Perupa Tisna Sanjaya (61) lima tahun terakhir sibuk menggandeng kelompok seni tradisi Reak Tibelat dari Ujung Berung, Kota Bandung, Jawa Barat. Saat berorasi budaya dalam perhelatan ”Putu Wijaya: Bertolak dari yang Ada”, Jumat (1/3/2019), di Gedung YPK Bandung, Tisna memulainya dengan menggelar performance art. Ia menyabetkan pecut berkali-kali untuk memberi jalan iring-iringan Reak Tibelat.
”Ini seni tradisi yang dipinggirkan, bahkan dianggap melawan agama. Tradisi ini kita warisi dari para leluhur di Sunda,” kata Tisna berapi-api.
Ia tidak habis pikir jika ada kelompok-kelompok yang ingin memberangus seni. Seni, katanya, punya peran penting dalam menyalurkan ekspresi rakyat.
”Bahkan, seni juga menjadi bahasa paling lentur untuk perdamaian dunia,” kata dosen seni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Reak Tibelat yang dipimpin Bah Enjum ini, kata Tisna, salah satu seni tradisi yang tersisih dalam perubahan kota. ”Bahkan terjadi pembiaran,” ujar Tisna.
Oleh sebab itulah ia berupaya mengajaknya berkolaborasi untuk menggali kemungkinan pembaruan di dalamnya. ”Saya sudah ajak ke ArtJog dan sejumlah kota lain,” kata doktor lulusan ISI Yogyakarta ini.