Hoshizora Foundation Membantu Biaya Sekolah Anak Kurang Mampu
Kopi darat sejumlah kakak bintang dengan tim Hoshizora Foundation di salah satu restoran di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Sabtu (16/2/2019) pagi hingga siang, dipenuhi suasana akrab. Ditemani kopi, teh,dan kue-kue, perbincangan hangat berkembang dari pengalaman menjadi kakak bintang hingga tawaran untuk membantu pengembangan Hoshizora Foundation.
Kakak bintang merupakan sebutan yang disematkan pada donatur bagi ribuan adik bintang yang dinaungi Hoshizora Foundation. Meskipun sejak 2010, Hoshizora yang diawali dari inisiatif sejumlah pelajar Indonesia di Jepang untuk memberikan beasiswa pendidikan bagi anak-anak tidak mampu di Indonesia, bertransformasi menjadi sebuah organisasi nonprofit, semangat komunitas tetap dipertahankan.
Pertemuan dengan kakak bintang yang merupakan individu yang berkomitmen untuk menyokong pendidikan anak-anak usia sekolah yang potensial dari keluarga tidak mampu digelar tim Hoshizora Foundation untuk tetap menyalakan semangat yang sama. Dengan konsep one on one donation untuk adik bintang, kakak bintang tak sekadar selesai mentransfer uang sesuai komitmen.
“Hoshizora awalnya dari sebuah komunitas yang kami dirikan di Jepang di tahun 2006 yang berlokasi di Yogyakarta. Dalam bahasa Jepang Hoshizora artinya langit yang berbintang. Hal ini melambangkan harapan agar setiap anak Indonesia mempunyai cita-cita setinggi bintang di langit dan meraih cita-citanya. Kuncinya lewat pendidikan yang baik,” kata Presiden dan Co-Founder Hoshizora Foundation Reky Martha.
Reky yang kini tinggal di Amerika Serikat sedang pulang ke Indonesia. Dia pun tak menyia-nyiakan jadwal kopi darat dengan para kakak bintang di Jakarta. Meski menempuh perjalan yang panjang dari Negara Paman Sam menuju Singapura, Reky bergegas menuju Jakarta. Dia sempat terjebak macet dari bandara Soekarno-Hatta hingga telat hadir di acara kopi darat di Jakarta.
Berkirim surat
Menurut Reky, Hoshizora Foundation menjadi wujud semangat gotong-royong masyarakat Indonesia. Kakak bintang yang ada di luar negeri yang merupakan diaspora hingga kakak bintang di dalam negeri membantu perjalanan Hoshizora untuk dapat memberikan beasiswa pendidikan bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu agar tidak putus sekolah.
“Kepada kakak bintang juga diharapkan bisa berinteraksi dengan adik bintang, bisa mengenal mereka. Ada rasa bahagia ketika melihat perjalanan hidup adik-adik bintang dari yang usia SD, SMP, dan SMA/SMK, hingga kuliah dan menggapai mimpi mereka. Surat-surat dari kakak bintang kepada adik bintangnya sudah terbukti bermakna, memberi dorongan untuk para adik bintang berani bermimpi besar, menggapai cita-cita mereka,” ujar Reky.
Lebih lanjut, Reky memaparkan, ada banyak kesempatan bagi siapa saja untuk menunjukkan nilai gotong-royong bersama Hoshizora Foundation. Dengan memberikan donasi bulanan secara rutin, minimal satu tahun (untuk siswa SD Rp 100.000/bulan, SMP Rp 150.000/bulan, dan SMA/SMK Rp 200.000/bulan), donatur dapat menjadi kakak bintang. Mereka dapat memilih adik bintang yang ingin diasuh dan dimotivasi, serta diantarkan perjalanannya menggapai bintang di langit.
