PALEMBANG,KOMPAS – Pelabuhan Tanjung Api-api yang terletak di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan resmi beroperasi, Jumat (1/3/2019). Keberadaan pelabuhan ini diharapkan dapat mengurangi kepadatan lalu lintas darat di Kota Palembang dan juga meningkatkan perekonomian Kabupaten Banyuasin.
Kepala Seksi Keselamatan Berlayar Keyashbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Palembang Suharto, Jumat, di Palembang menerangkan, setelah melalui sejumlah tahapan uji coba, pelabuhan Tanjung Api-api (TAA) sudah resmi beroperasi. Saat ini sudah ada tiga perusahaan yang menggunakan pelabuhan ini sebagai tempat angkutan barang. Kapal yang digunakan yakni kapal pendarat (Landing craft/LCT) dan kapal tongkang yang mengangkut sejumlah komoditas.
Suharto menerangkan, untuk sementara, baru kapal dengan kapasitas 1.000 dwt (tonase bobot mati) yang dapat bersandar di pelabuhan ini dengan draft (sarat air) kapal kurang dari 3 meter-5 meter, karena kedalaman air dari pelabuhan ini sekitar 5,5 meter saat air pasang, dan 3 meter saat air surut.
Biasanya, kapal berkapasitas 1.000 dwt banyak digunakan untuk mengangkut komoditas curah, curah cair, CPO, batu split, BBM dan semen. “Kalau untuk kargo belum bisa. Sebab, belum disiapkan crane,” terangnya. Panjang dermaga juga masih terbatas yakni sekitar 50 meter.
Suharto mengatakan, sebelum dioperasikan, proses uji coba sudah dilakukan selama 1,5 bulan. Hasilnya cukup memuaskan sehingga pelabuhan dapat segera dioperasikan. Dari Pelabuhan Tanjung Api-Api, semua kapal bisa berlayar kemana saja karena pelabuhan ini adalah pelabuhan antarpulau.
Dari Pelabuhan Tanjung Api-Api, semua kapal bisa berlayar kemana saja karena pelabuhan ini adalah pelabuhan antarpulau. (Suharto)
Oleh karena baru dioperasikan, lanjut Suharto, masih banyak fasilitas yang belum tersedia seperti tempat penumpukan barang, pergudangan, dan juga crane. Apabila banyak perusahaan yang berminat menggunakan pelabuhan ini, fasilitas pendukung akan disediakan. “Perusahaan yang memiliki kapal berkapasitas 1.000 dwt diharapkan menggunakan pelabuhan ini,” katanya.
“Di Palembang, terhitung ada 80 perusahaan yang bergelut dibidang pengangkutan jalur laut. Ini merupakan potensi yang besar,” katanya.
Kepala Dinas Perhubungan Sumatera Selatan Nelson Firdaus mengatakan, pengelolaan Pelabuhan Tanjung Api-Api masih ditangani oleh KSOP hingga terbentuknya Badan Pengelola Pelabuhan TAA. “Kami berharap, pelabuhan ini cepat berkembang,” katanya.
Dengan dioperasikannya pelabuhan, Nelson memastikan lalulintas kendaraan bertonase besar di Palembang akan berkurang karena beralih ke Pelabuhan TAA. “Selama ini pengangkutan barang berpusat di Pelabuhan Boom Baru Palembang, sehingga arus lalu lintas dari dan menuju pelabuhan tersebut sangat padat,” ucapnya.
Ketua Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Dewan Pimpinan Wilayah Sumsel, Ricko Nosandry mengatakan beroperasinya Pelabuhan TAA sangat bermanfaat bagi bisnis bongkar muat di Sumsel. “Selama ini, kami hanya menggunakan Pelabuhan Boom Baru dan Pelabuhan Sungai Lais sebagai pelabuhan pengangkutan barang. Beroperasinya pelabuhan itu diharapkan mempercepat waktu tunggu dan proses pengangkutan barang di Sumsel,” katanya.
Beroperasinya Pelabuhan Tanjung Api-api sangat bermanfaat bagi bisnis bongkar muat di Sumsel. (Ricko Nosandry)
Richo mengungkapkan Pelabuhan TAA sangat berpotensi untuk berkembang. Sebab, lalu lintas kapal jenis LCT atau tongkang yang ada di Boom Baru mencapai 20-25 persen dari total kapal yang melakukan bongkar muat di sana. Kapal ini berpotensi berpindah sandar ke Pelabuhan TAA.
Richo memperkirakan biaya sandar di Pelabuhan TAA juga bisa lebih murah karena hanya membutuhkan waktu sekitar 5 jam dari laut menuju pelabuhan.
Adapun waktu yang dibutuhkan kapal dari laut menuju Boom Baru dan Sungai Lais hampir 10 jam. Karena itu, proses bongkar muat dari pelabuhan baru akan jauh lebih cepat. "Hanya saja, untuk biaya angkut dari pelabuhan TAA ke kota yang akan memakan biaya lagi,” ujarnya .