Jaringan Narkoba Antarpulau yang Bawa 40 Kg Sabu Dibekuk
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Petugas gabungan Polda Metro Jaya dan Polda Sumatera Selatan mengungkap peredaran narkoba jenis sabu seberat 40 kilogram dan 40.000 butir ekstasi di Palembang, Jumat (1/3/2019) malam. Jaringan ini diperkirakan berkaitan dengan jaringan narkoba antarpulau yang dikendalikan Letto asal Jawa Timur dan jaringan Noval asal Jawa Barat yang ditangkap terlebih dahulu. Indikasi itu tampak dari pola pengiriman yang hampir serupa.
Polisi juga menangkap dua pengedar, yakni Ismayandi Putra (25) dan Rio Ramadhani (24). Keduanya adalah warga Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Mereka berencana berangkat dari Palembang menuju Lampung dengan menggunakan kereta api dan memasarkan narkoba tersebut di Jakarta. Namun, saat berada di Palembang, keduanya ditangkap di dua hotel berbeda.
Kepala Polda Sumsel Inspektur Jenderal Zulkarnain Adinegara, di Palembang, Sabtu (2/3/2019), mengatakan, terungkapnya jaringan ini merupakan hasil kerja sama dengan Polda Metro Jaya. Polda Metro Jaya sebelumnya menangkap lima pengedar narkoba yang membawa 10 kg sabu dan 25.000 butir ekstasi di Jakarta Utara, Jumat (1/3/2019).
”Setelah penangkapan itu, Polda Metro Jaya menginformasikan bahwa anggota jaringannya sedang berada di Palembang,” ujarnya.
Terungkapnya jaringan ini merupakan hasil kerja sama dengan Polda Metro Jaya.
Berdasarkan informasi tersebut, pihaknya segera melakukan penggerebekan di dua hotel berbeda di Palembang. Ismayandi ditangkap terlebih dahulu. Dia membawa 25 bungkus sabu seberat 25 kg dan satu bungkus narkotika seberat 4 kg yang diperkirakan berisi 10.000 butir ekstasi.
Selanjutnya, pihaknya menangkap Rio di hotel berbeda. Saat ditangkap, Rio membawa 15 kg sabu dengan paket ekstasi seberat 12 kg yang diperkirakan berisi 30.000 butir ekstasi.
Zulkarnain menerangkan, dilihat dari modus yang digunakan, jaringan ini memiliki kemiripan dengan jaringan yang telah diungkap sebelumnya yakni jaringan Letto yang berasal dari Jawa Timur dan jaringan Noval dari Jawa Barat.
Kedua jaringan itu menggunakan skema jaringan putus dalam mengedarkan narkoba. Satu pengedar dengan yang lain tidak saling mengenal. Pelaku hanya mengambil barang di tempat yang sudah ditentukan sesuai dengan instruksi.
Selain itu, keduanya juga menggunakan KTP elektronik palsu untuk mengelabui petugas. ”Skema ini sama dengan jaringan Letto dan Noval yang sudah ditangkap lebih dulu,” lanjutnya.
Dilihat dari kemasannya, sabu yang dibawa merupakan sabu dari China dan kemungkinan masuk ke Indonesia melalui sejumlah provinsi di pesisir timur Sumatera, seperti Aceh, Medan, dan Riau. ”Meski demikian, kami masih terus melakukan pengembangan,” ujar Zulkarnain.
Salah satu pelaku yang bernama Rio mengatakan, dirinya hanya diinstruksikan untuk menyalurkan sabu ke Jakarta dari Palembang. ”Saya hanya diberi tahu keberadaan paket (narkoba) tersebut untuk dikirimkan ke Lampung menggunakan kereta api,” ucapnya.
Kepala Subdirektorat Reserse III Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar M Iqbal Simatupang menyebutkan, terungkapnya kasus ini bersamaan dengan penangkapan lima tersangka lain pada Jumat malam.
”Ada tujuh tersangka yang sudah ditangkap. Empat orang ditangkap di Jakarta, dua orang ditangkap di Palembang, dan satu orang ditangkap di Semarang,” paparnya.
Iqbal mengatakan, pihaknya sudah menyelidiki jaringan ini sejak 1,5 bulan lalu. ”Hingga saat ini, proses penyelidikan terus dikembangkan. Kami sudah melakukan pemetaan jaringan ini,” lanjutnya.
Kepala Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumsel Komisaris Besar Farman mengungkapkan, meskipun mirip dengan jaringan Letto dan Noval, jaringan ini memiliki jalur pengiriman yang berbeda. ”Jaringan yang telah ditangkap sebelumnya menggunakan transportasi udara, jaringan ini menggunakan jalur darat,” katanya.
Kedua tersangka mengaku diberi upah Rp 300 juta untuk pengiriman ini. ”Uang diserahkan kepada Rio. Nanti, Rio-lah yang akan membagi kepada kurir lainnya,” kata Farman.
Melihat pengungkapan sejumlah jaringan antarpulau di Palembang, hal itu menandakan Palembang sudah menjadi salah satu tempat transit dan pasar potensial yang diincar para pengedar.