Kebun Binatang Surabaya Koleksi 142 ekor Komodo
SURABAYA, KOMPAS – Kebun Binatang Surabaya mulai mendesain kerja sama dengan agen perjalanan untuk menarik kunjungan wisatawan mancanegara. Keberadaan 142 ekor komodo di kebun binatang itu dijual sebagai magnet wisatawan yang ingin melihat komodo tanpa harus mengunjungi habitatnya di Pulau Komodo.
Direktur Utama Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS) Chairul Anwar, Selasa (5/3/2019) di Surabaya mengatakan, komodo menjadi salah satu satwa unggulan dari 231 spesies satwa yang ada di KBS. Sebagai kebun binatang pertama di Indonesia yang mengoleksi komodo, KBS kini memiliki 142 ekor komodo. Sebanyak 74 ekor di antaranya merupakan bayi Komodo yang menetas dalam kurun waktu dua bulan terakhir.
“Menetaskan 74 ekor bayi komodo dalam satu siklus bukanlah hal mudah. Prestasi ini diharapakan menjadi titik awal kebangkitan KBS sebagai salah satu lembaga konservasi pembiakan komodo di Indonesia,” kata Chairul.
Tambahan 74 ekor bayi komodo itu berasal dari 114 telur yang dihasilkan 7 ekor indukan. Telur-telur itu mulai diinkubasi sejak Juni dan membutuhkan waktu sekitar enam hingga tujuh bulan untuk menetas. Bertambahnya jumlah Komodo ini diharapkan bisa menjadi magnet bagi wisatawan untuk berkunjung, terutama bagi wisatawan asing.
Menetaskan 74 ekor bayi komodo dalam satu siklus bukanlah hal mudah. Prestasi ini diharapakan menjadi titik awal kebangkitan KBS sebagai salah satu lembaga konservasi pembiakan komodo di Indonesia
Chairul mengatakan, kunjungan wisatawan ke KBS masih didominasi wisatawan lokal. Meskipun dalam tiga tahun terakhir terjadi peningkatan kunjungan, kunjungan wisatawan mancanegara masih rendah. Pada 2016, wisatawan di KBS mencapai 1 juta orang dan naik menjadi 1,5 juta pada 2017. Sedangkan pada 2018 kunjungan kembali meningkat menjadi 2,1 juta orang sehingga tahun ini ditargetkan ada 2,5 juta wisatawan.
“Kami sedang mendesain kerja sama dengan agen perjalanan untuk menggaet wisatawan mancanegara karena potensinya cukup tinggi, terutama wisatawan mancanegara dari kapal pesiar,” ujarnya.
Hingga saat ini, belum ada agen perjalanan kapal pesair yang menawarkan KBS sebagai salah satu destinasi wisata. Padahal, kunjungan kapal pesiar yang sandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, tahun ini mencapai enam kali kunjungan. “Untuk wisatawan mancanegara biasanya datang tidak di saat musim liburan karena mereka menghindari keramaian,” kata Chairul.
Untuk wisatawan lokal, KBS menggandeng lembaga pendidikan, seperti taman bermain, sekolah pendidikan anak usia dini, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar agar menjadikan KBS sebagai temat belajar. Hasilnya, kini KBS terus ramai sepanjang hari, bukan hanya saat akhir pekan dan musim liburan.
Di kebun binatang yang dibangun 102 tahun silam itu, ada 2.260 ekor satwa yang menempati area seluas 15 hektar. Komodo yang memiliki nama latin Varanus komodoensis menjadi salah satu satwa yang memiliki sejarah panjang di KBS.
Revitalisasi
Chairul menambahkan, untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung, pihaknya terus melakukan revitalisasi di zona konservasi, edukasi, dan rekreasi. Kandang komodo akan dibuat lebih menarik untuk pengunjung dengan membuat jembatan dan akses bawah tanah. “Pengunjung bisa melihat Komodo dari sisi atas dan bawah,” katanya.
Selain itu, pintu masuk KBS akan memindahkan lokasi pintu masuk di sebelah Terminal Joyoboyo. Pemindahan pintu masuk itu untuk memudahkan akses pengunjung yang terintegrasi dengan angkutan umum di Terminal Joyoboyo dan tempat parkir umum di kawasan tersebut.