“Semangatnya untuk mengajak orang mau berbagi, tidak mesti harus kaya dulu. Ada juga kok mahasiswa yang menyisihkan dari uang jajannya. Lalu, kalau kondisi keuangan mereka tidak memungkinkan, si adik mahasiswa berhenti dulu. Dari sini kita melihat, banyak kok orang baik di Indonesia yang mau berbagi. Dengan gotong-royong masalah bisa kita atasi bersama. Kita ingin memberikan akses pendidikan dan pendampingan yang baik untuk para adik bintang,” jelas Reky.
Kesempatan menjalin hubungan kakak-adik bintang bukan hanya lewat surat atau video call. Kakak bintang pun dapat mengunjungi langsung si adik bintang dan keluarganya. Bantuan yang ditawarkan kakak bintang bisa lebih berkembang lagi, bergantung dari kedekatan emosional yang bisa terbangun.
Adapula open trip atau perjalanan bersama menuju sejumlah lokasi adik bintang yang tergabung di Hoshizora. Tawaran ini jadi kesempatan untuk mengunjungi adik bintang nun jauh di pelosok, maupun sekadar ingin mengetahui langsung bagaimana kondisi real dari para adik bintang yang dijangkau Hoshizora.
Keterlibatan dari para kakak bintang pun bisa menjadi volunter. Pengalaman dan keahlian kakak bintang di bidang masing-masing jadi pemicu semangat yang mampu mendorong adik-adik bintang untuk juga menggapai sukses. Acara seperti Hoshizora Forum untuk terus menyalakan semangat belajar dan juang para adik bintang juga jadi ajang untuk berbagi kebaikan dari kakak bintang atau sahabat bintang.
Pindy Muliady yang jadi kakak bintang Hoshizora sejak akhir 2016 merasa senang diundang kembali di kopi darat. Dia pernah diajak juga di acara Hoshizora Summit tahun 2017 yang mempertemukan kakak bintang dengan koordinator wilayah yang mendukung Hoshizora mengawal adik bintang di daerah.
“Saya senang dengan ajakan pertemuan Hoshizora, jadi lebih mengenal lagi dan paham kebutuhan mereka,” kata Pindy yang punya sembilan adik Hoshizora.
Usai pertemuan bersama kakak bintang Hoshizora beberapa waktu lalu, Pindy mendapat masukan, di daerah pelosok kiriman alat-alat tulis juga sangat ditunggu. Dia pun terpikir untuk bisa memberikan itu bagi adik-adik Bintang di daerah yang akan dikunjungi tim Hoshizora tahun ini.
“Saya punya prinsip kalau memberi bantuan tidak mau bilang-bilang. Tapi semakin mengenal kegiatan Hoshizora, sepertinya saya perlu mempromosikan ke teman-teman. Saya pun jadi mulai ikut putar-otak supaya lebih banyak lagi yang mau jadi kakak bintang,” kata Pindy yang mengenal Hoshizora dari acara televisi Kick Andy.
Pindy mengisahkan, awalnya dia tidak terdorong untuk menulis surat dengan para adik bintangnya. Setelah tiga bulan jadi kakak bintang, akhirnya Pindy pun mulai mengirim surat pribadi pada adik bintang lewat Hoshizora. “Saya tanya-tanya kehidupan mereka dan menyemangati mereka untuk belajar. Bahagia sekali kalau diberi laporan mereka belajar dengan baik di sekolah,” ujar Pindy.
Ada satu kisah yang membekas di hati Pindy. Seorang adik bintangnya, Dina, yang didukungnya ketika SMA, sebenarnya punya keinginan untuk kuliah. Tapi ketika mencoba tes masuk perguruan tinggi negeri tidak lolos. Dari berkirim surat diketahui Dina akan bekerja lebih dahulu sekitar setahun untuk bekerja, lalu mencoba tes lagi.
Pindy pun memutuskan untuk meningkatkan dukungan dengan membiayai les persiapan masuk PTN agar bisa dapat beasiswa. Akhirnya, si adik bintang tembus kuliah di Universitas Diponegoro dan berprestasi baik dengan IPK 3,5.
