Pertumbuhan jumlah penumpang pesawat terbang melambat beberapa tahun terakhir. Maskapai dinilai perlu serius menyikapi lesunya permintaan penerbangan domestik.
JAKARTA, KOMPAS - Sejumlah maskapai optimistis situasi penerbangan tahun ini bakal lebih baik. Jumlah penumpang diperkirakan tetap tumbuh meski ada perlambatan pertumbuhan beberapa tahun terakhir.
Direktur Utama AirAsia Indonesia, Dendy Kurniawan di Jakarta, Kamis (7/3/2019) berpendapat, maskapai penerbangan mendapat beberapa pukulan tahun lalu, antara lain terkait harga avtur, pelemahan nilai tukar rupiah, serta sejumlah bencana alam. Namun, harga avtur telah turun dan rupiah semakin stabil. "Semoga tidak ada (bencana alam) yang mengurungkan niat orang bepergian lagi," ujarnya.
Dendy menambahkan, pihaknya optimistis situasi makin baik tahun ini. AirAsia bahkan akan membuka satu hub lagi, yakni Lombok, untuk melebarkan sayap bisnis setelah Jakarta, Medan, Surabaya, dan Denpasar. AirAsia Indonesia juga menambah jumlah armada A320 dari rencana tiga pesawat menjadi lima pesawat.
Citilink Indonesia juga optimis akan makin besar pasarnya. Citilink berniat menambah armadanya hingga 70 unit tahun ini dari 58 unit pesawat pada Desember 2018. "Citilink optimis mencatatkan hasil positif di triwulan pertama (2019) yang umumnya merupakan triwulan lemah ini," kata Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo.
Citilink menerbangkan 15 juta penumpang selama tahun 2018 atau naik 22 persen dibandingkan tahun 2017 yang 12,3 juta penumpang. Tahun ini Citilink menargetkan dapat mengangkut 18 juta penumpang. Citilink juga berencana membuka rute baru internasionaldi Asia serta menambah rute dan frekuensi penerbangan domestik.
Melambat
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penumpang penerbangan domestik selama Januari 2019 mencapai 6,6 juta orang, turun dibandingkan Januari 2018 yang 7,61 juta orang dan Januari 2017 yang mencapai 7,27 juta orang.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan mencatat, jumlah penumpang pesawat domestik terus mengalami pertumbuhan, namun pada tahun 2017 dan 2018 mengalami perlambatan. Jika pada tahun 2016 jumlah penumpang naik sekitar 17 persen, tahun 2017 tumbuh 8,92 persen, sementara tahun 2018 pertumbuhannya hanya 5,8 persen.
Selain terkait harga tiket, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti, memperkirakan adanya peralihan penumpang dari jalur udara ke jalur darat. Terutama di Pulau Jawa karena ada Tol Trans Jawa yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya.
Anggota Ombudsman RI, Alvin Lie berpendapat, masyarakat di Pulau Jawa kini memiliki alternatif moda transportasi, tidak hanya melalui udara. Tol Trans Jawa berpengaruh terhadap turunnya jumlah penumpang domestik pada Januari 2019.
Situasi itu diperkuat oleh peningkatan jumlah penumpang bus. Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi, jumlah penumpang bus pada Januari 2019 meningkat 15–20 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun demikian, Presiden Direktur Aviatory Indonesia Ziva Narendra berpendapat, maskapai perlu menyikapi lesunya permintaan penerbangan domestik. Caranya antara lain dengan menyiapkan strategi bisnis jangka panjang yang yang mesti tahan terhadap perubahan situasi.
Strategi diperlukan untuk menghadapi fluktuasi harga avtur, perubahan kebijakan, pergerakan ekonomi, dan permintaan pasar. Periode rugi mesti bisa diprediksi agar bisa dikompensasi saat periode untung.