Zonasi Baru Muara Baru Ditargetkan Berlaku Pekan Depan
Oleh
J Galuh Bimantara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk mengantisipasi kebakaran kapal berulang di Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman, Jakarta Utara, zonasi di pelabuhan sedang dibenahi. Dengan zonasi baru, aktivitas yang berisiko wajib dipisahkan dari aktivitas lain.
Agung Pamujo, Sekretaris Perusahaan Perum Perikanan Indonesia atau Perindo (badan usaha milik negara operator PPS Nizam Zachman), tidak bisa menentukan tanggal pasti zonasi pelabuhan yang baru akan diterapkan. Hal itu karena pembenahan zonasi mesti melibatkan dua instansi lain, yaitu Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Perhubungan.
”Namun, secepatnyalah. Kami prediksi paling lambat bisa diterapkan pekan depan,” ucap Agung di Jakarta, Senin (4/3/2019). Pembenahan zonasi akan memisahkan lokasi untuk, antara lain, aktivitas bongkar muat, perbaikan kapal, serta pengisian logistik (bahan bakar minyak, air bersih, dan bahan pangan) buat bekal melaut.
Kebakaran melanda kapal yang bersandar di PPS Nizam Zachman sejak Sabtu (23/2/2019)sore hingga Minggu (24/2/2019) pagi. Sebanyak 34 kapal hangus dilalap api, yang berasal dari aktivitas pengelasan pada salah satu kapal yang sedang diperbaiki.
PPS Nizam Zachman merupakan pelabuhan khusus kapal-kapal penangkapan ikan. Luas total 114 hektar, terdiri dari 74 hektar area darat dan 40 hektar kolam labuh dengan kedalaman kolam 5-8 meter.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Perindo Risyanto Suanda mengatakan, kebakaran kapal menjadi bahan evaluasi prosedur operasional standar di pelabuhan, terutama untuk membatasi aktivitas-aktivitas yang berpotensi menimbulkan risiko keamanan dan keselamatan, termasuk pengelasan kapal. Selain itu, kapal yang tidak aktif, contohnya kapal yang sedang dalam perbaikan atau menunggu perizinan terbit, diminta untuk tambat di luar kolam labuh PPS Nizam Zachman.
Namun, memang kadang-kadang kondisi banyak sekali kapal sehingga kejadian seperti itu tidak tercegah.
Menurut Agung, zonasi sebenarnya sudah ada untuk PPS Nizam Zachman sejak sebelum kebakaran kapal. Dermaga barat khusus untuk perbaikan kapal dan pengisian logistik, sedangkan dermaga timur untuk membongkar muatan. Area galangan kapal juga tersedia pada jarak yang aman. ”Namun, memang kadang-kadang kondisi banyak sekali kapal sehingga kejadian seperti itu tidak tercegah,” ujarnya.
Jumlah ideal kapal yang bisa bersandar di pelabuhan itu sekitar 350 kapal. Saat kebakaran kapal, lanjut Agung, jumlah kapal yang sedang bersandar memang melebihi jumlah ideal tersebut. Untuk mengantisipasi agar jumlah kapal tidak terlampau ramai, pembahasan juga harus berjalan di antara Perum Perindo, KKP, dan Kementerian Perhubungan.
Pantauan pada Senin siang, sejumlah pekerja masih berupaya memindahkan bangkai kapal yang tenggelam sehingga kolam labuh bisa dimanfaatkan kapal yang aktif. Bangkai kapal ditempatkan di dermaga barat dan utara.
Sejumlah pekerja lain juga mengumpulkan material kapal yang masih bernilai jual, termasuk bahan logam pada kapal. Salah satunya, pada kapal cumi KM Dirgantara Baru. ”Besi tua ini nanti dijual soalnya kami sudah tidak ada modal,” ucap pengurus KM Dirgantara Baru, Asiong (60).
Asiong mengatakan, pihaknya merugi sekitar Rp 800 juta karena kapal bertonasi kotor (GT) 89 mereka hangus. Pada saat terbakar, terdapat 15 ton solar di dalam kapal senilai lebih kurang Rp 100 juta. Di sisi lain, satu nakhoda dan 18 anak buah kapal kehilangan pekerjaan dan memilih pulang kampung, antara lain ke Bogor dan Indramayu (Jawa Barat) serta Tegal (Jawa Tengah).
Mereka berniat untuk merehabilitasi bangkai kapal agar bisa digunakan kembali. Itu karena informasi yang mereka terima, izin penangkapan ikan bakal dicabut jika kapal tidak lagi digunakan.