JAKARTA, KOMPAS — Pebalap sepeda trek Indonesia, Crismonita Dwi Putri, terus menunjukkan kemajuan dengan catatan waktunya yang kian cepat. Tampil pada Kejuaraan Dunia Balap Sepeda Trek 2019 di Pruszkow, Polandia, Sabtu (2/3/2019), Crismonita menorehkan waktu 35,182 detik di nomor sprint putri.
Catatan waktu terbaik pebalap Indonesia itu sebelumnya 35,981 detik yang dibuat pada Kejuaraan Asia Balap Sepeda 2019 di Jakarta Internasional Velodrome, Rawamangun, Jakarta Timur, Januari lalu.
Manajer timnas balap sepeda Indonesia, Budi Saputro, mengungkapkan, dirinya dan tim pelatih cukup kaget dengan catatan waktu yang diraih Crismonita di Pruszkow tersebut. ”Ini di luar ekspektasi karena catatan terbaik Crismon di ACC kemarin 35,981 detik. Tim pelatih awalnya memperkirakan catatan waktunya bakal berada di 35,4 detik atau 35,5 detik, tetapi ternyata lebih tajam lagi,” ucap Budi dari Polandia.
Meski semakin cepat, penampilan Crismonita pada babak kualifikasi time trial (TT) 500 meter heat ke-7 itu gagal membawanya ke posisi 20 besar. Pebalap berusia 21 tahun itu akhirnya menempati peringkat ke-23. Crismonita harus bersaing melawan peraih medali emas Kejuaraan Persemakmuran 2010, Kaarle McCulloch, dari Australia. Pebalap sepeda Australia itu mencetak waktu 33,798 detik.
Tidak ada yang instan, semua harus dipersiapkan dengan matang. Ini sudah on the track, tinggal kami konsisten dan pemerintah serta stakeholders mendukung.
Nomor TT 500 meter sprint elite putri ini akhirnya dimenangi atlet Rusia, Daria Shmeleva (25 tahun). Sementara posisi kedua diraih atlet Ukraina, Olena Starikova (23 tahun). Posisi ketiga ditempati Kaarle McCulloh yang kini berusia 31 tahun.
”Pengalaman yang baik karena ini pertama kali kepengurusan kami mengirimkan atlet ke Kejuaraan Dunia. Ini bisa menjadi pelajaran bagi tim manajer, pelatih, dan semuanya untuk meningkatkan performa dan menambah jaringan, terutama ke UCI (Persatuan Balap Sepeda Internasional),” kata Ketua Umum PB ISSI Raja Sapta Oktohari, Sabtu (2/3) malam waktu Polandia.
Oktohari menilai, Crismonita sudah menunjukkan kemampuan terbaiknya. Dari pengalaman Kejuaraan Dunia itu, dalam tiga bulan ke depan Crismonita akan mampu tampil lebih kompetitif. Apalagi, saat ini Crismonita dan dua pebalap Indonesia lainnya dari disiplin yang berbeda mendapatkan program beasiswa UCI di Swiss.
”Beasiswa itu untuk menambah kepercayaan diri mereka di Olimpiade karena olahraga ini terukur. Tidak ada yang instan, semua harus dipersiapkan dengan matang. Ini sudah on the track, tinggal kami konsisten dan pemerintah serta stakeholders mendukung. Kami yakin bisa jadi nomor pendulang emas pada (kejuaraan) multicabang,” kata Oktohari.