Banyuwangi terus menggeliat. Kabupaten di sudut timur Pulau Jawa itu terus membangun tanpa mengenal lelah. Pembangunan pariwisata pun terus digenjot karena diandalkan untuk menumbuhkan perekonomian lokal. Tahun 2019 ini, Banyuwangi bahkan menargetkan kehadiran 200.000 wisatawan asing.
Salah satu pintu gerbang menuju Banyuwangi adalah Bandar Udara Blimbingsari, yang kini dikenal sebagai Bandara Internasional Banyuwangi. Banyuwangi bahkan mulai melayani penerbangan internasional dari Kuala Lumpur, Malaysia. Wisatawan asing pun dapat lebih cepat menjangkau Banyuwangi.
Ketika disambangi Kompas, Sabtu (2/3/2019), Bandara Internasional Banyuwangi di Jawa Timur itu terlihat sungguh berbeda dibandingkan bandara lain.
Didesain oleh arsitek Andra Matin, arsitektur bandara ini mengadopsi rumah adat masyarakat Using. Hal ini tampak, di antaranya, dari konstruksi atap bangunan bandara.
Andra Matin, alumnus Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, itu kemudian menerapkan konsep ramah lingkungan untuk terminal bandara berkapasitas 250.000 penumpang per tahun. Mayoritas ruangan didesain tanpa pendingin ruangan meski karena desainnya, terminal itu terasa tetap dingin di siang hari.
Alhasil, desain Bandara Banyuwangi berbeda dengan sebagian bandara di Indonesia yang bergaya modern meski seolah tanpa jiwa. Padahal, ada begitu banyak corak arsitektur lokal yang dapat dijadikan inspirasi untuk mendesain terminal bandara.
Di berbagai sudut terminal bandara juga dibangun taman dan kolam. Kolam dangkal itu dibuat untuk membantu mengurangi suhu panas. Sementara di langit-langit dipasang kipas untuk memutar udara sehingga ruang di dalam terminal tidak terlalu panas.
Kolam dangkal dibuat untuk mengurangi suhu panas.
Di banyak titik, pembagian ruang tidak berupa tembok. Sebagai gantinya, ruang dipisahkan dengan kisi-kisi kayu yang tembus pandang. Fungsinya tentu saja untuk membuat udara mengalir tanpa hambatan.
Kayu memang akhirnya menjadi salah satu material dominan di Blimbingsari. Andra menggunakan kayu ulin yang, walaupun berupa kayu bekas, kekuatannya tidak lagi diragukan.
Terminal bandara juga didesain hanya dibangun satu lantai sehingga tidak dibutuhkan eskalator sehingga menghemat pemakaian listrik. Meski akibat desain seperti itu, bandara ini tidak dilengkapi garbarata sehingga penumpang harus berjalan melintasi apron dan naik tangga untuk naik ke dalam pesawat.
Kita tahu, Banyuwangi dikarunia alam yang menawan, mulai dari Kawah Ijen, Teluk Hijau, hingga G-Land di Alas Purwo. Jadi jelas, tidak cukup sehari untuk menjelajahi Banyuwangi dan meresapi keindahannya.
Namun, dengan keunikan arsitekturnya, Blimbingsari sudah mengundang orang untuk berdecak kagum dan berswafoto meski orang baru turun dari pesawat dan menginjakkan kaki di Banyuwangi. Ternyata Banyuwangi, baru pintu gerbangnya saja, sudah indah….