Jika Inginkan Emas, Indonesia Tidak Bisa Andalkan Nomor Speed
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Federasi Panjat Tebing Indonesia mulai berfokus meningkatkan kemampuan atlet panjat tebing di nomor lead dan boulder. Hal itu karena selama ini atlet Indonesia dinilai hanya unggul di nomor speed. Padahal, dalam Olimpiade Tokyo 2020 dan Paris 2024, perebutan medali mengharuskan atlet bisa bersaing juga di nomor boulder dan lead.
Ketua II Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Pristiawan Buntoro, Selasa (26/2/2019), menyatakan, dalam Olimpiade terdekat, yaitu Olimpiade Tokyo 2020, pihaknya menargetkan dapat meloloskan dua atlet putra dan dua atlet putri.
Untuk mencapai target itu, Indonesia harus berjuang di tiga event prakualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. Pertama, ada kejuaraan dunia di Jepang pada Agustus 2019. Lalu single event diPerancis pada November 2019. Terakhir single event di Jepang pada Mei 2020.
Di Olimpiade Tokyo, nomor yang dipertandingkan dalam cabang panjat tebing adalah combine. Agar bisa bersaing di nomor tersebut, atlet Indonesia tidak bisa hanya bersaing di nomor speed, melainkan juga di lead (panjat tebing dengan seorang pengaman) dan boulder (panjat tebing tanpa pengaman tali).
”Kita punya modal di nomor combine yaitu di speed. Di pemusatan latihan, kita terus menggenjot lead and boulder,” ujar Pristiawan melalui telewicara.
Kemampuan atlet panjat tebing Indonesia di nomor lead dan boulder mendesak untuk ditingkatkan. Kebutuhan itu menyangkut kans Indonesia untuk meraih medali di Olimpiade Tokyo dan Olimpiade Paris. Setelah Olimpiade Tokyo, panjat tebing juga akan dipertandingkan di Olimpiade Paris 2024.
Pada Kamis (21/2/2019), Panitia Penyelenggara Olimpiade Paris 2024 dan Paralimpiade (Paris 2024) secara resmi mengumumkan panjat tebing masuk sebagai satu dari empat cabang olahraga baru yang bakal dipertandingkan di Olimpiade Paris 2024.
Keputusan itu disambut gembira Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) karena kesempatan Indonesia untuk meraih medali di ajang Olimpiade terbuka. Namun, baik di Olimpiade Tokyo maupun Paris, atlet panjat tebing setidaknya wajib unggul di nomor lead dan boulder. Hal itu karena Olimpiade Tokyo hanya mempertandingkan nomor combine. Sementara, di Olimpiade Paris mempertandingkan speed world recorddan combine.
Cabang panjat tebing Olimpiade Paris memperebutkan 12 medali. Adapun 12 medali itu terdiri dari 6 medali untuk speed world record putra-putri, serta 6 medali untuk nomor combine yang bakal mempertandingkan lead dan boulder putra-putri. Jika hanya fokus pada nomor speed, Indonesia akan kehilangan kans untuk merebut separuh dari 12 medali yang diperebutkan.
Nantinya, format pertandingan berisi kuota 16 putra dan 16 putri untuk speed world record, serta 20 putra dan 20 putri untuk combine lead dan boulder. Sehingga total kuota atlet 72 orang. Namun, nomor dan format pertandingan yang diusulkan tersebut masih menunggu persetujuan dari Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Masih tertinggal
Menurut Pristiawan, Indonesia masih tertinggal dari negara Asia. Khususnya di nomor lead dan boulder. ”Patut kita syukuri. Ini akan menjadikan perkembangan olahraga panjat tebing Indonesia semakin mendekati puncaknya. Tapi fokus penggenjotan di nomor lead dan boulder tetap tidak boleh kendur,” kata Pristiawan.
Prestasi atlet panjat tebing Indonesia di ajang multievent cukup memuaskan. Misalnya pada Asian Games 2018, atlet panjat tebing Indonesia mengumpulkan 7 medali yang terdiri dari 4 medali emas, 2 medali perak, dan 1 medali perunggu.
Capaian medali Indonesia tersebut mayoritas diperoleh pada nomor speed atau kecepatan. Indonesia bahkan mengukir sejarah dengan menciptakan all Indonesian final untuk nomor speed putri yang mempertemukan Aries Susanti Rahayu dengan rekan setimnya, Puji Lestari.
Kedigdayaan panjat tebing Indonesia di nomor speed berlanjut di kejuaraan Asia panjat tebing 2018 di Kurayoshi, Jepang. Pada kejuaraan tersebut, Indonesia menyabet dua medali emas lewat Agustina Sari di nomor speed putri dan Alfian Muhammad Fajri di speed putra.
Untuk menghadapi Olimpiade Paris, Pristiawan menyatakan, FPTI akan berupaya meningkatkan kemampuan atlet panjat tebing Indonesia di nomor lead dan boulder. ”Sekarang adalah kesempatan di prakualifikasi, kita gunakan benar-benar untuk meningkatkan kemampuan atlet dan pembuat jalur di lead dan boulder,” katanya.
Di sisi lain, kegembiraan atas masuknya cabang panjat tebing dalam olimpiade juga dirasakan Presiden Federasi Panjat Tebing Internasional (IFSC) Marco Scolaris. Dia mengapresiasi Paris Organising Committee of the Olympic & Paralympic Games yang telah mendukung panjat tebing dan memasukkannya sebagai salah satu cabang olahraga yang akan dipertandingkan.
”Kami berterima kasih atas pengakuan tentang nilai panjat tebing dan apa yang telah dilakukan IFSC. Kami bangga menjadi bagian dari proses ini dan kami menantikan langkah-langkah selanjutnya,” katanya. Selain panjat tebing, tiga cabang olahraga lain yang juga masuk dalam Olimpiade Paris adalah breakdance, skateboard, dan selancar.