Sebuah koper merah pudar berukuran medium tergeletak di lantai Indonesia Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai, Tangerang, Kamis (28/2/2019). Koper ini milik Surti (42), salah seorang pengunjung bazar buku Big Bad Wolf Jakarta 2019.
Di dalam koper itu berisi puluhan buku cerita anak-anak. Sengaja Surti belikan untuk kedua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
“Saya membawa koper ini karena tahu akan membeli banyak buku. Langsung saya beli dalam jumlah banyak karena buku cerita anak-anak terbitan Indonesia masih sedikit,” kata Surti.
Setiap berbelanja, Surti dapat membeli 30-40 buku. Ia tidak keberatan untuk mengeluarkan dana hingga Rp 2 juta demi buku.
Menurut Surti, membaca buku membantu pemikiran anak-anaknya untuk lebih kreatif karena merangsang imajinasi. Pengalaman itu tidak diperoleh ketika anak-anaknya mengakses informasi melalui gawai.
Membaca buku membantu pemikiran anak-anak lebih kreatif karena merangsang imajinasi. Pengalaman itu tidak diperoleh ketika anak-anak mengakses informasi melalui gawai.
Tidak hanya Surti yang melakukan hal tersebut. Sejak pukul 08.00 pagi, terlihat antrian panjang ratusan pengunjung di depan pintu masuk bazar buku Big Bad Wolf Jakarta 2019. Mereka datang bersama keluarga atau teman. Ada beberapa yang tiba sambil menarik koper kesayangan.
Big Bad Wolf adalah bazar buku yang diinisiasi oleh pasangan asal Malaysia, Andrew Yap dan Jacqueline Ng pada 2009. Acara bazar buku ini adalah acara tahunan yang digelar di berbagai negara, seperti Malaysia, Indonesia, Filipina, Taiwan, Thailand, dan Pakistan.
Buku-buku yang dijual dalam acara itu terdiri dari buku impor dan lokal. Buku dijual dengan potongan harga sebanyak 75-95 persen.
Sebagai penyelenggara Big Bad Wolf Jakarta 2019, Presiden Direktur PT Jaya Ritel Indonesia Uli Silalahi mengatakan, minat masyarakat Indonesia untuk membaca terus membaik. Tren itu terlihat dari jumlah kunjungan dan buku yang terjual meningkat dari tahun ke tahun.
Bazar buku Big Bad Wolf telah diselenggarakan di Indonesia sejak 2016. Berdasarkan catatan, jumlah kunjungan selama 2016-2018 secara berturut-turut adalah 300.000 orang, 720.000 orang, dan 750.000 orang.
Sedangkan buku yang terjual selama 2016-2018 secara beruntun sebesar 1,5 juta buku, 3 juta buku, dan 5,5 juta buku. Pada 2019, target pengunjung dan penjualan masing-masing sebanyak 1 juta orang dan 5,5 juta buku.
Pada tahun ini, bazar buku Big Bad Wolf 2019 menargetkan pengunjung dan penjualan masing-masing sebanyak 1 juta orang dan 5,5 juta buku.
Kendati meningkat, minat baca penduduk Indonesia masih harus terus didorong. Studi deskriptif dari Central Connecticut State University, Amerika Serikat, pada 2016 mengungkapkan, tingkat literasi Indonesia berada di peringkat ke-60. Posisi itu berada satu tingkat di atas Botswana yang menduduki peringkat terakhir.
Salah satu pendiri Big Bad Wolf, Andrew Yap mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang menunjukkan antusiasme nyata untuk membeli dan membaca buku. Bazar buku seperti Big Bad Wolf dibuat agar masyarakat memiliki akses pada buku yang berkualitas dengan harga terjangkau.
“Buku tetap diminati karena buku tidak hanya berperan sebagai sumber informasi, tetapi hiburan. Ada pengalaman berbeda ketika kita memegang buku dan mencium bau kertas,” ucap Yap.
Jembatan informasi
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani berharap, semangat membaca buku masyarakat Indonesia terus bertumbuh. Buku berperan sebagai jembatan informasi, khususnya bagi masyarakat yang berada di wilayah pedalaman.
Buku berperan sebagai jembatan informasi, khususnya bagi masyarakat yang berada di wilayah pedalaman.
Di Kalimantan Barat, misalnya, ada anak-anak yang belum pernah melihat laut karena berada jauh di wilayah pedalaman. Kekosongan akses terhadap informasi dapat diisi oleh buku. Oleh karena itu, lanjutnya, sinergi seluruh pihak terkait dibutuhkan untuk mendorong distribusi buku secara merata di seluruh pelosok Tanah Air.