Jakarta, Kompas-Korea Selatan tengah menimbang sejumlah pilihan langkah untuk memediasi Korea Utara dan Amerika Serikat. Seoul sangat ini dialog Pyongyang-Washington terus berlanjut. Sebab, Korea Selatan akan ikut terimbas atas apa pun perkembangan di Semenanjung Korea dan hubungan Korea Utara dan Amerika Serikat.
Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom mengatakan, ketiadaan kesepakatan dalam dialog kedua antara Presiden AS Donald Trump dan pimpinan Korea Utara Kim Jong Un amat disesali. Meskipun demikian, dialog Pyongyang-Washington harus terus dilanjutkan. "Kami ingin membawa kembali AS dan Korea Utara ke meja perundingan. Kedua pihak perlu terlibat dalam dialog yang intensif," ujarnya, Rabu (6/3/2019), di Jakarta.
Trump-Kim kembali berdialog di Hanoi, Vietnam pada akhir Februari 2019. Trump menginginkan fasilitas nuklir Yongbyon milik Korut ditutup total. Korut juga diminta melucuti seluruh persenjataan dan fasilitas pengembangan nuklirnya. Pelucutan menyeluruh sehingga tidak ada peluang fasilitas itu diaktivkan lagi di masa depan. Sebagai imbalannya, Trump menawarkan pencabutan sanksi terhadap Korsel.
Namun, tidak ada kesepakatan apa pun dalam dialog kedua setelah pertemuan di Singapura pada Juni 2018 itu. Meskipun demikian, Dubes Kim menyebut sebenarnya ada tiga keberhasilan pada dialog Hanoi. Pertama, tidak ada saling tuding soal penyebab kegagalan sehingga tetap terbuka peluang melanjutkan perundingan dan upaya denuklirisasi Semenanjung Korea. Kedua, dialog Hanoi menyingkap perbedaan Pyongyang-Washington. Hal itu tidak terungkap dalam pertemuan Trump-Kim di Singapura. Penyingkapan itu menunjukkan posisi masing-masing dalam isu-isu sensitif. Dengan demikian, upaya pencarian solusi bisa lebih fokus. Ketiga, AS mewacanakan pembentukan kantor penghubung di Korut. Wacana itu mengisyaratkan keinginan AS meningkatkan hubungan dengan Korut.
Komitmen
Dubes Kim menyatakan, faktor-faktor itu membuat peluang dialog lanjutan terbuka dan Seoul berkomitmen mendorong dialog itu terjadi. Kini, Seoul tengah mengaji sejumlah pendekatan dan langkah untuk mewujudkan dialog lanjutan itu. Kim menyatakan belum bisa menjabarkan upaya-upaya yang ditimbang Seoul.
Trump dinyatakan sudah menelepon Moon dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Trump meyakinkan Moon dan Abe soal komitmennya untuk terus berdialog dengan Kim Jong Un. Bahkan, Moon diminta menjembatani perbedaan Pyongyang-Washington.
"Presiden Moon menanggapi pernyataan itu dengan komitmen kuat bahwa Pemerintah Korea Selatan akan bekerja sama dengan AS dan Korut untuk menghasilkan solusi yang menjembatani perbedaan-perbedaan itu," ujarnya.
Kini, Korsel mulai mengidentifikasi perbedaan pandangan Pyongyang-Washington. Akan tetapi, Seoul menyadari kedua belah pihak perlu terlebih dahulu meredakan ketegangan setelah pertemuan di Hanoi, Vietnam pada akhir Februari 2019.
Dubes Kim mengatakan, proses denuklirisasi Semenanjung Korea butuh waktu banyak untuk berhasil. Situasi itu sudah berlangsung 65 tahun dan semua masalahnya tidak bisa diharapkan selesai dalam dua kali pertemuan. "Perlu waktu untuk mendinginkan kepada dan mencari solusi kreatif untuk mempersempit perbedaan. Saya senang mengetahui (Menteri Luar Negeri AS) Mike Pompeo akan mengirimkan tim ke Korea Utara (untuk) membuat (proses) perundingan terus bergulir," tuturnya.
Para pihak perlu terlebih dahulu menyelesaikan isu-isu fundamental. Jika tahap itu selesai, maka tahapan-tahapan teknis dan terperinci bisa dilakukan.
Karena itu, terlalu dini untuk mewacanakan keterlibatan pakar atau pemantau dari Badan Nuklir Internasional (IAEA) dalam proses denuklirisasi Semenanjung Korea. Perlibatan itu hanya mungkin dilakukan jika para pengambil keputusan tertinggi sudah menyepakati kesamaan pandangan pada masalah-masalah pokok di Semenanjung Korea.
Penting untuk memastikan para pihak di Semenajung Korea untuk punya pandangan yang sama. Tanpa itu, upaya lanjutan akan sulit dilakukan.
Sejak Lama
Dubes Kim menyatakan, komitmen Seoul untuk menghubungkan Pyongyang-Washington sudah diwujudkan sejak lama. Sebelum pertemuan Singapura, Moon bolak-balik membujuk Kim agar mau berdialog. Seoul juga terus mencari aneka solusi untuk memecah kebuntuan situasi.
Terlepas ketiadaan kesepakatan dari pertemuan Singapura dan Hanoi, upaya Seoul tetap dipandang berhasil. Kini, Korut dan Kim Jong Un mulai terbuka, keadaan di Semenanjung Korea relatif tenang, dan AS-Korut tidak lagi bertukar ancaman.
AS-Korsel berupaya menjaga ketenangan itu dengan menghentikan latihan perang kedua negara itu. Latihan itu kerap dianggap Korut sebagai ancaman. Karena itu, selepas keputusan penghentian latihan perang AS-Korut, Korut diharapkan ikut menjaga ketenangan di kawasan. "Jangan sampai ada tindakan provokatif," ujarnya.
Korsel amat berkepentingan dengan ketenangan Semenanjung Korea. Korsel ada di beranda terdepan dalam situasi apa pun di kawasan itu. "Apa pun yang terjadi, Korsel akan terdampak," kata dia.