KAIRO, KOMPAS -- Kubu kanan dan kiri Israel kini mulai sama-sama mengerahkan massa masing-masing guna mempengaruhi hasil pemilu parlemen dini 9 April mendatang. Suhu politik di Israel menghangat setelah, Kamis pekan lalu, Jaksa Penuntut Umum Avichai Mendelblit mengumumkan tiga dakwaan pidana pada PM Benjamin Netanyahu terkait korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan penerimaan suap.
Secara beruntun, Sabtu dan Minggu (2-3/3/2019) lalu, massa pro dan kontra Netanyahu menggelar unjuk rasa. Netanyahu sendiri sejak awal berusaha melawan kebijakan jaksa penuntut umum. Ia menyebut, dakwaan pidana itu adalah bagian dari politik untuk menjatuhkan dirinya dan kubu kanan Israel dalam pemilu 9 April mendatang.
Dalam keterangan pers yang disiarkan televisi Israel, Jumat (1/3/2019), Netanyahu menegaskan, ia akan tetap bertekad menjabat perdana menteri untuk masa yang lama meskipun telah mendapat dakwaan pidana.
Tiga dakwaan pidana pada Netanyahu itu merupakan kasus lama yang dikenal di kalangan media Israel dengan nama kasus 1000, 2000, dan 4000. Kasus 1000 adalah kasus Netanyahu dan istrinya menerima hadiah barang-barang berharga senilai 240.000 dollar AS dari produser film warga Israel yang bermukim di AS dan senilai 72.000 dollar AS dari pengusaha Australia. Barang mewah itu berupa berlian, sampanye, dan rokok Kuba yang diperoleh dari 2007 hingga 2016.
Kasus dokumen 2000 adalah kasus Netanyahu meminta pemilik koran Yedioth Ahronoth, Arnon Mozes, memperbaiki pemberitaan terkait Netanyahu, dengan imbalan Netanyahu akan menggembosi oplah harian Yisrael Hayom, rival Yedioth Ahronoth.
Kasus 4000 adalah kasus Netanyahu memberi fasilitas dan kemudahan kepada perusahaan media dan telekomunikasi Israel, Bezeq-Walla, dengan imbalan perusahaan media itu mengharumkan citra Netanyahu dalam pemberitaan mereka.
Tiga dakwaan pidana pada Netanyahu itu merupakan kasus lama yang dikenal di kalangan media Israel dengan nama kasus 1000, 2000, dan 4000.
Masih bisa bernafas
Setelah dakwaan Netanyahu diumumkan, unjuk rasa mulai menggoyang kota-kota di Israel. Sabtu (2/3/2019) malam, massa pro dan kontra Netanyahu berunjuk rasa di Jerusalem dan Haifa. Adapun hari Minggu, kedua kelompok itu menggoyang Tel Aviv.
Meski didakwa pidana, Netanyahu masih bisa bernafas secara politik. Jaksa Mendelblit menegaskan, paket dakwaan pidana terhadap Netanyahu baru bisa diajukan ke pengadilan setelah ada pertemuan dengar pendapat antara pihak kejaksaan dan pengacara Netanyahu.
Mendelblit memutuskan, pertemuan dengar pendapat itu akan digelar pascapemilu 9 April 2019, dan ada pelarangan menyebarkan informasi soal proses penyidikan kasus pidana Netanyahu sebelum pemilu 9 April itu.
Dengan penundaan pertemuan dengar pendapat pengacara Netanyahu dan kejaksaan hingga usai pemilu, proses pengadilan Netanyahu tak digelar dalam waktu dekat.
Pemimpin partai Biru-Putih, Benny Gantz, seperti dikutip harian The Jerusalem Post mengatakan, Netanyahu masih terus berusaha mengatakan segala sesuatu yang bisa membebaskannya dari proses investigasi dan dakwaan pidana.
"Dia harusnya tahu, tahun ini ia akan masuk penjara, dan waktunya sekarang hengkang," kata Gantz.
Partai Biru-Putih terdiri dari kubu kiri dan tengah. Partai itu baru dibentuk Gantz dan rekan-rekannnya untuk melawan Netanyahu.
Dalam jajak pendapat oleh dua televisi Israel, Kan 11 dan Saluran 13, pada Jumat lalu, disebutkan bahwa kubu kiri-tengah mendapat 61 kursi berbanding 59 kursi kubu kanan dari 120 kursi Knesset (parlemen). Jajak pendapat tersebut digelar sehari setelah dakwaan pidana terhadap Netanyahu.