Misi Dagang RI Mencapai Hasil Positif
NEW DELHI, KOMPAS
Rombongan misi dagang Indonesia memperoleh hasil positif dalam perjalanan ke India, Kamis-Sabtu (21-23/2/2019). Selain peluang penurunan bea masuk produk turunan minyak sawit, sejumlah produk Indonesia berpotensi masuk ke pasar India.
Perihal produk turunan minyak sawit asal Indonesia, India membuka peluang penurunan bea tarif dari 50 persen menjadi 45 persen, sama dengan produk serupa asal Malaysia. Poin ini menjadi salah satu misi delegasi Indonesia yang dipimpin Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Sementara, sejumlah pelaku usaha mendapat peluang memasarkan produk mereka ke India. Selain aneka produk turunan yang mengandung sawit, Indonesia berpeluang memasarkan produk perhiasan, sejumlah produk makanan dan minuman, serta produk tekstil.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda menyatakan, pelaku usaha India juga menjajaki peluang mendatangkan karet, gambir (rempah), dan kertas dari Indonesia. Khusus komoditas karet, sedikitnya lima pelaku usaha India hadir dalam penjajakan bisnis yang digelar di sela-sela Pertemuan dan Pameran ke-4 India-ASEAN 2019.
Tumbuh
Seperti halnya minyak nabati, kebutuhan karet India diyakini terus tumbuh seiring pertumbuhan industri dan ekonomi.
Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan, perekonomian India akan tumbuh 7,5 persen pada 2019 dan 7,7 persen pada 2020. Adapun proyeksi Bank Dunia, ekonomi India akan tumbuh 7,5 persen pada 2019 dan 2020.
Menurut Enggartiasto, selama ini sebagian pelaku usaha India mengimpor karet dari Singapura. Meskipun, karet tersebut sebenarnya berasal dari Indonesia.
“Kami minta mereka beli langsung dari Indonesia,” kata Enggartiasto.
Kami minta mereka beli langsung dari Indonesia.
Salah satu produk di gerai Indonesia yang diminati pengunjung dalam pameran adalah perhiasan dan asesoris. Fitria Nahdi, pemilik Nahdi Jewellery, menyampaikan, pasar India berminat terhadap kerajinan yang memanfaatkan biji jenitri (genitri). Biji itu dikenal sebagai rudrakhsa di India, yang berarti Mata Dewa Siwa.
Kolaborasi
Enggartiasto menekankan prinsip kemitraan dan kolaborasi dalam perdagangan.
“India adalah mitra dagang terbesar keempat bagi Indonesia. Namun, perdagangan bukan soal peringkat serta surplus atau defisit, tetapi mengenai kemitraan serta bagaimana perdagangan bisa berkontribusi bagi perkembangan nasional dan negara lain,” ujarnya.
Total perdagangan Indonesia-India 2018 sebesar 18,742 miliar dollar AS. Dari perdagangan itu, Indonesia surplus 8,708 miliar dollar AS.
Minyak kelapa sawit dan produk turunannya, misalnya, memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia. Sebanyak 60 persen total nilai ekspor Indonesia berasal dari minyak kelapa sawit dan merupakan sumber penghasilan bagi 16,5 juta pekerja langsung dan tidak langsung. Selain menopang kebutuhan dunia, industri ini dinilai membantu pemerintah dalam penyediaan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan di dunia.
Saat membuka Pertemuan dan Pameran ke-4 India-ASEAN 2019, Menteri Perdagangan, Industri, dan Penerbangan Sipil India, Suresh Prabhu, menyatakan, pihaknya mengundang perusahaan dari negara-negara ASEAN untuk mengambil keuntungan dan peluang dari pertemuan tersebut. Hal ini untuk meningkatkan perdagangan dengan India.
Suresh menegaskan komitmen India pada jalur kemajuan dan kemakmuran bersama. India dan ASEAN dinilai mewakili ekonomi yang bergerak cepat. Perdagangan mengikat India dan ASEAN secara keseluruhan dan visi perdagangan India tidak terbatas pada pertukaran barang dan jasa. India percaya pada perdagangan yang menghasilkan kerja sama timbal balik, mempromosikan peluang mata pencaharian, serta membawa kemakmuran bersama.
ASEAN muncul sebagai mitra dagang terbesar kedua India pada 2017-2018 dengan pangsa 10,58 persen dalam perdagangan keseluruhan India.
Dalam beberapa tahun terakhir perdagangan India dengan ASEAN terus meningkat. Nilai perdagangan India-ASEAN yang pada 2015-2016 sebesar 65,06 miliar dollar AS meningkat menjadi 81,33 miliar dollar AS pada 2017-2018.