Masih Banyak yang Belum Kenal dengan Ruang Rapat di Bus Solo
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
Sejak diluncurkan setahun lalu oleh Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah, bus Gatotkaca, bus milik Pemkot Solo yang interiornya dirancang untuk kebutuhan rapat sekaligus berwisata kurang diminati. Bus ini lebih banyak menganggur daripada disewa. Pemerintah Kota Solo disarankan mendorong promosi untuk mengenalkan keunikan bus tersebut.
“Bus ini unik, dalam artian ini tidak lazim karena tidak banyak bus untuk meeting tetapi kita bisa menilai respon masyarakat ternyata belum banyak menggunakannya. Artinya, masyarakat belum bisa menerima atau belum memahami secara mendalam terkait keunikan itu,” kata Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Solo Pri Siswanto di Solo, Rabu (27/2/2019).
Pri menyebutkan, masih belum ada sosialisasi secara luas terkait keberadaan bus Gatotkaca. Karenanya, pemahaman atas keunikan atau kelebihan bus itu oleh masyarakat atau calon konsumen minim. Untuk itu pengenalan bus Gatotkaca dan promosi harus lebih didorong. Promosi bisa dilakukan dengan mengandeng para pemangku kepentingan terkait, antara lain hotel, penyelenggara acara (event organizer), maupun agen-agen perjalanan wisata. “Perlu lebih diperkenalkan terkait keunikannya kepada masyarakat. Promosi harus lebih ditambah,” katanya.
Pemerintah Kota Solo meluncurkan bus Gatotkaca setahun lalu, Senin (5/2/2018). Bus ini sebelumnya menjadi sarana angkutan para atlet difabel saat ajang ASEAN Para Games di Solo, 2011. Interorior bus kemudian dimodifikasi dengan fasilitas meeting, antara lain, sofa, meja, LCD proyektor, serta televisi layar datar. Pemkot Solo mengucurkan dana sebesar Rp 170 juta untuk merombak interior bus tersebut.
Kepala Bidang Angkutan, Dinas Perhubungan Solo Taufiq Muhammad mengatakan, sejak diluncurkan bus Gatotkaca hanya disewa sebanyak tiga kali. Karena tidak banyak digunakan, bus hanya dipanasi mesinnya secara rutin untuk perawatan.
“Sebenarnya banyak yang bertanya ke kantor (Dinas Perhubungan Solo), tarifnya berapa? Ketika tahu Rp 2 juta per tiga jam, batal tidak jadi menyewa,” katanya.
Tarif sewa Rp 2 juta per tiga jam dinilai masih terlampau mahal. Karena itu agar lebih diminati, menurut Taufik, tarif sewa saat ini diturunkan menjadi Rp 1 juta per dua jam. “Penurunan tarif ini supaya lebih kompetitif,” ujarnya.
Taufik mengatakan, dengan penurunan tarif tersebut, minat untuk menyewa bus Gatotkaca diharapkan meningkat sehingga akan memberikan efek berganda bagi ekonomi Solo. Pihaknya membidik konsumen dari luar daerah yang ingin mengadakan rapat sekaligus berwisata ke berbagai destinasi wisata di Solo. “Rutenya bebas tetapi di dalam Solo saja karena ini untuk pengembangan ekonomi Solo,” katanya.
Di sisi lain, ujar Taufik, pihaknya mengusulkan kenaikan tarif sewa bus tingkat wisata Werkudara dari Rp 800.000 per tiga jam menjadi Rp 1 juta per tiga jam. Kenaikan tarif itu dinilai wajar. Sebab, sejak 2010 tarif sewa tidak pernah dinaikan. Saat ini, Pemkot Solo mengoperasikan dua unit bus tingkat Werkudara. Untuk tarif bus tingkat ini masih menunggu perubahan peraturan daerah yang mengatur tentang retribusi. “Untuk bus tingkat ini penyewanya cukup tinggi, sebulan 25-30 kali,” ujarnya.