Ratusan Rumah Terendam
Sekitar 300 warga Baleendah dan Dayeuhkolot mengungsi ke beberapa lokasi. Sejumlah ruas jalan penghubung Kabupaten Bandung ke Kota Bandung tidak bisa dilalui kendaraan.
SOREANG, KOMPAS Ratusan rumah terendam setelah hujan lebat disusul banjir setinggi 1,7 meter di Kecamatan Baleendah dan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (24/2/2019). Sejumlah ruas jalan juga tergenang.
Banjir sempat surut menjadi sekitar 1,2 meter pada Sabtu (23/2) pagi. Namun, pada Sabtu sore, terjadi hujan lebat di Kabupaten Bandung. Akibatnya, banjir di Baleendah dan Dayeuhkolot kembali naik karena air mengalir melalui Sungai Citarum dan Cisangkuy yang melintasi kedua kecamatan itu.
”Hujan lebat tak terlalu lama, sekitar 2 jam. Namun, di hulu, seperti Kertasari, Pangalengan, Majalaya, dan Banjaran, juga terjadi hujan lebat. Jadi, warga di sini dapat banjir kiriman,” ujar Rohmat (40), warga Kelurahan Andir, Baleendah.
Dua pekan terakhir, banjir menggenangi kawasan tersebut. Warga menggunakan perahu untuk beraktivitas keluar-masuk permukiman.
Banjir juga menyebabkan ratusan warga mengungsi. Namun, masih banyak yang bertahan di lantai dua. Bahkan, sejumlah warga menjebol loteng rumah untuk evakuasi. ”Kalau banjir di bawah 2 meter, (kami) masih bisa bertahan di lantai dua. Namun, harus ekstra hati-hati,” ujar Dadang (34).
Untuk mengantisipasi banjir kembali meninggi, Dadang mengikat perahu kecil di depan rumahnya. Baju pelampung juga tersedia di rumahnya.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengurangi dampak banjir di kawasan Bandung Selatan itu. Salah satunya membangun kolam retensi di Cieunteung seluas 8,7 hektar. Tanggul beton juga dibangun di pinggir Sungai Citarum.
Akan tetapi, permukaan air sungai lebih tinggi daripada permukiman. Akibatnya, banjir lama surut.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung Sudrajat mengatakan, ada 290 pengungsi dari Baleendah dan Dayeuhkolot. Mereka mengungsi ke sejumlah lokasi. Posko BPBD juga telah disiagakan di sekitar permukiman warga. Hal itu untuk mempercepat respons petugas.
Banjir mengakibatkan sejumlah jalan, seperti Jalan Andir-Katapang, Jalan Raya Dayeuhkolot, dan Jalan Raya Banjaran, tergenang hingga di atas 1 meter. Jalan penghubung kabupaten ke kota Bandung itu tidak dapat dilalui kendaraan.
Perairan Papua
Di Jayapura, Papua, petugas Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura mengimbau kapal berbadan kecil dan perahu menghindari perairan Papua bagian utara yang tengah terdampak siklon tropis Wutip. Tinggi gelombang mencapai 3,5 meter dan kecepatan angin hingga 60 kilometer per jam.
Kepala BBMKG Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili mengatakan, siklon tropis Wutip tersebut melanda sejak Jumat. Kondisi itu diperkirakan masih akan berlangsung selama satu pekan.
Kondisi tersebut sangat berbahaya bagi nelayan tradisional dan pengelola jasa transportasi laut dengan kapal berbadan kecil. Perairan Papua bagian utara meliputi perairan Biak Numfor, Kepulauan Yapen, Jayapura, dan Sarmi.
”Siklon tropis Wutip yang berasal dari Samudra Pasifik juga menyebabkan suhu permukaan air laut di wilayah Papua bagian utara menghangat sehingga mempercepat pertumbuhan awan hujan. Badai ini juga menyebabkan tingginya curah hujan. Kami berharap warga mementingkan keselamatan dengan menghentikan aktivitas sementara di area perairan tersebut,” tutur Petrus.
Kepala Seksi Keselamatan Berlayar, Penjagaan, dan Patroli Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Jayapura Miraza Polpoke menyatakan, pihaknya juga telah mengeluarkan larangan berlayar sejak Sabtu (23/2). Larangan tersebut berlaku bagi kapal penumpang jenis perintis dan kapal pengangkut yang rutenya melintasi perairan Papua bagian utara.
Siklon tropis Wutip juga menyebabkan banjir dan longsor di tiga distrik (setingkat kecamatan) di Kota Jayapura pada hari Sabtu, yaitu Abepura, Jayapura Selatan, dan Heram. Sebanyak 1.300 keluarga rumahnya terendam banjir. Sejumlah ruas jalan di Jayapura Selatan juga mengalami kerusakan akibat diterjang banjir. (TAM/FLO)