JAKARTA, KOMPAS - Sekitar 1.000 rumah inap atau homestay telah siap untuk menyambut kedatangan wisatawan. Rumah inap yang siap sudah melalui proses standarisasi dan digitalisasi.
Berdasarkan catatan Kementerian Pariwisata (Kemenpar), terdapat 7.000 unit rumah inap di Indonesia. Dari jumlah ini, sebanyak 5.000 unit rumah inap berada dalam rencana pengembangan pemerintah. Hingga 2019, sedikitnya 1.000 unit rumah inap tersebar di seluruh pelosok negeri dinyatakan layak menerima tamu.
Ketua Tim Percepatan Pembangunan Homestay Kementerian Pariwisata, Anneke Prasyanti mengatakan, keberadaan rumah inap berdampak positif bagi ekonomi daerah. Di sisi lain, rumah inap menarik minat wisatawan mancanegara (wisman) karena menawarkan pengalaman berbeda.
“Namun, perkembangan homestay di Indonesia terkendala pemilik belum memahami arti keramahan, teknologi, bahasa Inggris, serta teknik memasak yang baik,” kata Anneke, seusai acara Penandatangan Nota Kesepahaman Indohomestay dan BRI di Jakarta, Jumat (1/3/2019).
Salah satunya upaya pengembangan yang dilakukan adalah dengan membina para pemilik rumah inap, terkait standar pelayanan yang baik kepada calon tamu. Adapun pemerintah memiliki program pengembangan rumah inap sejak 2015 dan menargetkan 10.000 rumah inap pada 2017-2019. (Kompas, 21/2/2019)
Dalam ASEAN Homestay Standard pada 2016, standar yang wajib dipenuhi antara lain kondisi rumah harus kokoh dengan arsitektur yang mengandung identitas daerah. Selain itu, makanan bagi tamu wajib berasal dari pasar lokal.
Rumah inap yang telah dibina turut diberikan akses kepada pasar melalui teknologi digital.
Anneke melanjutkan, rumah inap yang telah dibina turut diberikan akses kepada pasar melalui teknologi digital. Pemerintah bekerja sama dengan perusahaan aplikasi penyedia layanan pemesanan rumah inap, PT Rumah Pesona Indonesia atau Indohomestay. Konsep operasional aplikasi yang diterapkan sejenis dengan Traveloka, Airy, Airbnb, dan Trivago.
CEO Indohomestay Grandy menyampaikan, aplikasi telah mencakup lebih dari 1.000 rumah inap atau 3.000 kamar yang telah lolos penilaian Kemenpar.
“Kami berharap layanan rumah inap yang telah terdigitalisasi dapat mendorong peningkatan kunjungan wisman di Indonesia, khususnya di desa wisata,” ujarnya.
Pemerintah menargetkan jumlah kunjungan wisman mencapai 20 juta orang pada 2019. Tahun lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 15,81 juta wisman datang ke Indonesia.
Grandy melanjutkan, layanan rumah inap pada umumnya diminati oleh wisman yang merupakan backpacker. Sayangnya, wisatawan lokal justru tidak terlalu berminat untuk menyewa rumah inap.
Layanan rumah inap pada umumnya diminati oleh wisman yang merupakan backpacker.
Executive Vice President Retail Payment Division PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Arif Wicaksono menambahkan, BRI bekerja sama dengan Indohomestay untuk memperlancar transaksi keuangan para wisatawan dan pelaku usaha.
“Sebagai bank dengan fokus mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), kami ingin turut berkontribusi dalam mengembangkan desa wisata yang tersebar di Indonesia,” ucapnya.