Kemarau Lebih Awal, Harga Gabah Bisa Jauh di Atas Harga Pembelian Pemerintah
Oleh
M Paschalia Judith J
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Musim kemarau yang diprediksi terjadi lebih awal dapat meningkatkan kualitas gabah saat panen raya 2019. Imbasnya, harga gabah akan berada di atas ketentuan harga pembelian pemerintah yang sebesar Rp 3.700 per kilogram atau kg. Oleh karenanya, perlu ada kebijakan yang sesuai agar petani dapat menikmati harga saat panen raya nanti.
Puncak panen raya diperkirakan akan jatuh pada April 2019. "Jika prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sesuai, gabah pada saat panen raya nanti akan berkualitas bagus. Harga gabah berkualitas saat panen raya 2019 diperkirakan berkisar Rp 4.400 - Rp 4.500 di wilayah sentra-sentra produksi, misalnya Pulau Jawa," tutur Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa saat dihubungi, Jumat (8/3/2019).
Perkiraan harga tersebut berdasarkan penelitian AB2TI di tujuh provinsi sentra produksi padi, yakni Aceh, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Berdasarkan pantauan di daerah-daerah itu, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sekitar Rp 3.800 per kg pada April 2017 dan Rp 4.319 per kg pada April 2018.
Sebelumnya, BMKG memprediksi, peralihan ke musim kemarau akan berlangsung pada Maret ini secara umum. Daerah-daerah yang diperkirakan mengalami musim kemarau lebih awal meliputi, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur bagian timur, Jawa Tengah, sebagian Lampung, Bengkulu, Jami, Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. (Kompas, 8/3/2019).
Peralihan musim kemarau ini membuat padi yang tengah ditanam dapat kering secara alami. Oleh sebab itu, kualitas GKP yang dihasilkan tergolong bagus karena kadar airnya semakin sedikit.
Sementara itu, harga GKP di tingkat petani pada Februari 2019 telah mencapai Rp 5.114 per kg berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Rata-rata penurunan harga GKP di tingkat petani berkisar 6,4 persen dari Februari ke Maret dan 6,5 persen dari Maret ke April berdasarkan data BPS pada 2016-2018.
Meskipun demikian, harga GKP di tingkat petani saat April menunjukkan tren kenaikan yang menjauhi harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp 3.700 per kg menurut Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah. BPS mencatat, rata-rata harga GKP di tingkat petani secara nasional pada April 2016 telah menyentuh Rp 4.262 per kg, April 2017 sebesar Rp 4.308 per kg, dan April 2018 sebesar Rp 4.757 per kg.
Aturan HPP tersebut berlaku untuk Perum Bulog yang ditugaskan pemerintah untuk penyerapan cadangan beras pemerintah (CBP) dalam negeri. Oleh sebab itu, Dwi memperkirakan, Bulog akan kesulitan menyerap gabah dalam negeri, terutama di Pulau Jawa.
Akan tetapi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pihaknya akan mengandalkan fleksibilitas dalam penyerapan gabah. Dengan adanya fleksibilitas, diharapkan Bulog lebih leluasa menyerap gabah yang harganya di atas acuan Inpres 5/2015.
Senada dengan Darmin, Deputi Bidang Industri Agro dan Farmasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara Wahyu Kuncoro menyatakan, dalam memenuhi batas aman CBP yakni sebesar 1 - 1,5 juta ton, penugasan Bulog akan mengacu Inpres 5/2015. "Lebih dari itu, Bulog dapat menggunakan mekanisme komersial dengan membeli dan menjual sesuai prosedur operasional standar (SOP) yang berlaku secara internal korporasi," ujarnya saat dihubungi, Jumat.
Pemerintah akan mengandalkan fleksibilitas dalam penyerapan gabah. Dengan adanya fleksibilitas, diharapkan Bulog lebih leluasa menyerap gabah yang harganya di atas acuan Inpres 5/2015.
Terkait fleksibilitas, Wahyu mengatakan, pemerintah pernah memberlakukannya sebesar 10 - 20 persen. Artinya, dengan fleksibilitas 10 - 20 persen, Bulog dapat menyerap GKP di tingkat petani seharga Rp 4.070 - Rp 4.440 per kg.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan, pihaknya bisa menyerap 1,5 juta ton. Kapasitas gudang yang saat ini 3,9 juta ton untuk beragam komoditas pangan. Saat ini, stok CBP berkisar 1,8 juta ton.
Untuk mengoptimalkan serapan dalam negeri, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, pihaknya menambah 2 gudang di Jawa Tengah dengan total kapasitas 9.000 ton. Adapun target serapan domestik Bulog tahun 2019 sebesar 1,8 juta ton.
Untuk menghadapi puncak panen raya, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Bulog untuk mengoptimalkan penyerapan gabah dalam negeri. Dia merekomendasikan sejumlah sentra yang berpotensi sebagai sumber penyerapan seperti, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.
Pantau banjir
Saat ini, Sumarjo mengatakan, pihaknya tengah memantau dampak banjir yang tengah terjadi di sejumlah sentra. "Perlu dilihat berapa lama sawah terendam air dan tinggi genangannya," ucapnya.
Meskipun demikian, hingga saat ini belum ada laporan sawah puso akibat banjir yang diterima Sumarjo. Sebagai bentuk antisipasinya, Kementerian Pertanian telah menyiapkan alat-alat pengering yang total anggarannya sekitar Rp 1 triliun pada 2018.
Sebelumnya, Ketua Umum Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia Guntur Subagja mengatakan, harga produksi di tingkat petani terbebani oleh banjir karena harus mengeluarkan tambahan biaya untuk proses pengeringan. Oleh sebab itu, pihaknya membutuhkan jaminan harga saat penyerapan selama panen raya nanti.