“Sempat lama tidak ada kabar dari dia soal hasil tesnya, saya khawatir juga. Takut kalau dia kecewa tidak tembus. Rasanya adik bintang seperti bagian dari keluarga, kebhagaian dan kesedihan mereka juga dapat saya rasakan. Setelah kuliah pun, lama tidak berkabar. Baru-baru ini saya dikabari dia sedang sibuk dnegan kuliah dan kegiatannya. Saya bangga dia bisa punya IPK 3,5,” ujar Pindy.
Kebahagiaan jadi kakak bintang juga dirasakan Andi Gemala. Dia pun mengajak suaminya dan dua anak mereka untuk punya adik bintang. Ada yang di Papua dan Sumbawa “Dua anak saya Anisa dan Chiara menyisihkan uang jajan supaya bisa mengirimkan uang Rp 100.000/bulan untuk satu adik bintang di SD. Senang rasanya anak-anak bisa terlibat, mereka pun juga happy,” ujar Gemala.
Gemala yang kenal dengan tim Hoshizotra saat dirinya terlibat memberikan bantuan gempa di Yogyakarta. Gemala terlibat aktif sehingga didaulat menjadi duta Hoshizora di Jakarta
Menurut Gemala, pengalaman yang membekas saat menjumpai langsung para adik bintang di pelosok. Ketika ikut perjalanan Hoshizora ke Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Dia mengunjungi sekolah para adik bintang dan menyeberang dengan perahu yang di sungainya ada buaya. “Ketika mau pulang, adik-adik bintang melambaikan tangan sambil bilang, kakak jangan lupakan kami ya… Mata saya terus berkaca-kaca. Ternyata, kehadiran kami ke situ sangat berarti. Dan ini membuka mata saya, para adik bintang butuh bantuan dan dukungan untuk mengejar cita-cita mereka,” cerita Gemala.
Gemala merasakan kekeluargaan dari bergabung di Hoshizora. Lalu, dia pun gencar mengenalkan kesempatan jadi kakak bintang ke sekolah internasional tempat anaknya belajar dan komunitas yang diikutinya. Banyak yang akhirnya bergabung dan menjadi kakak bintang.
Head of Kakak Bintang Divisin Hoshizora Foundation, Rafifa Fathi Dhianika, mengatakan kegiatan kopi darat dengan Kakak Bintang bisa dibilang kegiatan baru. Program ini untuk meningkatkan rasa memiliki dan hubungan kuat Kakak Bintang dengan Hoshizora Foundation. Kegiatan ini sudah tiga kali diadakan di Jakarta.
“Untuk saat ini, kami baru mengadakan kegiatan Kopi Darat di Jakarta dan Yogyakarta karena masih sangat awal dan Kakak Bintang kami memang terbanyak di dua kota tersebut,” jelas Rafifa yang jadi kakak bintang dan bergabung jadi staf Hoshizora.
Informasi di laman www.hoshizora.org memuat kisah sejumlah adik bintang yang menggapai mimpi mereka yang digantungkan setinggi bintang di langit. Dewi Wahyuni (adik bintang Hoshizora tahun 2006-2015) merupakan atlet yang berpotensi. Tiap hari dia naik sepeda lebih dari 30 kilometer untuk sekolah. Dia berhasil kuliah di Fakultas Sains dan Olahraga, Universitas Negeri Yogyakarta, dan menerima penghargaan dari tingkat provinsi dan nasional.
Ada juga kisah adik bintang Rian Nur Hidayat (2010-2015), anak tukang kayu yang bisa menerima beasisiwa kuliah di Amerika Serikat. Dia dimotivasi kakak bintangnya yang juga kuliah di Amerika Serikat.
“Beasiswa untuk adik bintang ini enggak sekadar donasi, tapi dukungan moral dari individu dan masyarakat yang membuat mereka berani bermimpi besar.Kesuksesan adik bintang karena kepedulian orang-orang pada mereka, mendukung, dan mencintai mereka dan menyediakan dukungan dengan jadi Kakak Bintang,” ujar Reky