Indonesia Berkomitmen Tuntaskan Konflik Antarnegara Islam
Oleh
Hamzirwan Hamid
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konflik kemanusiaan yang terjadi di sejumlah negara Islam tak boleh dibiarkan kian berlarut. Atas dasar itu, Indonesia mendesak Organisasi Kerja Sama Islam untuk mengambil langkah tegas. Desakan ini sesuai dengan komitmen Indonesia untuk mendukung terciptanya negara Islam yang damai.
”Saya ingin mengingatkan kembali anggota OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) mengenai pekerjaan kita yang belum selesai, yaitu isu Palestina, yang situasinya semakin memburuk,” kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam Konferensi Tingkat Menteri Ke-46 Organisasi Kerja Sama Islam di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (2/3/2019).
Seperti diketahui, konflik Palestina dan Israel telah berlangsung lebih dari 25 tahun. Baku tembak dan ledakan bom untuk memperebutkan wilayah tertentu masih berlangsung hingga kini.
Retno mengatakan, saat ini dunia dihadapkan pada konflik dan perang yang terus berlangsung di sejumlah negara. Namun, kerap kali keinginan negara-negara untuk menyelesaikan konflik melalui dialog dan perundingan tidak ada. Selain itu, ia menilai, banyak negara yang tidak menghormati prinsip-prinsip piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menurut Retno, Indonesia selalu berkomitmen untuk mendukung secara konkret perjuangan Palestina. Hal itu dibuktikan dengan kunjungan Retno ke Amman, Jordan. Dalam kunjungan itu, ia memberikan bantuan keuangan kepada UNWRA, bantuan desalinasi air untuk di Gaza, dan membuka kegiatan peningkatan kapasitas bagi para perempuan pengungsi Palestina di Jordan.
”Satu-satunya pilihan bagi OKI adalah memperkuat solidaritas dan dukungan konkret bagi Palestina,” ujar Menlu Retno.
Adapun keseriusan Indonesia dalam mendukung Palestina tergambar dalam berbagai program, salah satunya pelatihan pengelolaan kearsipan. Selain itu, Indonesia juga membebaskan bea masuk untuk sejumlah produk Palestina. Pembebasan itu diharapkan bisa membuka pasar lebih besar bagi produk Palestina (Kompas, 30/11/2018).
Tantangan konflik
Tak hanya Palestina, Retno menyampaikan, tantangan konflik kemanusiaan juga dihadapi Asia Tenggara, yakni situasi pengungsi Rakhine. Seperti diketahui, sejak awal Indonesia telah berkontribusi untuk membantu mengatasi situasi di Rakhine. Indonesia, misalnya, mengedepankan masalah kemanusiaan dan membantu upaya repatriasi pengungsi Rakhine dari Bangladesh ke Negara Bagian Rakhine.
Untuk mengatasi itu, Retno menyampaikan pentingnya untuk mengatasi masalah defisit kepercayaan antara komunitas di Rakhine, Myanmar, serta komunitas internasional.
ASEAN disebut terus berupaya untuk membantu menjembatani, membantu proses repatriasi, dan mengirimkan tim untuk menciptakan situasi kondusif bagi repatriasi pengungsi.
”Kemajuan harus dicapai di Negara Bagian Rakhine, Myanmar harus bekerja keras untuk menunjukkan bahwa kemajuan dapat terjadi, dan kita mengharapkan OKI dapat mendukung penuh upaya ASEAN,” ucap Menlu Retno.
Memberikan contoh
Menghadapi tantangan itu, menurut Retno, menjadi sangat penting bagi anggota OKI untuk memberikan contoh.
”Anggota OKI harus memberikan kontribusi dan menjadi bagian dari solusi atas permasalahan global, termasuk dengan mencegah konflik, mengedepankan dialog dan perundingan, dan secara konsisten menghormati prinsip-prinsip piagam PBB,” kata Retno.
Dalam pertemuan ini, Indonesia mengajukan tiga rancangan resolusi terkait dengan pembentukan OIC Contact Group for Peace and Dialogue, Islamic Office for the Boycott of Israel, dan terkait pakta global mengenai migrasi.
Selain itu, Indonesia juga akan mengajukan rancangan resolusi tahunan mengenai pertemuan pertama Badan Pengawas Obat OKI yang telah diselenggarakan di Jakarta pada November 2018 serta peran dan bantuan Indonesia dalam krisis kemanusiaan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. (MELATI MEWANGI)