Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menilai, Jabar telah dilanda bencana hoaks menjelang pemilu serentak 2019. Untuk itu, diharapkan pesantren dan tokoh agama yang menjadi benteng moral di daerah dapat mengantisipasi maraknya berita bohong tersebut.
Oleh
Abdullah Fikri Ashri/Rini Kustiasih
·3 menit baca
BANJAR, KOMPAS — Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menilai, Jawa Barat telah dilanda bencana hoaks menjelang pemilu serentak 2019. Untuk itu, diharapkan pesantren dan tokoh agama yang menjadi benteng moral di daerah dapat mengantisipasi maraknya berita bohong tersebut.
Hal ini disampaikan Uu saat berpidato pada penutupan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Kota Banjar, Jabar, Jumat (1/3/2019). Turut hadir Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, serta ribuan kiai dan santri.
”Di Jabar, tidak hanya terjadi bencana alam, tetapi juga bencana hoaks. Ini merajalela dari rumah ke rumah. Kelompok yang satu mengatakan hanya mereka yang benar. Sementara kelompok lainnya menyalahkan kelompok satunya,” ujar Uu.
Meskipun Uu tidak menyebutkan jumlah hoaks di Jabar, sejumlah kasus hoaks mencuat di daerah itu. Sebelumnya, tiga perempuan di Karawang, Jabar, ditangkap polisi. Mereka diduga menyebarkan fitnah dan berita bohong terhadap pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Hal ini berdasarkan rekaman video yang bernada fitnah.
Dalam video yang viral itu, mereka meminta sejumlah warga tidak memilih pasangan nomor urut 01 karena sejumlah alasan, seperti dibolehkannya pernikahan pasangan sejenis dan larangan azan. Kini, ketiganya menjalani pemeriksaan dan meminta perlindungan polisi.
Untuk itu, Uu berharap, peran pesantren dan ulama dapat mempersatukan masyarakat agar tidak termakan hoaks dan fitnah. ”Pesantren dan ulama itu benteng terakhir akidah dan moral. Dengan begitu, warga Jabar akan menjadi juara tidak hanya lahir, tetapi juga batinnya. Ini sesuai visi kami,” tuturnya.
Pesantren dan ulama itu benteng terakhir akidah dan moral. Dengan begitu, warga Jabar akan menjadi juara tidak hanya lahir, tetapi juga batinnya.
Menurut Uu, potensi Jabar dengan penduduk 48 juta jiwa untuk menjadi provinsi religius sangat besar. Saat ini, lanjutnya, Jabar memiliki 85.000 pondok pesantren yang tersebar di 27 kabupaten/kota.
”Adapun jumlah kiai 58.000 orang dan santri 800.000 orang se-Jabar. Dengan potensi ini, Jabar juara lahir batin,” ucapnya.
Untuk itu, pihaknya akan terus mendukung pondok pesantren. ”Kami akan membuat peraturan daerah terkait pesantren. Nantinya, pondok pesantren dapat bantuan tidak hanya dari hibah atau proposal, tetapi secara reguler ada bantuan dari pemerintah provinsi. Kami juga akan menggaungkan program satu pesantren satu produk,” ujarnya.
Ketua Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2019 KH Eman Suryaman mengatakan, dalam acara tersebut, para ulama menegaskan agar masyarakat menjaga kedamaian di tengah tahun politik.
”Pemerintah dan tokoh agama harus mengembalikan jati diri bangsa yang menghargai antarsesama. Jangan mudah terprovokasi dengan berita yang belum tentu kebenarannya,” ucapnya.
Menurut Eman, hoaks dapat memicu perpecahan bangsa. Akhirnya, tidak ada kedamaian. ”Tanpa kedamaian, bagaimana kita bisa beribadah atau membangun usaha?” lanjutnya.