“Pembiayaan untuk revitalisasi menggunakan dana perusahaan, bukan dari APBD. Sebab kami ingin KBS menjadi lembaga konservasi yang profesional dan mandiri, bahkan bisa memberikan sumbangan pendapatan bagi APBD Surabaya,” ujar Chairul. Pada 2017, pendapatan KBS mencapai Rp 40 miliar dan naik pada 2018 yang mencapai sekitar Rp 50 miliar.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti berharap, KBS bisa memaksimalkan potensinya untuk menarik wisatawan. Sebab, kota ini menjadi salah satu tujuan wisata yang cukup menarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara.
Selama 2018, ada sekitar 29,3 juta wisatawan berkunjung di Surabaya. Sebanyak 27,5 juta adalah wisatawan lokal dan 1,7 juta adalah wisatawan mancanegara. Mereka mengunjungi sekitar 50 destinasi andalan di Surabaya, termasuk di KBS.
Ditukar sepasang angsa
Dari catatan Kompas, koran ini telah menulis komodo di KBS sejak 28 Oktober 1970. Di edisi itu dilaporkan, komodo dari KBS ditukar dengan sepasang angsa dari Kebun Binatang Washington oleh Ibu Tien Soeharto. Angsa dari Amerika Serikat di KBS itu menjadi satu-satunya di Indonesia kala itu.
Kemudian Kompas edisi Selasa (14/12/1971) menyebutkan bahwa Presiden Soeharto juga pernah menghadiahkan komodo dari KBS kepada Malaysia dan Amerika Serikat. Namun sejak Mei 1970 hingga akhir 1971, koleksi pomodo di KBS justru kosong. Sempat ada upaya mencari 7 ekor komodo dari Pulau Komodo pada saat itu, namun Gubernur NTT kala itu tidak memperbolehkan komodo keluar daerah.
Setelah sempat kosong dari satwa komodo, KBS akhirnya berhasil mendapatkan empat ekor Komodo pada 1975. Komodo-komodo tersebut adalah hadiah dari Presiden Soeharto dari hasil ekspedisi Juli 1975. Enam tahun berselang, seekor komodo betina di antaranya bertelur untuk pertama kali.
Komodo di KBS juga beberapa kali menetas, di antaranya ada 12 ekor komodo menetas pada April 2002. Kemudian pada Maret 2009, 28 ekor komodo kembali menetas sehingga saat itu koleksi komodo di KBS berjumlah 62 ekor. Lalu pada Maret 2011, 12 ekor komodo menetas dan koleksinya menjadi 65 ekor. Terbaru, 74 ekor komodo menetas pada awal 2019 sehingga jumlah terbaru komodo di KBS sebanyak 142 ekor.
Selain berita soal bertambahnya komodo, Kompas juga pernah mencatat kematian dan hilangnya komodo di KBS. Kompas edisi Senin (16/8/2010) mewartakan, 40 ekor anak komodo mati karena sangkar terlalu kecil dan kekurangan sinar matahari. Satwa itu mati antara Juni 2009 dan Maret 2010.
Kemudian sepanjang 2011, ada 4 ekor komodo mati dan tiga ekor hilang. Di edisi Rabu (23/3/2011) dilaporkan, sebanyak tiga ekor anak komodo di KBS hilang. Hilangnya komodo terjadi pada 1 Maret sebanyak satu ekor dan dua ekor pada 5 Maret 2011. Anak komodo yang hilang itu berusia sekitar satu tahun. Rata-rata panjang tubuh mereka 1,13 meter, dengan berat rata- rata 1,5 kilogram.
Kemudian pada Minggu (23/10/2011), seekor komodo berusia 8 tahun mati karena infeksi kandung telur, menyusul dua komodo lain. Kemudian sebulan berikutnya, seekor komodo berusia 20 tahun ditemukan mati akibat trauma. Catatan terakhir kematian komodo di KBS terjadi pada Selasa (3/6/2014) yang menyebutkan dua ekor komodo mati.