerjanya.
Di sisi lain, tak hanya mandiri secara ekonomi, perempuan tetap harus mempertahankan nilai-nilai keluarga yang dipegangnya.
"Bagi saya pribadi, sukses dan mandiri secara ekonomi menjadi tak berarti jika keluarga terabaikan," ucapnya.
Tak tanggung
Tak hanya Shinta, di bidang industri kreatif, Livi Zheng juga telah membuktikan kemampuannya sebagai sutradara. Tak tanggung-tanggung, dia berkarier di Hollywood, Amerika Serikat (AS).
"Dalam bidang pekerjaan saya, seringkali saya hanya menjadi satu-satunya perempuan dalam tim. Tapi hal ini tidak membuat saya berhenti. Kita harus fokus pada tujuan dan hasrat pribadi. Agar dapat mencapainya, kerja keras dan kegigihan dibutuhkan. Kalau punya mimpi, kita mesti mengejarnya," katanya.
Kerja keras dan kegigihan Livi menonjol di panggung internasional. Brush with Danger, film yang disutradainya, masuk dalam seleksi nominasi Piala Oscar 2015. Dalam film ini, dia memasukkan sejumlah budaya Indonesia.
Pada November 2018 lalu, film dokumenter Bali: Beats of Paradise yang disutradarainya juga ditayangkan perdana di Samuel Goldwyn Theater, AS. Nada-nada gamelan pun turut mengalun dalam film ini.
Melayani publik
Selanjutnya, ada sosok Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta. Dia menjadi salah satu sosok penting di balik pembangunan kereta moda raya terpadu (MRT) Jakarta.
Selama menjalankan proyek MRT, dia memimpin 60 orang yang mayoritas laki-laki. Kini karyanya, tinggal menunggu hitungan hari untuk bisa dinikmati oleh publik Jakarta dan sekitarnya.
Karir Silvia di dunia konstruksi di bidang transportasi sudah dimulai sejak 2004. Saat itu, dia tergerak masuk ke dunia tersebut, karena ingin melayani masyarakat lewat proyek konstruksi transportasi.
"Saya pernah menghadapi orang-orang yang meragukan saya. Namun, untuk menyikapinya, saya membuktikan langsung dengan hasil kerja nyata dan etika kerja saya," ujarnya.
Baca selengkapnya wawancara eksklusif dengan Silvia Halim:
https://kompas.id/baca/utama/2018/04/21/silvia-halim-srikandi-di-balik-konstruksi-mrt/
Perempuan dan teknologi
Kemudian, siapa yang menyangka, ada sosok perempuan yang berjasa dalam menghubungkan ponsel pada internet. Berkat penelitiannya di bidang teknologi dan informasi pada 1997, Susan M Armstrong membuat masyarakat kini dapat berkirim pesan teks, menonton video, mengirim gambar, mengunduh dan menggunggah dokumen, serta mendengarkan lagu lewat ponsel.
Baca selengkapnya wawancara eksklusif dengan Susan M Armstrong:
https://kompas.id/baca/utama/2017/11/11/susan-armstrong-ponsel-5g-ramaikan-pasar-pada-2019/
Susan memiliki paten dalam teknologi wireless mobile data. "Saya memang berhasrat pada komunikasi data. Ketika berhasil dan dapat menunjukkan kontribusi terhadap kehidupan masyarakat yang lebih baik, perasaan saya sungguh tidak dapat tergambarkan," tuturnya.
Seperti diketahui, United Nations (UN) Women mengangkat tema "Berpikir Setara, Membangun dengan Cerdas, dan Berinovasi untuk Perubahan" untuk peringatan Hari Perempuan Internasional 2019.
Tema ini dilatarbelakangi oleh perkembangan inovasi teknologi yang memiliki peran penting dan terpusat dalam kehidupan masyarakat kini.
Melalui siaran pers, Direktur Eksekutif UN Women Phumzile Mlambo-Ngcuka menyatakan, perempuan mesti memiliki kesempatan untuk berkontribusi dalam merancang dan mengeksekusi solusi-solusi dari inovasi teknologi yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Hal itu penting karena di era digital saat ini, terdapat 740 juta perempuan bekerja di sektor informal yang memiliki keterbatasan akses terhadap perlindungan sosial, layanan publik, dan infrastruktur. Keterbatasan ini berdampak pada produktivitas dan ketahanan penghasilan mereka.
Para perempuan yang telah membuktikan dirinya lewat karya, kepemimpinan, dan hasratnya dalam bidang ekonomi itu, tak pelak menjadi inspirasi bagi perempuan-perempuan lainnya untuk tidak menyerah di tengah ketatnya persaingan. Selamat Hari Perempuan!