Menambang Harapan Baru di Konawe
Jalan tanah yang penuh lubang menyambut pengendara mobil saat memasuki Desa Mendikonu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (25/2/2019). Pemandangan menunjukkan rumah penduduk sekitar yang sederhana dengan tembok putih sedikit kecoklatan. Maklum, debu dari jalan bertebaran ke sana kemari.
Kurang dari 10 kilometer dari desa Mendikonu, sedang dibangun sebuah kawasan industri yang merupakan bagian dari proyek strategis nasional pemerintah. Adalah PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), anak perusahaan Jiangsu Delong Nickel Industry Co., Ltd asal China, menjadi penghuni di kawasan ini.
Perusahaan yang bergerak di industri pertambangan ini kini memegang izin usaha pertambangan khusus (IUPK) untuk menambang nikel di Kecamatan Bondoala, Kapoiala, dan Morosi di Kabupaten Konawe. Selain itu, PT VDNI juga baru saja membangun satu unit pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter berbasis nikel.
Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi dalam peresmian smelter milik PT VDNI mengatakan, PT VDNI menjadi satu-satunya industri yang membangun smelter besar di Kabupaten Konawe. "Ini menjadi kebanggaan kami. Marilah menciptakan suasana kekeluargaan antara pemerintah, investor, dan masyarakat," tuturnya.
Kawasan industri yang dibangun PT VDNI merupakan bagian dari proyek strategis pemerintah untuk membangun kawasan industri di luar Pulau Jawa. Kehadiran PT VDNI diharapkan memberikan kontribusi secara signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,42 persen pada 2018, turun dari 6,76 persen pada 2017. Pertumbuhan ini masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17 persen pada 2018.
Sumber produk domestik regional bruto (PDRB) menurut lapangan usaha terbanyak berasal dari pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 23,96 persen, pertambangan dan pengalian 20,90 persen, serta konstruksi 13,44 persen pada 2018.
Walaupun masih menjadi salah satu yang terbesar, kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB mengalami penurunan. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 1,44 persen pada 2018, lebih rendah dibandingkan 2,54 persen pada 2017.
Ali melanjutkan, untuk mendorong kontribusi sektor pertambangan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara sedang mengevaluasi potensi pajak daerah yang bisa dikenakan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Pemerintah mengimbau perusahaan-perusahaan pertambangan agar segera melaporkan aset dan penggunaan sumber daya alam lokal ketika beroperasi.
Baca juga: Smelter Nikel Konawe Diharapkan Tumbuhkan Ekonomi Daerah
Ali menjamin, cadangan mineral di Sulawesi Tenggara merupakan salah satu yang terbanyak di RI. Perusahaan swasta yang mendorong pertumbuhan ekonomi serta memberdayakan masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di wilayah tersebut.
Presiden Direktur PT VDNI, Min Dong Zhu menyampaikan, perusahaan berkomitmen untuk terus berinvestasi di Sulawesi Tenggara. Saat ini, cakupan operasional perusahaan baru sebesar 100 hektar. PT VDNI akan meningkatkannya menjadi 600 hektar di masa depan.
Adapun hingga akhir 2018, PT VDNI telah berkontribusi pada ekspor nasional sebesar 142,2 juta dollar AS atau setara Rp 1,98 triliun.
Cadangan mineral di Sulawesi Tenggara merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia. Perusahaan swasta yang mendorong pertumbuhan ekonomi serta memberdayakan masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di wilayah tersebut.
Tidak hanya berinvestasi untuk bisnis, lanjut Min, perusahaan pertambangan ini juga akan melanjutkan investasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan pengembangan sosial bagi masyarakat Sulawesi Tenggara. PT VDNI sudah mempekerjakan sekitar 6.600 penduduk lokal. Beberapa di antaranya telah dikirim ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan.
Bangga bersaing
Ali menyampaikan, dengan dibangunnya smelter terbesar di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara kini bangga dapat bersaing dengan tetangganya, yaitu Sulawesi Tengah.
Sulawesi Tengah turut memiliki kawasan industri pertambangan di Kabupaten Morowali. Menurut BPS Sulawesi Tengah, pertumbuhan ekonomi provinsi ini turun menjadi 6,3 persen akibat bencana gempa bumi dan tsunami pada 2018. Pada 2017, pertumbuhan ekonomi mencapai 7,1 persen.
"Mudah-mudahan, perusahaan tambang di kawasan industri Konawe, PT VDNI, terus bertumbuh menjadi lebih besar. Ada banyak potensi nikel disini, perusahaan tidak perlu ragu dengan ketersediaan bahan baku," kata Ali.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM dan PTSP) Sulawesi Tenggara Masmuddin menambahkan, terdapat dua perusahaan tambang yang sedang mengurus perizinan untuk beroperasi di provinsi ini. "Salah satunya adalah perusahaan tambang asal Korea Selatan, Made By Good (MBG) Group," ucapnya.
Butuh dukungan
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, dukungan pemerintah daerah dibutuhkan untuk menarik minat investor datang ke Sulawesi Tenggara. Pemerintah daerah perlu menyiapkan infrastruktur yang memadai agar investor dapat melihat kesiapan daerah untuk berkembang.
Untuk Kabupaten Konawe, infrastruktur jalan masih perlu diperbaiki melalui pengaspalan jalan. Pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diharapkan segera mengatasi masalah ini.
Berdasarkan pemantauan Kompas, jalan sepanjang Sungai Pohara menuju kawasan industri di Kabupaten Konawe berupa jalan tanah yang berlubang. Kendaraan roda empat yang melintas, seperti mobil dan truk, harus berjalan pelan setidaknya 10 kilometer per jam.
Sulawesi Tenggara kini memiliki harapan baru untuk menjadi salah satu tumpuan industri pertambangan nasional dengan adanya kawasan industri Konawe. Investasi-investasi yang masuk dimanfaatkan untuk memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat.