DENPASAR, KOMPAS - Pada Kamis (7/3/2019), Pulau Bali sepi dari segala aktivitas selama 24 jam. Hal ini guna menghormati umat Hindu Bali yang tengah menjalankan Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1941 dengan melaksanakan catur bratha penyepian, yakni amati geni, amati lelungan, amati lelanguan, dan amati karya.
Segala kegiatan, seperti di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, pelabuhan, pertokoan, pasar, berjalan kembali seperti hari-hari biasa pada Jumat (8/3), mulai pukul 06.00 Wita. Kepolisian Daerah Bali beserta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat tidak ada peristiwa serius yang mengganggu jalannya pelaksanaan Nyepi.
Kepala Bidang Humas Polda Bali Komisaris Besar Hengky Widjaja mengatakan, tidak ada catatan khusus soal keamanan selama pelaksanaan Nyepi. “Aman saja. Tidak ada catatan kriminal hingga Jumat ini,” kata Hengky, di Denpasar.
Setelah usai penyepian, kata Hengky, beberapa ruas jalan di Kota Denpasar, macet. Akan tetapi, kemacetan segera tertangani. Begitu pula ketika malam menjelang Nyepi, sejumlah ruas jalan di Kota Denpasar, Badung, maupun kabupaten lainnya, ditutup untuk penyelenggaraan arak-arakan ogoh-ogoh serta obor.
Seruan untuk tidak mengarak ogoh-ogoh keluar dari desa dipatuhi warga. “Semua lancar dan terima kasih kepada warga Bali bersedia dengan penuh kesadaran semakin menjaga toleransi antarumat,” ujar Hengky.
BPBD Bali mencatat tidak ada bencana alam selama pelaksanaan Nyepi. Gunung Agung di Kabupaten Karangasem juga tidak erupsi. Selama 24 jam pelaksanaan Nyepi, BPBD Bali melakukan beberapa tindakan penanganan, seperti pohon tumbang serta membawa beberapa warga yang perlu tindakan darurat di rumah sakit.
“Petugas mendapatkan informasi melalui radio panggil darurat dan didampingi pecalang untuk melakukan tindakan. Semua lancar dan tidak sampai mengganggu umat Hindu lainnya untuk menjalankan Nyepi,” kata Kepala Pelaksana BPBD Bali Made Rentin.
Pada malam menjelang Nyepi, ratusan ogoh-ogoh diarak di berbagai penjuru desa se-Bali. Masyarakat tumpah ruah berkeliling desanya dengan menyalakan obor. Hingga tengah malam, sebagian besar ogoh-ogoh pun dibakar. Ada pula ogoh-ogoh yang dibiarkan menjadi tontonan warga dan wisatawan asing.
Hotel-hotel berbintang juga membuka paket Nyepi. Hanya saja, pemesannya tidak seramai tahun lalu. General Manager Hotel Santika Kuta Agus S Yanto mengatakan, paket Nyepi tetap ditawarkan. Tapi, pemesanan tidak seramai pada tahun-tahun sebelumnya.
"Mungkin situasi ekonomi dan politik tengah mempengaruhi wisatawan. Biasanya, wisatawan domestik yang paling tertarik memanfaatkan paket Nyepi,” katanya.
Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali memperbolehkan hotel-hotel membuka paket-paket Nyepi. Biasanya, paket tersebut dalam banderol harga tiga hari dua malam. Hanya saja, PHDI Bali mengimbau paket tersebut tidak diisi dengan adanya hiburan.
Paket Nyepi hanya berupa menginap di hotel dengan menonton parade ogoh-ogoh, fasilitas makan, dan berenang dengan tidak mengganggu pelaksanaan Nyepi. Tidak ada pentas hiburan.