KAIRO, KOMPAS — Rakyat Aljazair selama tiga hari berturut- turut, sejak Jumat hingga Minggu (1-3/3/2019), turun ke jalan dan menggelar unjuk rasa besar-besaran di sejumlah kota guna menolak keras pencalonan kembali Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika untuk periode kelima pada pemilu presiden, 18 April mendatang. Seorang pengunjuk rasa dilaporkan tewas pada Jumat lalu dan puluhan orang lainnya luka-luka.
Unjuk rasa dalam gelombang massa yang besar jarang terjadi di Aljazair. Unjuk rasa pada akhir pekan lalu juga merupakan demonstrasi terbesar di negara Afrika Utara itu setelah musim semi Arab tahun 2011.
Para pengunjuk rasa menentang rencana Bouteflika (82), yang dinilai sudah tak mampu memimpin Aljazair, terutama sejak ia sakit dalam beberapa tahun terakhir. Bouteflika terpilih pertama kali sebagai presiden pada 1999, kemudian terpilih kembali pada pemilu presiden 2004, 2009, dan 2014.
Dalam unjuk rasa, Minggu kemarin, puluhan ribu warga Aljazair berkumpul di ibu kota Algiers dan kota-kota lain. Ribuan mahasiswa turut serta berdemonstrasi di beberapa universitas, salah satunya di dekat kantor Dewan Konstitusi tempat pendaftaran para bakal calon presiden. Pendaftaran bakal calon presiden ditutup pada Minggu tengah malam atau pukul 24.00 waktu setempat.
”Tidak untuk jabatan kelima kali!”, ”Aljazair yang bebas dan demokratis!”, ”Bouteflika, pergilah!” demikian yel-yel pengunjuk rasa. Polisi berusaha membubarkan unjuk rasa dengan semprotan air. Unjuk rasa juga terjadi di kota-kota lain, seperti Oran, Batna, Blida, Skikda, dan Bouira.
Pada Jumat lalu, para pengunjuk rasa sempat mendekati Istana Presiden di kota Algiers. Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk memaksa mereka mundur.
Situasi politik Aljazair mulai bergejolak setelah Kantor Presiden Bouteflika pada 10 Februari menyampaikan keterangan pers bahwa Bouteflika berniat mencalonkan kembali untuk periode kelima pada pemilu presiden, 18 April mendatang. Sejumlah elite dan komponen rakyat Aljazair sejak itu menyampaikan penolakan terhadap Bouteflika.
Warga berdalih, Bouteflika sudah uzur untuk kembali menjabat presiden.
Hampir setiap hari sejak 10 Februari lalu, kota-kota di Aljazair dilanda unjuk rasa. Warga berdalih, Bouteflika sudah uzur untuk kembali menjabat presiden.
Usia lanjut
Selain karena faktor usia lanjut, Bouteflika juga menderita penyakit serius, seperti kanker dan stroke. Beberapa tahun terakhir, ia diketahui sering masuk-keluar rumah sakit di Perancis dan Swiss. Pekan lalu, ia terbang ke Swiss untuk pemeriksaan rutin kesehatan.
Meski mendapat tantangan kuat dari rakyat, Bouteflika belum menunjukkan tanda-tanda akan mundur dari pencalonan. PM Aljazair Ahmed Ouyahia, loyalis Bouteflika, memperingatkan rakyat Aljazair yang menolak pencalonan kembali Boutelifka bahwa Aljazair bisa menjadi seperti Suriah jika mereka terus berunjuk rasa.
Anggota parlemen Aljazair, Hassan Aribi, dalam akun Facebook-nya, Sabtu malam lalu, mengungkapkan bahwa Bouteflika akan mengutus seseorang untuk menyerahkan berkas pencalonannya kepada Dewan Konstitusi pada hari Minggu.
Pecat ketua tim kampanye
Bouteflika juga telah mengumumkan aset kekayaannya kepada publik melalui surat kabar Mujahid, hari Sabtu lalu. Pengumuman kekayaan adalah syarat bagi calon yang akan menduduki jabatan politik di Aljazair.
Bouteflika pada hari Sabtu lalu memecat pula ketua tim kampanyenya, Abdel Malek Salal, dan menggantinya dengan Abdel Ghani Zaalan. Pergantian ketua tim kampanye itu ditengarai lantaran bocornya informasi pertemuan rahasia antara Salal dan pengusaha Aljazair, Ali Haddad, yang membiayai kampanye Bouteflika ke media.
Dalam pertemuan rahasia itu, Salal dan Haddad mengatakan siap menggunakan senjata melawan kubu oposisi dan rakyat Aljazair yang menolak pencalonan kembali Bouteflika. (AFP/REUTERS/SAM)