Asa Dari Owi/Winny
BIRMINGHAM, KAMIS - Dalam masa “uji coba” sebagai pasangan baru, ganda campuran, Tontowi Ahmad/Winny Oktavina Kandow, tampil baik dalam debut di All England. Mereka lolos ke perempat final.
Satu tiket babak delapan besar kejuaraan bulu tangkis tertua di dunia itu didapat setelah Owi/Winny menyingkirkan unggulan kelima, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia). Di Arena Birmingham, Inggris, Kamis (7/3/2019), mereka mengalahkan finalis Olimpiade Rio de Janeiro 2016 itu, 21-15, 16-21, 23-21.
Kemenangan itu dicapai setelah melalui persaingan sengit, terutama menjelang akhir gim ketiga. Owi/Winny membuat match point sejak skor 20-18, namun Chan/Goh berbalik unggul 21-20.
Pengalaman Owi menang 11 kali, dari 12 pertemuan, atas Chan/Goh saat masih berpasangan dengan Liliyana “Butet” Nasir sangat berharga dalam laga itu. Ini dibantu keberanian dan kecepatan Winny dalam membaca arah pukulan bermain di depan net.
Seperti pernah disampaikan pelatih ganda campuran pelatnas bulu tangkis Richard Mainaky, Winny memiliki teknik permainan bagus dan bisa membaca arah pukulan dengan cepat.
Pendapat serupa disampaikan Nova Widhianto, asisten pelatih yang mendampingi pemain-pemain ganda campuran Indonesia di All England. “Untuk pemain muda dan baru pertama kali main di All England sudah lumayan, meski masih ada kekurangan,” kata Nova.
Nova menjelaskan, Winny masih sering membuat kesalahan. “Pukulan netnya kurang halus dan terlalu mudah mengangkat bola. Dia belum berani beradu pukulan net atau datar di depan,” tutur Nova.
Sejak dipasangkan dengan Owi pada 2019, setelah Butet pensiun, Winny pun banyak belajar dari seniornya itu, termasuk dalam menghadapi poin kritis pada gim ketiga melawan Chan/Goh. Owi memberi masukan agar Winny selalu siap dalam setiap perebutan poin, termasuk untuk melawan Lu Kai/Chen Lu (China) atau juara bertahan, Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang), pada perempat final.
“Jangan sampai ‘mati’ karena kami tidak siap. Tadi kejadiannya seperti itu,” kata Owi, juara All England 2012-2014 bersama Butet, seperti disampaikan pada Humas PP PBSI di Birmingham.
Winny pun berpendapat, meski awalnya berpasangan dengan Owi menjadi beban, tetapi beban itu hilang saat mereka bertanding.“Itu karena Bang Owi suka memberi masukan dengan cara yang santai, seperti berbicara pada teman,” kata pemain berusia 20 tahun tersebut.
All England menjadi turnamen ketiga bagi Owi/Winny setelah Barcelona Masters dan Jerman Terbuka yang berlangsung berturut-turut pada dua pekan sebelumnya. Setelah All England, mereka akan membela Indonesia dalam Kejuaraan Asia Beregu Campuran di Hongkong, 19-24 Maret, lalu India Terbuka, 26-31 Maret.
Sebelum Butet pensiun pada Januari, Winny menjadi pilihan Richard untuk dipasangkan dengan Owi. Ini dilakukan untuk mematangkan permainan Winny yang masih muda dan potensial. Hal yang sama juga dilakukan ketika Butet dipasangkan dengan Nova yang lebih senior dan ketika Owi menggantikan Nova.
Jika penampilan Owi/Winny terus membaik, mereka bisa bersaing dengan dua ganda campuran lain yang telah ditetapkan PP PBSI sebagai prioritas untuk diloloskan ke Olimpiade Tokyo 2020. Kedua ganda itu adalah Hafiz Haizal/Gloria Emanuelle Widjaja dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.
Ganda putra
Tersingkirnya juara 2017 dan 2018, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, pada babak pertama, Selasa, membuat dua ganda lainnya menjadi andalan untuk membawa pulang gelar juara. Mereka adalah Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Kedua pasangan lolos ke perempat final dengan cara berbeda.
Hendra/Ahsan menang dalam dua gim, 21-19, 21-18, atas Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (Rusia). Adapun Fajar/Rian mendapat perlawanan ketat Ou Xuanyi/Ren Xiangyu (China). Fajar/Rian menang, 13-21, 21-19, 23-21.
Pada perempat final, Hendra/Ahsan melawan ganda Jerman, Mark Lamsfuss/Marvin Seidel. Adapun Fajar/Rian akan bertemu pasangan Malaysia Goh V Shem/Tan Wee Kiong.
Sehari sebelumnya, Kevin/Marcus ditaklukkan pasangan China, Liu Cheng/Zhang Nan, 19-21, 22-20, 17-21. Ini menjadi kekalahan Kevin/Marcus pada babak pertama setelah terakhir kali tersingkir pada babak yang sama di Indonesia Terbuka 2017.
Pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis Herry Iman Pierngadi menyebut, ada beberapa faktor penyebab kekalahan dari pasangan yang meraih sembilan gelar juara pada 2018 itu. “Ini pengaruh persiapan pendek dan kondisi yang kurang prima. Kualitas serangan mereka pelan, tidak seperti biasanya,” tutur Herry.
Waktu persiapan pendek yang dimaksud Herry adalah waktu latihan yang dimiliki setelah ajang Superliga Bulu Tangkis di Bandung, 18-24 Februari. Pemain-pemain pelatnas yang tak tampil di Jerman Terbuka, 26 Februari-3 Maret, diwajibkan membela klub masing-masing.
Seperti dikatakan Herry sebelum berangkat ke All England, program latihan pun harus diubah. Latihan pematangan taktik berkurang. “Latihan empat hari setelah Superliga tidak cukup, apalagi mereka langsung melawan pemain dengan kekuatan seimbang,” lanjut Herry.
Meski menjadi salah satu kejutan pada babak pertama, kekalahan Kevin/Marcus sebenarnya tak terlalu mengejutkan jika melihat reputasi Liu/Zhang. Mereka adalah juara dunia 2017.
Dikatakan Zhang, mereka benar-benar mempelajari permainan Kevin/Marcus, terutama untuk mengatasi kecepatan Kevin di depan net. Kondisi ini membuat Kevin/Marcus harus waspada karena dominasi mereka pada dua tahun terakhir membuat lawan mempelajari permainan mereka.