Bandara I Gusti Ngurah Rai Bakal Ditutup Sementara
Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali akan berhenti beroperasi selama Hari Raya Nyepi sejak Kamis (7/3/2019) pukul 06.00 Wita hingga Jumat (8/3/2019) pukul 06.00 Wita.Pengecualian dilakukan untuk penerbangan bersifat gawat darurat dan evakuasi medis.
Oleh
Cokorda Yudistira
·2 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali akan berhenti beroperasi selama Nyepi sejak Kamis (7/3/2019) pukul 06.00 Wita hingga Jumat (8/3/2019) pukul 06.00 Wita. Pengecualian dilakukan untuk penerbangan bersifat gawat darurat dan evakuasi medis.
Rencana penutupan ini sudah disampaikan ke seluruh jaringan penerbangan internasional dan perusahaan penerbangan lewat notice to airmen (notam) Nomor A5144/18. Ada 468 jadwal penerbangan dari dan menuju Bali, baik rute domestik maupun rute internasional, yang berhenti beroperasi selama Nyepi.
”Penghentian operasional penerbangan selama 24 jam. Mulai 7 Maret 2019 sejak pukul 06.00 Wita hingga 8 Maret 2019 pukul 06.00 Wita,” kata Kepala Bagian Komunikasi dan Hukum PT Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Arie Ahsanurrohim di Badung, Bali, Kamis (28/2/2019). Menurut Arie, langkah ini dilakukan guna menghormati serangkaian acara hari Nyepi.
”Seluruh maskapai penerbangan sudah mengetahui dan telah menyesuaikannya. Misalnya, tidak menjual tiket untuk rute dari dan menuju Bali pada hari itu,” ujar Arie.
Nyepi merupakan hari suci Hindu yang menandai awal tahun baru berdasarkan kalender Saka. Tahun ini, bertepatan dengan hari raya Nyepi Tahun Saka 1941. Selama Nyepi, umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian atau empat bentuk pengendalian diri. Hal itu dilakukan dengan tidak beraktivitas (amati karya), berpantang dari api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan), dan berpantang menghibur diri (amati lelanguan).
Menjelang Nyepi, umat Hindu di Bali biasanya melaksanakan sejumlah kegiatan, mulai melasti atau ritual membersihkan dan menyucikan diri dan benda-benda yang disakralkan; Tawur Kesanga, yakni upacara pecaruan (persembahan suci) untuk membersihkan alam beserta seluruh isinya; dan Ngerupuk, ritual yang juga bertujuan membersihkan lingkungan untuk menyambut Nyepi. Ritual Ngerupuk umumnya disemarakkan dengan pawai mengarak patung ogoh-ogoh.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali I Gusti Ngurah Sudiana mengajak semua orang di Bali menghormati Nyepi dan memaknainya sebagai momen hening dengan mengistirahatkan diri, pikiran, dan perkataan demi meningkatkan spiritual umat.
”Apalagi hari raya Nyepi tahun ini berdekatan dengan rangkaian upacara suci Panca Wali Krama dan Ida Batara Turun Kabeh di Pura Besakih dan menjelang momentum politik Pemilu 2019,” kata Sudiana kepada Kompas.